Kehidupan

Cara menghasilkan uang dari blog

Selasa, 23 Desember 2014

Kehidupanku Yang Berbeda (Special Notes For Mother Day)


      Bagi sebagian orang keadaan dan kenyataan hidup yang berubah dengan cepatnya terkadang menjadikan pukulan ataupun beban hidup tersendiri bagi dirinya, namun terkadang juga menjadikan motivasi hebat dalam hidupnya dan merasa bahagia bahwasanya ia menyadari tidak semua orang merasakan seperti apa yang ia alami dalam hidupnya.



     Namaku Rio usiaku 14 tahun. Aku duduk di bangku kelas X Sekolah Menengah Atas yang cukup terkemuka di kotaku. Aku tinggal dilingkungan keluarga yang cukup terpandang meski dirumah aku hanya tinggal bertiga bersama ayahku dan kak Via, kakak perempuanku yang usianya sekitar 2 tahun lebih tua dariku. Dia seorang perempuan yang begitu cantik dan pandai dia juga sangat baik kepadaku dan terkadang seolah-olah dia adalah ibu kedua dalam hidupku, selepas ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Disaatku baru berusia 2 setengah tahun kangker telah menggerogoti tubuhnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. 


   Setelah itu kehidupan selalu kami lewati bersama. Ayahku menjadi sosok Single Parrents yang luar biasa yang selalu membahagiakan 2 buah hatinya yang masih kecil dan belum begitu mengenal dunia. Aku merasa sangat bahagia mengingat kebahagiaan yang selalu kami lakukan bertiga di masalalu dari liburan ke kebun binatang bersama, jalan-jalan ke mall, dan banyak hal menyenangkan lainnya. 

    Namun terkadang aku bersedih di saatku tak bisa mengenang sedikitpun tentang ibu.
Kini hari demi hari pun telah berganti, segalanya mulai berubah, segala yang baru pun kini telah menjadi lama, dan segala yang indahpun berangsur memudar. Tepat di saatku duduk di awal kelas sepuluh SMA, ayah mulai tidak ada waktu lagi buat kami. Hingga hari demi hari seperti hanya kami jalani berdua, dari berangkat sekolah hingga pulang sekolah lagi, tak jarang sepulang sekolah kami tidak langsung pulang kerumah karena kami bersekolah di SMA yang sama hanya saja kak Via yang sudah kelas 12 dan terkadang harus mengikuti les-les untuk menghadapi ujiannya, sehingga aku sering tetap di sekolah di saat teman-teman kelas 10 yang lain sudah pulang untuk menunggu kakakku pulang dan pergi ke taman ataupun tempat lain setidaknya sekedar mengurangi kejenuhan yang ada dalam pikiran kami, hingga kadang kami sampai lupa waktu untuk kembali ke rumah namun kami tau ayah pasti belum pulang ke rumah, dan kami berfikir entah dirumah ataupun dimana saja yang ada hanya kami berdua.



    Tidak seperti anak SMA pada umumnya yang ingin terlihat gaul dengan sering ngumpul, nongkrong, ataupun main dengan teman-temannnya. Kami lebih sering berdua karena tau kehidupan kami memang berbeda. Terkadang sebagai anak laki-laki aku lebih mudah berbaur dengan teman-teman lain, namun aku juga menyadari aku tidak ada banyak waktu untuk mereka karena masih banyak hal yang harus kami lakukan dirumah yang mungkin tidak biasa mereka lakukan.



    Aku menyadari bahwasanya tuhan menakdirkan jalan kehidupan yang begitu sulit di mengerti kadang selalu menanjak ataupun selalu menurun kadang pula keduanya.
Dan aku menyadari bahwa tanjakan terjal adalah kenyataan hidup yang ada di hadapanku saat ini, perekonomian keluarga kami terus menurun hingga suatu ketika ayah menderita sakit keras yang harus membuatnya istirahat. Akhirnya selepas lulus SMA kakakku mengcancel untuk meneruskan ke kuliahnya dan memilih bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu kantor di kota kami, kakakku penyelamat kehidupan kami, dia adalah perempuan luar biasa yang pernah aku kenal, kini semenjak ayah sakit, banyak hal yang seharusnya orang tua lakukan menjadi kewajiban kami, meski terkadang kami merasakan sesuatu yang berbeda di saat ada seseorang menanyakan orang tua kami, namun inilah kenyataan kami dengan kehidupan yang berbeda. 


    Kami juga sering merasakan ada seorang ibu ataupun bapak di tempat umum yang merasa prihatin di balik canda tawa kami sebagai kakak adik yang begitu akur dan tersenyum di atas kehidupan berat yang harus kami pikul, karena hanya ada kami berdua tempat menjalani kehidupan dan tempat berbagi cerita kami, namun kami juga sangat sayang ayah, sudah saatnya dia beristirahat.


      Mungkin belum begitu pantas jika kami di sebut mandiri hanya saja kami mengalami pendewasaan yang lebih cepat dari anak seusia kami pada umumnya..
Mungkin di surga ibu tersenyum melihat kami di sini, yang selalu berusaha untuk bahagia dalam setiap lika liku kehidupan yang kami terima, selalu bahagia dalam hal apapun. Karena inilah takdir hidupku yang memang datang hanya untuk sekali saja, aku tak berhak untuk menyianyiakannya.


     Dan untuk kakakku kau adalah sosok perempuan yang luar biasa dalam hidupku, yang mengajariku tentang menghargai dan menerima setiap sisi kehidupan, kau adalah pahlawanku..
Di tanggal 22 Desember ini mungkin semua orang merayakan hari ibu yang entah aku tak tahu dari mana asalnya, namun bagiku hari itu tak seutuhnya untuk ibu, terimakasih ibu telah melahirkanku, namun terimakasih juga tak boleh terlupakan kepada semua wanita yang berjasa dalam hidup kita seperti halnya yang aku rasakan untuk kakakku..


Mungkin, bolehkah aku menyebut hari itu untuk "MY SISTER DAY?" ku harap kalian mengijinkannya..







Harusnya Aku Tak Boleh Menuliskan Ini Untuk Siapapun

Aku pernah membenturkan kepalaku ke benda yang keras dan itu sakit dan aku juga sering kali menghantam-hantamkan tanganku ke benda yang keras dan itu juga sangat sakit namun semua itu tak pernah cukup untuk meluapkan tentang semua hal yang menekanku dalam hidup ini. Mungkin semua orang bisa mengeluh dan menceritakan masalahnya pada siapapun, namun aku berbeda semua orang seakan selalu menjauhiku, terkadang aku merasa aku memang di lahirkan sepertihalnya tokoh kartun Kazekage Gara ataupun Uzumaki Naruto yang dalam kisahnya dimana kesendirian dan menderita selalu mengisi hidupnya. 

Mungkin aku tak boleh mengeluh dan memang dalam ajaran agamaku pun memang tidak dianjurkan untuk mengeluh akan setiap masalahnya, dan akupun jalankan itu dengan sepenuh hati, aku selalu berusaha tak pernah menceritakan masalahku pada siapapun di dunia ini, karna aku tau hanya perasaan sakit yang lebih yang akan aku dapatkan. Sehingga untuk mengeluhpun hanya percuma setiap keluhanku selalu seperti halnya hal yang tidak begitu penting bagi mereka. Bahkan selalu muncul niatan untuk mengurungkan disaat aku harus menceritakan masalahku pada mereka. Aku terlalu tertutup? Tidak. Aku pernah terbuka namun untuk apa jika hal yang sia-sia dan sakit hati yang aku dapatkan.


Aku tak pernah membenci mereka, bahkan aku menghargai mereka karna itu sudahlah hak mereka untuk menentukan setiap hal yang ada di hadapan mereka. Iya mungkin jika aku harus tidak boleh mengeluh ataupun menceritakan setiap masalahku kepada orang lain aku bisa bahkan sangat bisa namun yang harus ku tahu aku tak pernah bisa jika tidak boleh mengeluh pada diriku sendiri, sebab dialah satu-satunya yang setiap saat bersamaku dan aku tak bisa menyembunyikan apapun apalagi saat ku dapati aku dan kehidupanku yang terpuruk dan terus terpuruk.



Aku tak pernah tahu kenapa kini kehidupanku seberantakan ini.
Semua orang tidak boleh sembarang mendefinisikan ataupun mengecap sebab setiap orang berada dalam keadaan hidup yang berbeda.


Selanjutnya teman, sahabat.


Mungkin kini itu hanyalah sebuah musuh paling menakutkan bagiku yang selalu menyerang organ tubuh paling vital yakni hati.
Entah kenapa aku tak pernah tau banyak orang yang menjauhiku ataupun menghindariku entah secara sadar ataupun tidak sadar.


Aku tak pernah tahu salah apa, jika mereka mengejekku aku hanya diam, jika mereka membohongi dan menghianatiku aku tak pedulikan, dan aku sadar aku hanya orang sesaat bagi mereka yang selalu mereka tinggalkan ketika mereka mendapati seseorang teman yang lebih hebat ataupun spesial bagi mereka. Mungkin jika hanya satu dua itu hal yang biasa namun ini semuanya.
Mereka dengan mudahnya meninggalkanku meninggalkan janji dan ucapan mereka yang pernah mereka sampaikan kepadaku tanpa pernah menyadari sedikitpun tentang perasaanku.

Semua teman sama saja, penghianat, egois, namun aku bahagia karna terkadang mereka memelukku begitu terat sehingga pisau mereka tertancap lebih dalam di tubuhku, aku bahagia mungkin itulah yang terbaik.


Namun kini aku tak peduli lagi, tak pernah mengharapkan mereka lagi, hidup sendiripun tak masalah justru aku akan semakin kuat hatiku akan semakin keras begitupun juga tubuhku, mereka yang pergi biarkan pergi sangat tidak penting jika aku harus mengusiknya. Mungkin memang aku tak memerlukan lagi orang-orang seperti mereka, karna sendiripun aku bisa bahkan sangat bisa, selagi aku masih bisa melakukan kebaikan.


Hingga akhirnya aku hilang dan kembali kepada tuhan.

Daily 15 Allah Yang Maha Sempurna Dan Maha Kuasa

Bagiku Setiap Saatnya Hidup adalah Ujian, Ujian keimanan dan ketakwaan



     Entah mau memepercayainya atau tidak seperti inilah yang terjadi, Meskipun sudah lama berlalu, aku masih begitu mengingatnya. Sesungguhnya semua kebenaran hanyalah milik Allah SWT.

      Ini adalah pengalaman nyata hidupku sewaktu kelas 5 SD bersama saudaraku, Galih. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2006. Tepatnya pada saat pertengahan bulan Ramadhan. Saat itu aku dan saudaraku berencana pergi mencari ikan di kampung seberang di ujung timur lahan persawahan di desa kami untuk sekedar menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa. Jarak kampung kami menuju tempat kami mencari ikan cukup jauh hingga harus melewati lahan persawahan yang sangat luas dari ujung barat hingga ujung timur dan setelah itu harus berjalan melalui tepian rel kereta yang cukup jauh pula. Tentunya ditengah sinar matahari yang egitu terik.


      Suara kereta api sudah mulai terdengar menandakan kami telah dekat menuju rel kereta ketika aku lihat sebuah kereta api berwarna putih melintas di rel kereta api diujung persawahan yang berarti menandakan kami telah jauh melangkah dari ujung barat persawahan di kampung kami sana.



      Aku duduk beristirahat sambil membersihkan kaki dan telapak tanganku di sebuah aliran air kecil di pinggiran rel kereta sembari menunggu sebuah kereta api ekonomi yang lewat tepat di hadapan kami. Hingga akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. kulihat perumahan yang sudah mulai berjejer namun masih sedikit. Jika dua tahun lalu kami sering bermain disini tak ada satu rumahpun yang berdiri hanya hamparan sawah yang luas yang kini telah berubah.



      Suara adzan dzuhur terdengar lirih dari suatu masjid yang kami tak tahu di mana letaknya, Mungkin diperkampungan nan jauh disana karena disini memang hanya ada rel kereta dan lahan persawahan yang sangat luas. Matahari saat itu bersinar begitu terik membuat kami memutuskan untuk berteduh di balik pepohonan jagung dan singkong yang telah meninggi.
 


     Lalu tiba-tiba seseorang  tak dikenal datang menghampiri kami. Menanyakan banyak hal kepada kami, dia menceritakan bahwa dia datang dari jauh di timur sana dan di tengah bulan Ramadhan ini ia sedang mencari beberapa anak untuk diajarkan ilmu entah apa namanya yang intinya berkaitan dengan kesaktian.


      Orang ini sungguh misterius, karena biasanya jarang sekali kami menjumpai orang dewasa di tempat yang sepi seperti ini.
Entah percaya ataupun tidak percaya bagi kalian ini kejadian nyata yang aku alami. Orang tersebut terus menceritakan tentang hal yang tak bisa aku nalar dengan sangat serius seperti sama sekali tanpa kebohongan. 


     Saat ini dia bermaksud memberi ilmu kepada kami, seingatku ada beberapa ilmu yang dia ceritakan dan juga amalannya, ia akan mengajarkan jika kami bersedia bergabung dengannya. Setidaknya ada beberapa janji akan ilmu yang akan ia ajarkan yang sampai kini aku ingat diantaranya ilmu pukulan jarak jauh, melesat, meringankan tubuh, dan kekuatan-kekuatan lainnya yang aku lupa namun intinya seperti itu. 

     Aku tak begitu mempercayainya karna secara nalar aku tak pernah mengetahuinya di kehidupan nyata. Hingga aku memberanikan diri kepada orang itu untuk mencoba membuktikan kekuatannya jika memang benar memiliki, namun dia hanya berkata lirih bahwasanya kemampuannya tak bisa di gunakan kecuali hanya keadaan terdesak, karna jika sembarang menggunakan akan memunculkan kesombongan, hanya boleh di gunakan untuk menolong sesama itupun jika sangat mendesak.

      Lalu orang itu menyuruh kami mencari wadah yang terbuat dari plastik yang berisi air lalu sehelai daun singkong dan sedikit tanah halus, dan tisu. Orang itu menyuruh kami memasukan jari telunjuk kami ke wadah itu sambil menaburkan tanah halus yang kami cari. Keanehan terjadi saat ia mulai mengaduk air itu dan entah membaca apa air di wadah itu seketika berubah ke merah-merahan. Dia hanya memastikan tubuh kami masih bersih tanpa ada kekutan apapun yang pernah merasukinya.

     Perasaanku mulai tak enak, kami sebenarnya ingin cepat pergi karna takut namun kami merasa tidak enak jika meninggalkan orang begitu saja. Orang misterius itu kembali berbicara panjang lebar untuk meyakinkan kami, karna merasa sudah cukup lama kami ijin pulang untuk memikirkannya dan akan memberikan jawabanya jika kami kembali kesini.

      Di perjalanan pulang aku mengingat-ingat setiap perkataan yang ia sampaikan, dalam hati aku sedikit berfikir apa mungkin itu hanyalah ilmu susuk yang sesungguhnya tidak boleh bagi orang muslim, dan pikiran lain muncul dalam pikiranku.


 Apa mungkin dia sedang mencari tumbal?

Tepat di pertengahan bulan Ramadhan ini, karna kami sebenarnya tau tempat ini cukup angker.
Namun aku tahu, Allahlah satu-satunya dzat yang maha sempurna dan maha kuasa. Sang khalik yang menciptakan segala kekuatan yang ada di dunia beserta isinya. Tak ada kekuatan lain selain datang dari Allah S.W.T dan juga hanya ada satu keajaiban di dunia ini dan itu tak lain hanya datang dari Allah.


      Sekarang aku tahu mungkin inilah salah satu rintangan hidup atau mungkin ujian keimanan bagiku karena jika tidak di dasari hati yang beriman kita mungkin bisa saja goyah terombang ambing arus kuat kehidupan. Hingga kita salah melangkah, berbelok ke arah yang tidak benar.


      Setelah itu kami mempercepat langkah kami pulang meninggalkan tempat itu, dan mungkin selamanya tak akan pernah lagi kembali ke tempat itu, dan pergi dari cerita kami di hari itu.
Sampai sekarang saat aku mulai dewasa aku masih menyimpan baik-baik kisah masa kecilku ini, tak pernah sedikitpun ku ceritakan kepada orang lain, sampai akhirnya kisah ini sempat aku tulis. Tanpa ada maksud mengkhayal atau menjelek-jelekan ini adalah bagian kisah yang aku alami, percaya atau tidak, iyu hak masing-masing dari kalian.


Semoga kalian para pembaca dimanapun anda berada bisa mengambil hikmah dari semua ini.

DAILY 14 Datangnya Bulan Ramadhan

Sahabat Dunia Akhirat..

Wahai engkau sahabat,
Ingatlah kita pernah melewati masa
Masa dimana kita banyak menghabiskan waktu untuk belajar mengaji bersama
Mendengarkan indahnya lantunan sholawat..

Ketika Ramadhan datang
Kita begitu bahagia menyambutnya
Bersama mengisi buku catatan kegiatan Bulan Ramadhan

Wahai sahabat, 
Jika kelak suatu saat nanti kau tak lagi menemukan diriku di surga
Tolong sampaikan kepada Allah SWT yah
Kalau waktu kita didunia
Kita pernah mengaji dan sholat bersama..



     Datangnya bulan suci Ramadhan setidaknya dapat lebih meningkatkan iman dan taqwa kita sebagai seorang muslim. Di bulan suci inilah saat yang paling tepat untuk kita manfaatkan sebagai jalan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Aku sangat menyukai bulan Ramadhan, ketika bulan ini datang entah kenapa perasaanku menjadi tenang dan hatiku menjadi tentram.


      Sehabis berbuka puasa Vian telah menunggu di depan rumahku untuk shalat tarawih bersama di masjid. Seperti kebiasaan anak-anak lainnya di kampung sini kami selalu datang lebih awal untuk berkumpul dengan teman yang lain untuk menikmati makanan khas bulan ramadhan yang ada di daerah kami yakni kolak dan keraca.



      Adzan isya telah berkumandang kami berhamburan menuju tempat wudlu untuk menyucikan tubuh dan bergegas merapatkan shaf dan melaksanakan shalat isya berjamaah. Tak terasa 20 rokaat shalat tarawih dan 3 rokaat shalat witir di lalui. Seusai tahlil kami berhamburan keluar menuju serambi masjid untuk mengambil jaburan (Jajanan Bulan Ramadhan) yang memang biasa dilakukan di masjid-masjid dan mushala di daerah kami setelah selesai salat tarawih.



      Keesokan harinya sehabis sahur tepatnya sebelum imsyak kembali lagi Vian telah menunggu di depan rumahku sambil membawa buku catatan kegiatan bulan ramadhan yang di bagikan dari sekolah untuk mencatat kegiatan-kegiatan dan materi pengajian ataupun kuliah subuh selama bulan ramadhan ini. Intinya buku tersebut adalah untuk mempermudah kita untuk meningkatkan ibadah dan tidak meninggalkannya selama bulan ramadhan, karena didalam uku itu juga berisi banyak doa-doa yang sangat bermanfaat. Meskipun aku dapati banyak teman lain yang tak pernah mengisi hanya karena alasan tidak dikumpulkan, tapi aku tak pernah memeperdulikan itu. Aku hanya niat beriadah karena Allah SWT.


    Kami selalu datang lebih awal ke masjid dan meluangkan waktu untuk mengisi buku catatan kami, tak memperdulikan teman yang lain yang biasanya datang lebih awal sembari bermain-main dan berlari-lari di halaman masjid.

      Mentaripun telah menampakan sinarnya menandakan kuliah shubuh / pengajian shubuh telah usai, banyak teman-teman kami yang tertidur karna mengantuk, banyak juga yang langsung pergi setelah shalat shubuh usai untuk berjalan-jalan ke rel kereta dan juga bermain petasan yang menurut kami sangat membosankan. 



      Sebelum penceramah pergi kami berdua selalu bergegas menghampiri beliau untuk meminta tanda tangan pada buku catatan kegiatan bulan ramadhan kami beserta materi pengajian yang telah kami rangkum. Setelah itu kami berdua biasanya langsung pulang kerumah masing-masing untuk mandi dan bersegera untuk berangkat ke sekolah lebih awal entah untuk berjalan jalan ataupun menghayati sejuknya pagi hari,.


     Sepulang sekolah banyak kegiatan yang kami lakukan. Sama dengan kebiasaan anak laki-laki pada umumnya yang selalu belajar hanya kalau ada PR saja. Mungkin tidak semua, tapi tak dapat ku pungkiri kami juga kurang lebih seperti itu, biasanya sepulang sekolah kami menghabiskan waktu untuk bermain PS ataupun komputer di rumah Vian. kalau jenuh biasanya kami membeli komponen untuk memodifikasi mobil-mobilan tamiya dari uang saku kami yang sengaja tidak kami gunakan, dan jika bosan lagi biasanya kami pergi kerumah teman lain entah untuk pergi ke sungai, sawah atau hal-hal lain yang berkaitan dengan alam luar.

Ya kurang lebih seperti itulah keseharian kami entah membosankan entah menyenangkan itulah yang selalu kami lakukan untuk menghabiskan waktu, menyambut hari berganti kala ramadhan telah datang. Kini ketika waktu berlalu semuanya semakin berbeda, karena pada dasarnya semua yang aku alami mengajarkanku akan kehidupanku yang selanjutnya.

Sebuah pelajaran berharga yan tak pernah terulang. 


Seiring perkembangan usia hal-hal yang aku alami selama bulan Ramadhan terus berbeda dan semakin bermakna, yang mungkin insyallah akan aku tuliskan dalam tulisanku yang selanjutnya, Ini adalah Ramadhanku ketika masih di Sekolah Dasar, Tentang belajar mengaji dan Catatan Bulan Ramadhan. Bagaimana dengan Ramadhan kalian?

DAILY 13 Kreatifitas Dan Perlombaan


Sabtu, 1 Oktober 2005

       Siang yang sejuk disaat aku masih bermain kartu Yu Gi Oh bersama Vian di depan rumahku sambil menunggu teman yang lain untuk menyelesaikan persiapan perlombaan pesta siaga besok. tiba-tiba munculah sorak sorai kakak-kakak kelas 6 saat salah satu di antara mereka berulang tahun dan menjadi bulan-bulanan lemparan tepung dan telur busuk oleh teman-teman yang lain.


      Setelah sekian lama menunggu akhirnya teman-teman yang lain datang. Hari ini rencananya kami akan mencari bambu yang bagus untuk di jadikan alat musik untuk perlombaan pesta siaga besok. Kami mencarinya di perkebunan bambu di ujung utara perkampungan.


      Setelah semua lengkap kami segera kembali ke rumah masing-masing karena hari sudah siang dan kami harus berangkat madrasah. Sepulang madrasah kami semua berkumpul di rumah Annisa untuk mendata keperluan yang akan di bawa dan juga perlengkapan lain yang kami buat tadi siang.

Nissa adalah salah satu teman dekatku ketika kecil, Ketika SD aku sering bermain dengannya entah dirumahku ataupun dirumahnya. Masa dimana pertemanan adalah sebuah kisah klasik tentang kejujuran dan tanpa rekayasa. Aku ingat saat itu ketika pulang diantarkan oleh ibunya Nissa bersama Vian naik motor kerumah karena hari sudah menjelang malam dan rumah kami adalah yang paling jauh. 

      Hari esokpun tiba, perlombaan pesta siaga itu sendiri di adakan di SMP N 1 Karanglewas, upacara pembukaan di mulai. SD tempat aku bersekolah yakni SD Negeri Pasir Wetan ditempatkan satu ruang dengan teman-teman dari SD Sunyalangu.

       Panasnya terik matahari membuat peserta banyak yang jatuh sakit ataupun merasa pusing saat upacara pembukaan termasuk beberapa teman dari SD ku. 

      Berbagai perlombaan dan penampilan-penampilan menarik ikut memeriahkan acara, hingga acara puncak yakni upacara pemasangan klanting terpanjang di Kecamatan Karanglewas, kegiatan ini sengaja di selenggarakan sebagai bentuk rasa kebersamaan yang kuat agar tetap terjaga pada kami khususnya siswa Sekolah Dasar Kecamatan Karanglewas dan Seluruh warga di Kecamatan Karanglewas umumnya. Pada saat itu aku sempat berkenalan dengan ketua regu dari SD Taman sari yang bernama Farih Angga yang aku tidak aku sangka ketika SMP dia adalah kakak kelasku di SMP N 4 Purwokerto. Meskipun tidak menjadi juara, kami pulang dengan perasaan bahagia. Kami pulang mengguakan mobil los bak kecil berwarna hitam, riang dan seru. Kami bernyanyi sepanjang perjalanan sambil menabuh alat-alat musik dari bambu yang telah kita buat.


      Oya gengs, di kelas 4 Sekolah Dasar ini banyak sekali kegiatan dan perlombaan kreatifitas antar siswa ataupun sekolah entah tingkat kecamatan juga kabupaten. Dari perlombaan akademik dan non akademi yang terangkai dalam Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) yang selalu di selenggarakan tiap tahunnya demi meningkatkan kualitas siswa untuk berkreatifitas juga sebagai wadah untuk menyalurkan segala bakat dan minat dari pelajar-pelajar Sekolah Dasar sendiri sehingga dapat tumbuh bibit-bibit berbakat penerus kemajuan bangsa di masa depan.



      Dan di ajang ini kelas 4lah menjadi tulang punggung sekolah kami, setiap guru kelas 4 di sela memberikan materi pelajaran juga harus menyeleksi siswa-siswi yang mungkin bisa di banggakan untuk membawa nama baik sekolahnya.


       Dan aku menjadi salah satu siswa yang terkena imbasnya. amaeskipunaku tidak berprestasi di kelas tetapi hari-hariku yang biasanya di habiskan untuk bermain dan belajarpun mulai di sibukan dengan adanya banyak latian yang cukup padat. Tetapi pada dasarnya aku bersyukur karena banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan dari banyak lomba yang aku ikuti entah dari cabang akademik, keagamaan, kerajinan ataupun kesenian. 


      Dari situ juga aku dapat mempunyai teman-teman baru dari sekolah lain juga banyak pelajaran bdan hal-hal baru aku dapatkan selama mengikuti perlombaan yang mungkin hanya bisa aku dapatkan saat itu saja. Pesta klanting terpanjang, POPDA, PORSENI, kami adalah bagian dari saksi sejarah itu. Mungkin semua siswa di karanglewas sudah melupakannya. tapi tidak denganku.

Daily 12 Selamat Datang Kembali Purwokerto

    Sudah cukup lama aku berada di Wonogiri dan liburan kenaikan kelaspun akan segera berakhir, hari ini aku akan menuju ke tempat saudaraku lainnya di kampung Sambi Jajar yang letaknya di seberang kampung embahku di Sambi Rejo. Jaraknya cukup jauh dan tidak dapat di tempuh dengan kendaraan karna harus naik turun gunung. 

     Jarak antara dua kampung ini bagaikan dua pegunungan yang bersebelahan dan di tengahnya terdapat sungai dan lahan persawahan yang cukup luas. Sungguh suasanya yang begitu sejuk saat berada di lahan persawahan tempat perbatasan kedua kampung ini.

    keindahan yang sesungguhnya terletak di ujung timur sana ketika aku takjub saat panorama yang begitu indah terpampang juga pemandangan satu gunung aktif yang cukup tinggi menjulang memaksa pandanganku tak bisa berpaling.

     Aku menanyakan pada budhe ku tentang gunung itu, Gunung Kelud. Yah Kelud nama yang takan ku lupakan, sebuah gunung aktif di Jawa Timur namun dapat terlihat jelas kala pagi dari sambi rejo. (Pada tahun 2014 tepatnya 13 Februari 2014 saat itu aku masih kelas 12 SMK Gunung kelud mengalami letusan yang dahsyat bahkan abu Vulkaniknya sampai pada pulau jawa bagian barat, di tempatku sendiri saat itu yakni Purwokerto, 

     Abu Vulkanik sudah bagaikan hujan salju hitam yang menghitamkan kotaku saat itu. Bahkan helm dan sepeda motorku yang aku parkirkan di parkiran sekolah begitu kotor terkena debu abu vulkanik tersebut. Aku sempat menuliskan di twitter kala mengenang gunung kelud, kurang lebih seperti ini tulisannya. 

"Saat kecil aku sering melihat gunung kelud dari Sambi Rejo, dan itu sangat indah". 

     Itu sedikit peristiwa yang aku ingat tentang letusan dahsyat gunung Kelud. Semoga tidak pernah terjadi lagi). 

      Sesampainya di sambi jajar aku mengamati keadaan lingkungan sekitar yang ternyata cukup ramai dan padat berbeda dengan kampung sebelah tempat embahku tinggal.


      Aku hanya semalam tinggal di sambi jajar sebelum esoknya aku kembali ke tempat embahku di sambi rejo. Di perjalanan pulang aku bertemu dengan anak laki-laki sebaya yang tinggal di sambi rejo, Febri namanya. Budhe ku memintanya untuk menemani berkeliling kampung karna beliau ada urusan. 


     Akhirnya kami berkenalan, dia tanpak sinis kepadaku lalu menanyakan tentang diriku karna tak pernah melihatku disini sebelumnya. Akupun menceritakan bahwasanya aku berasal dari tempat yang jauh dan hanya menghabiskan waktu liburan disini karna dia sama sekali tak mengenal Kota Purwokerto kala aku menjelaskan.

       Hingga datang 2 anak perempuan sebaya menghampiriku. Namanya Nana dan Anti mereka yang juga ternyata tinggal tak jauh dari sini. Mereka berdua datang dengan senyuman yang manis sepertihalnya teman lama yang kembali bertemu. 

      Aku senang karna akhirnya aku mempunyai teman disini. Satu hari itu kami habiskan waktu berjalan bermain di daerah pegunungan bersama hingga senja menjelang saat Nana dan Anti kembali kerumah masing-masing. 

      Aku mengamati lingkungan sekitar sebelum kudapati Febri meninggalkanku sendiri, namun bukan masalah setidaknya aku bisa bertanya kepada orang kampung sini dan mengantarkanku ke rumah budhe.

      Mungkin ini adalah salah satu hari yang indah dan tak mungkin ku lupakan.
Hari kini mulai gelap tak terasa ini adalah hari terakhir aku tinggal disini, kini aku mulai berkemas untuk pulang, karna besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali dari sini.



       Ayam telah berkokok mentari siap pancarkan sinarnya. Setelah shalat shubuh aku segera menuju tempat pemberhentian bus jurusan Solo Kota. Cukup lama perjalanan di pagi buta hingga Stasiun Balapan Solo sudah di pandangan mata kala hari mulai terik. 


       Dalam suasana yang panas ini aku teringat akan teman-teman baruku di Sambi Rejo disaat kemarin  seharian bermain bersama yang ternyata itu adalah hari yang pertama dan terakhir kita bertemu, aku lupa berpamitan dengan mereka yang sudah jauh disana. Teman sesaatku yang kudapati hanya merekalah teman yang pernah aku kenal disana. Semoga suatu saat jika sudah dewasa nanti aku dapat kembali kesana.


       Sehabis dzuhur keretapun telah datang dan siap berangkat, aku kembali duduk di sebelah kaca agar dapat menikmati pemandangan dalam perjalanan. Tak terasa dengan sekejap hari telah gelap, sekitar pukul setengah sebelas malam akhirnya semua pemandangan lenyap berganti dengan kelap kelipnya lampu-lampu di Kota Purwokerto.
 

       Liburan telah usai. Jalan-jalan di pegunungan, Gunung Kelud, dan teman-teman barupun telah usai. Kini rutinitas telah menanti. Selamat datang kembali Kota Purwokerto. Purwokerto kota SATRIA.

Note : Hari itu adalah terakhir kalinya aku tinggal di Wonogiri, saat itu aku kelas 4 SD. Hingga saat ini ketika beberapa tahun sudah aku menyelesaikan SMK atau mungkin sudah puluhan tahun berlalu aku belum pernah kembali lagi ketempat itu dan aku sudah benar-benar tidak ingat tentang teman-temanku disana saat itu. Setidaknya tulisan ini suatu saat bisa mengingatkannya. 
Terima kasih untuk semuanya, pernah ada. Sekian.

Daily 11 Menuju Masa Lalu ( Antara Solo Wonogiri dan Purwokerto)


       Hari kenaikan kelas menuju kelas 4 telah tiba liburan musim panaspun menanti, kini aku telah mempunyai sahabat-sahabat masa kecil yang baik disini di Kota Purwokerto. Kota Satria yang terkenal makannya yang enak-enak. Kota sejuk dengan lokawisata yang indah-indah.


      Tak seperti tahun-tahun sebelumnya setelah penerimaan raport aku cepat-cepat pulang kerumah untuk berkemas karna hari esok aku akan kembali ke kotaku dulu yakni Kota Surakarta.
  

      Pagi-pagi sekali aku telah duduk di gerbong kereta Logawa di Stasiun Purwokerto, sekitar pukul 06.00 W.I.B pagi kereta berangkat.

      Kilometer demi kilometer terlampaui. Stasiun demi stasiun terlewati. Hingga sampailah di stasiun Jebres Surakarta tempatku berhenti. Segala kenangan tentang Kota Surakarta terngiang kembali. jembatan gantung, rel kereta jebres, kampus Universitas Sebelas Maret, gembira loka, waduk gajah mungkur. Aku hambiskan selama aku berlibur di tempat budhe ku di Solo. Sebelum akhirnya pagi-pagi sekali aku menuju terminal bus untuk bersilaturahmi di tempat mbahku di Wonogiri.


      Pemandangan indah kota Solo di pagi hari kini berganti menjadi hawa dingin pegunungan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 2 Jam kecepatan standar bus membawaku melesat menuju kabupaten yang sangat kental dengan aroma pegunungan itu. Jalanan terjal dan jurang membuatku merasakan dan ikut menikmati bahwasannya aku sadari perjalanan ini sangat memacu adrenalin. 

      Dua tiga hari berlalu namun suasana tetap dingin dan sepi, tak ada suara anak-anak berlarian gembira bersama, tak ada gemercik aliran sungai, tak ada anak bermain layang-layang sepertihalnya di Purwokerto, lagi pula di sini tempatnya tidak ideal untuk menaikan layang-layang, selain angin yang kecil juga sangat banyak pohon tinggi menjulang.


      Sekarang aku mulai mengerti bahwasanya wilayah dan lingkungan itu mempunyai karakteristik yang berbeda, jika di Solo dengan lingkungan yang begitu padat, kumuh, mungkin itu wajar jika keramaian adalah kenyataan yang terpampang di kota itu sepanjang hari. 


     Sementara di Wonogiri yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan, menjadikan hawa dingin selalu menyelimuti, seolah memberi kesan sebagai tempat yang selalu sepi, sebuah dataran tinggi dengan intensitas angin yang kecil sehingga tak ada musim layang-layang disini. 

     Berbeda dengan Purwokerto dengan letak yang begitu strategis diantara lereng gunung selamet dan pantai selatan yang membuat daerah ini bukanlah menjadi daerah yang rawan bencana. Meski aku sadari sebenarnya bencana itu datang dimana saja kapanpun dimanapun dan bagaimnapun. Tetapi untuk kota Purwokerto dengan suasana sejuk tidak begitu panas tidak begitu dingin, tidak terlalu rampai dan padat juga tidak terlalu sepi mungkin cukup tepat jika kota Purwokerto mendapat predikat sebagai kota ternyaman nomor satu di Pulau Jawa mengalahkan hiruk pikuknya Bandung dan Jakarta, atau romansa di Wonosobo, Magelang ataupun Malang.

Daily 10 Tebing Yang Curam

      Libur akhir ramadhan merupakan waktu yang asik bagi anak-anak SD di kampungku untuk bermain petasan, menyisihkan uang saku untuk membeli lotre, kartu ataupun mainan lainnyavseperti keseharianku dengan teman-teman kelas 3 SD lainnya yang selalu bersaing untuk mengoleksi kartu Yu Gi Oh terbaik agar bisa menang duel dengan teman lainnya.

     Siang ini cuca sangat panas, kartu Yu Gi pun terasa membosankan, kini aku dan beberapa teman kelas 3 bergegas menuju pemakaman ujung perkampungan untuk menabuh petasan yang kami kumpulkan, kami memilih pemakaman sebagai tempat bermain petasan agar bunyinya tidak mengganggu penduduk di desa kami. Tetapi hal yang tidak pernah aku pikirkan saat itu adalah bahwasannya kamimjustru sangat-sangat mengganggu penduduk di alam lain. Sungguh aku merasa khilaf.


      Tak jauh dari pemakaman itu tanpak lahan sawah yang luas membentang, membuat kami memutuskan ke tempat itu karena petasan sudah habis dan di ujung persawahan itu terdapat sungai yang bisa kami gunakan untuk melepas lelah. Tebing yang sangat curam terpampang jelas di hadapan kami. Tanpak sungai yang mengalir jernih berada di ujung bawah tebing. Dengan rasa penasaran kami pun turun melalui geguguran tebing yang di selubungi alang-alang sebagai satu-satunya jalan untuk menuruni tebing ini.


      Sesampainya di bawah terlihat begitu tinggi ujung tebing. Mungkin akan sangat miris yang akan terjadi jika ada seseorang yang sedikit saja tergelincir dan terjatuh dari atas. Mungkin seseorang tersebut hanya tinggal kenangan aaupun tinggal namanya saja.


      Sinar matahari tak seutuhnya sampai ke bawah tebing sehingga suasana begitu sejuk.
Jika dari atas tebing tempat ini sempit, namun sangat luas setelah kami turun kesini, tumbuhan pisang singkong dan umbi-umbian lainnya pun begitu banyaknya tumbuh.


     Gemercik air deras terdengar, terus terdengar semakin jelas seolah mencairkan hati sebelum akhirnya aku melesat dan menyelam ke dalam air di ikuti oleh teman lainnya.
aku terus menyelam ke bawah dengan kemampuan renang yang  sangat

sedikit aku miliki. Dalam.. Dalam dan semakin dalam hingga tiba-tiba nafasku sesak, penglihatanku menjadi tidak begitu jelas, aku terperosok ke dasar sungai yang sangat dalam di dasar tebing, 

Apakah aku akan berakhir? Aku tenggelam, Aku hanyut? Atau mungkin aku akan mati? 
Aku mulai panik dan merasa tidak karuan. Dengan sedikit kesadaran yang masih aku miliki aku seperti melihat ada sebuah lubang hitam yang begitu dalam seperti goa di dasar sungai. Namun aliran sungai yang deras membawaku sampai tepi sungai yang membuat teman-temanku kehilangan jejakku, perlahan dengan badan yang begitu lemas aku menuju ke daratan. Akuhanyut, namun aku masih selamat. Aku duduk terdiam ditepi sungai sambil mencoba memuntahkan air dari sungai tersebut yang tak sengaja tertelan.

      Namun kini langit mulai gelap, mungkin sebentar lagi akan turun hujan yang begitu besar. Aku sadari sudah cukup lama aku terpisah dengan teman-temanku. Kemudian aku bangkit dan berlalu, terus berlari melewati alang-alang, pematang sawah, hingga jurang-jurang kecil yang membuatku jatuh, terperosok, bangkit dan berlari kembali.


     Itu adalah salah satu petualangan yang tak pernah aku lupakan, berlari, terperosok dalam rerumputan dan alang-alang, tenggelam, dan hanyut. Sebegitu kelamkah kehidupan masa kecilku? Aku harap anak-anak jaman sekarang dengan serba modernisasi dan kecanggihan tekonologi cukup merasakannya saja di dalam dunia game, karena itu terlalu buruk. Tapi tidak untuk anak kampung sepertiku.

Minggu, 30 November 2014

Daily 9 Cerita Dari Tahun 2002



       Malam minggu yang lelah sambil menikmati pertandingan Serie A antara tim favoritku AC Milan melawan AC Siena. Dua aksi tajam Andry Shevchenko dan satu gol indah Stricker asal Portugal Rui Costa di bantu ketangguhan benteng pertahanan yang di galang sang kapten Paolo Maldini dan Alessandro Nesta membuat dua Wingback Marcos Cafu dan Alessandro Costacurta tak segan-segan membantu penyerangan, hingga AC Milanpun leading 3 gol tanpa di balas satupun ke gawang Nelson Dida di babak pertama.


      Aku memang penggila berat sepak bola sejak kecil, FIFA World Cup South Korea-Japan 2002 beberapa waktu lalu membuka mataku tentang dunia persepakbolaan, Kalau tidak salah di tahun itu pula Piala Dunia untuk pertama kalinya di selenggarakan di benua Asia, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah 2 negara menjadi tuan rumah yakni Korea Selatan dan Jepang. 


     Kala itu juga banyak kejutan terjadi saat Perancis yang menjadi Juara dunia di perhelatan sebelumnya harus tersingkir di fase grup setelah di taklukan Senegal 1-0. Dan tahun itu juga di stadion Yokohama, Jepang menjadi saksi sang penguasa sepak bola dunia dengan gelar piala dunia ke limanya. 

       Banyak aksi heroic sepanjang perhelatan 4 tahunan itu, tentang 5 goal Heading Stricker Jerman Miroslav Klose ke gawang Saudi Arabia, juga aksi tuan rumah Korea Selatan yang mengejutkan dunia dengan semangat pantang menyerah mengalahkan tim kuat Italia lewat perpanjangan waktu dan lolos ke semifinal melalui aksi Ahn Chung Hwan,.Skuad "boyband" Korea Selatan karena dengan pasukan rambut di semir merahnya pun dengan gagah menjadi tim asia pertama yang menembus babak semifinal.

      Di masa itu juga sistem golden goal terakhir kalinya diberlakukan. Dimana siapa tim yang mencetak goal pada saat ekstra time terlebih dahulu maka pertandingan akan dihentikan dan tim tersebut dinyatakan sebagai pemenang. Dan endingnya tarian samba Ronaldo Nazario Da Lima menjadi aktor paling di kenang kala membawa Tim Samba mengangkat Trophy Piala Dunia ke limanya bersama rekan setimnya saat itu seperti Ronaldinho, Rivaldo dan Roberto Carlos. dan lain-lain. Piala Dunia telah berakhir dan cerita di tahun 2002 pun telah berakhir.


     

Daily 8 The VAC

     Di kisah beberapa kisah sebelumnya sudah aku ceritakan tenang Vian dan Adit meski pada saat itu kami masih belum begitu akrab dan hanya sering bermain bersama di Sekolah ataupun Madrasah. 

     Dan cerita berlanjut ketika Film spesial yang tayang tiap pukul 7 pagi di hari Minggu selalu menemani kami VAC (Vian,Angga,Cahyo) melepas lelah setelah mencari udara segar di minggu pagi.

      Angga adalah adik kandung Vian usianya sekitar 4 tahun dibawah kami, dia biasanya ikut kemanapun kita bermain. Gemerlapnya Baturraden berkelap kelip menemani perjalanan kami ke Unwiku di pagi yang masih gelap kala orang-orang masih belum beranjak dari rumahnya. 


     Di desaku pada masa itu setiap minggu pagi banyak orang berjalan-jalan mencari suasana sejuk, juga meluangkan waktu untuk sekedar cuci mata cuci hati dan mungkin juga cuci pikiran ke Pasar Parakan Onje ataupun Ke Unwiku untuk mencari udara sejuk sembari mencari jajanan pasar dan sarapan yang akan mereka santap ketika sampai di rumah. 


     Tak seperti anak-anak lain yang menghabiskan banyak waktu, tujuan kami kesitu hanyalah untuk membeli jajan menghabiskan waktu dan kembali kerumah.
Tapi entah kenapa mistis itu menjadi sesuatu yang selalu ingin ku cermati. Tentang makhluk lain yang berada di kehidupan kita namun berada di alam berbeda.



      Aku kadang merasakanya meskipun mungkin itu hanya sebuah ilusi ataupun deja vu, tanpa mengingat kembali kisahku ketika di awal madrasah di pemakaman itu.



      Kelas 3 SD merupakan masa yang kental akan aroma kekanak-kanakkan, hal-hal aneh pun kadang kami lakukan, hingga kami (The VAC) menemukan kebun sepi yang jarang di lewati orang. Disitu kami mencoba mendirikan sebuah rumah-rumahan di bawah pohon dukuh besar. Dengan bekal dan desain seadanya rumah-rumahan persegi dengan ukuran insyallah tak kurang dari 1,5x1,5 punsiap untuk didirikan oleh kami bertiga.


     Sejuknya minggu pagi untuk membuka hari ini seperti biasa kami lakukan untuk jalan-jalan membeli jajanan seperti halnya anak-anak di desa ini pada umumnya.
 

      Sinar matahari mulai bermunculan. Orang-orangpun sudah banyak pergi keluar untuk menikmati weekend yang mereka harapkan untuk menjadikan sebuah hari yang indah. Rumah-rumahan pun akhirnya dapat di dirikan dengan hasil yang tidak begitu baik dengan perancang dan tukang anak kelas 3 SD.

      Hari demi hari berlalu, kini tak hanya kami bertiga, teman-teman lain pun kini banyak yang ikut ramaikan suasana, hari-hari pun terasa begitu indah penuh keceriaan hingga suatu ketika tubuhku terasa begitu lemas, langkahku sempoyongan dan pandanganku menjadi samar-samar, Aku jatuh dan tersandar di pohon dukuh besar tak jauh dari rumah-rumahan kami.


     Seminggu lebih berlalu, aku mengalami sakit panas tinggi, salah seseorang sesepuh mengatakan bahwasanya aku di ganggu oleh arwah penunggu pohon dukuh besar itu. Selama aku sakit aku tak pernah mengetahui lagi dan tak pernah kembali ke rumah-rumahan kami begitupun teman-teman lainnya.


      Setelah aku sembuh akhirnya aku kembali ke areal rumah-rumahan yang kami dirikan. Tanpak semak belukar bersama rumput-rumput liar. Daun-daun pohon yang telah lama berguguran pun sangat banyak berserakan. Mungkin tempat yang luas ini tidak pernah di masuki orang lain selain aku dan teman-temanku.


      Lama aku berkeliling mengamati keadaan sekitar tanpak beberapa ranting pohon dan mainan-mainan kami yang tertinggal. Juga sisa rumah-rumahan kami yang telah hancur tak berbentuk. Mungkin penghuni lain telah mengambil alih area itu dan juga saatnya kami harus pergi dari tempat itu. Pergi dari cerita tentang seorang anak dan rumah-rumahan, pergi dari kisah itu, selamanya.

Daily 7 Lihat, Mentari Itu Pun Mulai Pudar


 Jum'at, 23 September 2003



     Tak selamanya yang indah akan tetap indah, betapapun terangnya bintang bersinar pasti akan redup juga, Sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat pasti bakalan ke sleeding eh kesandung juga. Semuanya pasti akan berangsur memudar seiring dengan waktu yang terus berputar.
Mungkin inilah yang sekarang terjadi di daerahku dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk.


     Sebuah lahan hijau yang subur tempatku sekedar melepas lelah menikmati pemandangan yang mulai berubah.
Sehabis shalat Jum'at aku bergegas menyiapkan makan siang setelah lelah membantu berkebun sepulang sekolah tadi. Sebelum beberapa anak yang semuanya berusia diatasku mengajaku untuk bermain, mereka adalah tetangga-tetanggaku karena memang jarang ada teman sebaya yang tinggal di daerah sekitar rumahku. 


       Hari ini rencananya akan pergi ke sungai di perkampungan sebelah.
Canda tawa selalu menghiasi langkah kami di sepanjang pematang sawah yang kami tapak, teriknya mentari yang seolah membakar kulitpun tak begitu kami hiraukan bagi sekelompok anak kampung yang hidup di kalangan menengah kebawah seperti kami.


     kehidupan keras masa kecil seolah adalah hal lumrah yang biasa kami jalani. Sesampainya jauh di ujung persawahan yang menjadi tujuan kami, kami tanpak kaget melihat alam tempat kami bermain telah berubah menjadi hamparan tanah rata yang begitu luas. Traktor-traktor seolah seperti monster raksasa begitu buasnya mengeruk hektar demi hektar tanah hingga lahan persawahan yang ada disini. Aku hanya termenung mengamati sambil sesekali melihat kampung halamanku yang sudah tak tampak karna tertutup pematang sawah yang tidak rata.
 Angin bertiup kencang hingga menerbangkan debu-debu yang ada di sekitar kami. Tanpak tiga anak perempuan sebaya denganku tak jauh dari pandanganku, di tempat yang mungkin tak seharusnya mereka berada. Mereka menoleh ke arah kami memandang dengan tatapan penuh persahabatan. Aku hanya tersenyum berlalu dan meninggalkannya. 


Waktu terus berlalu, sambil mengamati sekitar aku melangkah meninggalkan lahan yang begitu luas ini, mungkin tempat ini dalam beberapa tahun ke depan sudah berdiri bangunan-bangunan kokoh yang hilangkan semua kenangan kami anak-anak kampung yang biasa menghabiskan waktu di sini untuk belajar bersama, belajar mengenal alam.

Dan aku pun sadar dan cukup memahami sudah tak sedikit di negeri kita lahan persawahan yang di lenyapkan untuk dijadikan tempat peristirahatan penduduk seiring bertambahnya populasi penduduk.

     Pertanian yang dulu sebagai sumber utama penghidupan masyarakat Indonesia sebagai negara agraris kini hanya sekedar pernyataan saja. Lahan-lahan persawahan dan perkebunan sumber penghidupan dan mata pencaharian penduduk kini telah banyak di bangun untuk di jadikan sebagai perumahan.


Tak hanya lahan pertanian saja, bahkan hijaunya hutan tak lagi sesejuk dahulu saat sedikit demi sedikit di gerogoti oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Banjirpun datang ribuan spesies hewan dan tumbuhan ikut lenyap mengikuti lenyapnya ekosistem tempat flora dan fauna itu tumbuh. Mungkin sudah menjadi kodrat Sang Kuasa bahwa setiap hal suatu saat akan berubah. Jika dulu suburnya permukaan bumi yang terus menghijau kini pun kesejukan itu mulai sirna, mulai hilang. Lahan-lahan pertanian telah lenyap menjadi tempat bermukim penduduk modern.

 Mungkin inilah yang di namakan peradaban, yang terang memudar menjadi gelap. Bagaikan mentari yang adakalanya akan menyembunikan sinarnya, hingga sinarnya itu hilang memudar.


"Lihatlah kawan, matahari itu sinarnya mulah memudar". Itulah perumpamaan dari pudarnya indahnya hijaunya kehidupan.

    Kami meneruskan perjalanan ke sebuah tempat penuh pepohonan besar untuk kami beristirahat sebelum angin kencang memaksa kami untuk segera kembali ke perkampungan kami.
Aku berlari di sela gerimis deras dan petir, berlari dan berlari di antara pematang sawah yang ada. Meninggalkan lahan luas, meninggalkan persawahan, meninggalkan tempat itu, dan meninggalkan cerita di hari itu.

Daily 6 Kala Masa Panen Tiba


     Datangnya masa panen kini membuat kado indah bagi para petani, namun di suatu daerah mungkin tidak hanya petani saja, seperti yang selalu terjadi di desa tempatku tinggal, desa yang sebenarnya tak jauh dari keramaian namun begitu kental akan aroma pedesaan.



     Tanpak anak-anak berlarian bahagia di antara pohon jagung yang lebat, di situlah satu-satunya lahan yang belum di panen, mereka becanda bergurau gembira bersama.



     Aku masih berdiam diri di bukit yang tak jauh dari lahan persawahan yang luas itu, aku hanya termenung sambil mengamati langit biru yang cerah di siang itu. Di hari sabtu sepulangku dari sekolah, tanpak layang-layang terbang begitu indah di antara birunya langit, di sertai teriakan gembira anak lainnya yang membuatku terkadang teringat akan suatu pedesaan yang ku singgahi di tempat ataupun daerah sebelumnya.


     Aku bergegas menuju persawahan itu, anak-anak itu tanpak sedang membuat rumah-rumahan dari sisa dedaunan padi hasil panen yang kering, sesampainya disana aku membantu menyarikan ranting-ranting serta kayu untuk menjadi perabot yang kokoh, dengan kegembiraan akhirnya perumahan jeramipun dapat kami dirikan.


     Setelah benar-benar jadi aku bergegas pergi ke gubug dan segera menaikan layang layangku bersama serpihan angin yang berhembus dan seolah tersenyum kepadaku. Layang layangku terus terbang dengan indah dalam luasnya langit siang hari itu seluas kehidupan dan hari hariku kini disini.
Rasa bosan memaksaku beranjak menuju deras aliran sungai di tepi sawah untuk melepas lelah, aku merasa hari ini begitu lama untuk dilewati.


     Yah, itulah keseharian yang sering anak-anak di kampung ini yang biasa mereka lakukan selama liburan musim panas tiba, aku pun mulai beradaptasi dalam kehidupan masa kecil yang begitu sederhana ini.
Aku tidak begitu ingat dengan siapa saja aku menghabiskan waktu kala masa panen tiba, yang aku ingat aku banyak menghabiskan banyak waktu dengan teman di RT tempat aku tinggal yakni di RT 02 RW 02 Desa Pasir Wetan, mereka sebagian besar berusia jauh diatasku. namun aku sangat senang bermain dengan mereka, terutapa ketika liburan sekolah.

    Banyak hal-hal yang seru dan menantang. Namun perumahan jerami, main bola di lahan sawah kosong, berlarian diantara pepohonan jagung ketapel dari pohon jambu dengan peluru kandri. Semua hanya tinggal cerita, zaman semakin berkembang dan hal itu mungkin hanya terjadi pada masa itu, sekitar tahun 2005. tahun dimana bahagia adalah sebuah kesederhanaan. Bahagia itu sederhana, bagiku. Bagi kami dimasa itu. Sungguh sederhana.
  
Sekalilagi aku ucapkan terima kasih. erima kasih untuk masanya.
Kala masa panen tiba. Masa yang telah pergi, Mungkin cuma kami yang menikmati, di masa itu. Karena sekarang perubahan jaman dan arus globalisasi telah membawa dunia pada peradaban. Semua ada masanya masing-masing.Yang lalu berganti dengan yang baru.

Daily 5 Mungkinlah Sejarah Kan Mengenang Kami di Madrasah

        Kisah ini terjadi sekitar tahun 2004. Ketika aku masih kelas 2 SD, selain bersekolah umum. sore harinya aku juga belajar di sekolah agama di Madrasah yang ada di desaku. Mayoritas yang bersekolah adalah teman yang sama dari SDku tapi teman dari kampung sebelah juga banyak yang sekolah disitu.

     Saat itu adalah hari pertamaku di Madrasah Salafiyah, tak kusangka persahabatan itu tak hanya sampai disitu, mungkin sepertihalnya sebutir kedelai yang di lemparkan ke dalam air, yang kan terus mencari tempat paling nyaman selagi masih akan berkembang.

     Dimadrasah aku tidak satu kelas dengan Vian teman kelasku yang berasal dari SDN 2 Pasir Wetan. Dan kebetulan di Madrasah aku bertemu banyak teman dari sekolah lain yaitu Arif dan Jacky yang beasal dari SD 1 dan Marvi yang bersekolah di SD Karanglewas yang bahkan berada diluar desaku. meskipun demikin dia tinggal satu desa denganku. Mereka hadir dalam tahun pertamaku di Madrasah.

     Vian dan temanku dari SD 2 yang lain yakni adit masuk madrasah setahun setelah aku masuk. Jika aku mulai masuk ketika kelas 2. Mereka masuk ketika kelas 3 SD. Tapi tetap saja aku lebih sering bermain dengan mereka meskipun di madrasah mereka berdua adalah Adik kelasku. Jam 2 siang adalah jam di mana bel masuk berbunyi, namun aku selalu datang sejam lebih awal dari semua santri siang yang ada di madrasah, karena vian selalu mengajaku untuk berkeliling ke daerah sekitar madrasah atau daerah bagian utara desa kami karna kami memang tak begitu mengenalnya.

    Hari itu kami tetap jalan-jalan seperti biasa, bedanya Adit kini hadir di samping kami berdua, sudah lama hari ini kami jalan-jalan di lingkungan sekitar madrasah dan waktu pun hampir menunjukan pukul 2 siang tepat bel masuk berbunyi, namun kami masih entah dimana hingga tanpak hal aneh di benakku di sebuah jalan buntu dengan jembatan tua dekat lahan persawahan yang sangat luas namun sepi, dan bel masuk madrasah mulai terdengar membuat kami akhirnya pun dapat kembali ke madrasah, kami telat dan teman-teman banyak yang membully kami membicarakan tentang kami yang tidak-tidak karna memang kami bertiga tinggal di komplek desa yang berbeda dari santri madrasah lain pada umumnya sehingga kami tidak begitu mengenal.

      Baru berapa menit aku masuk kelasku, Adit dan Vian pun juga memasuki kelasnya. Perasaan jenuh mulai datang, begitu bosan apalagi sambutan kurang baik yang aku dapatkan, mungkin hal ini juga di alami Vian dan Adit di kelas sebelah, tiba-tiba bayangan tentang jembatan tua melintas di pikiranku, aku bermaksud mencari tau tentang tempat itu istirahat nanti namun sepertinya aku harus mengurungkan niatku karna pasti ada teman lain yang akan mengetahuinya dan curiga. Akhirnya aku memutuskan untuk besok berangkat lebih awal lagi bersama Vian dan Adit untuk kembali ketempat itu.

     Waktu terus berjalan dari firasat aneh berubah menjadi suasana yang begitu mendamaikan. tempat itulah akhirnya menjadi penenang hati kami, tempat bersharing kami bertiga yang membuat kami semakin dekat. Suasana sunyi dan sepi selalu menghiasi tempat ini, kami selalu meluangkan waktu untuk mengelilingi tempat itu, hingga timbul pertanyaan entah kenapa jarang ada orang yang datang kesini padahal di sini begitu tenang. Seperti yang kami rasakan, meskipun belum mengenal tempat ini ataupun mengetahui seluk beluknya namun kami merasa begitu nyaman.


     Lama sudah kami berkeliling di dekat pematang sawah sambil menuju gubug tempat kami berkumpul, tak ada orang lain yang ada disini, percikan air terasa nyaring di dengar, angin sepoi-sepoi seakan menunjukan betapa bersahabatnya tempat ini.


    Tak terasa sudah berbulan-bulan kami mengunjungi tempat ini dan tak ada hal aneh yang kami rasakan, hanya suara tiupan angin dan gemercik air yang menemani candaan kami. Jika aku ceritakan tempat itu adalah sebuah kebun yang selanjutnya ada lahan persawahan yang sangat luas dan jauh dari rumah penduduk. dan diujung sawah itu ada sebuah sungai yang dikelilingi tebing yang curam.

    Namun semua berubah dalam seminggu ini, hal-hal aneh dan tak masuk akal datang ketempat ini, untungnya tak ada santri lain yang mengetahui penjelajahan yang kami alami. Hingga suatu ketika hal aneh itu datang aku melihat dengan jelas sesosok makhluk tinggi besar melesat begitu cepat di depan kami bertiga, aku berusaha mengejarnya namun makhluk itu melesat begitu cepat seperti angin, perasaan panik dan takut menyelimuti pikiranku namun aku mencoba untuk tetap tenang. Seketika aku merasa berada dalam masalah yang besar, perasaanku menjadi tidak karuan.


    Tiupan angin tiba-tiba berhembus di sekitar pohon jati nan jauh disana yang tanpak tak begitu jelas hingga hal aneh itu muncul padaku sendiri entah benar atau tidak, entah fatamorgana atau nyata selintas dari kejauhan tanpak makhluk berjubah hitam menghilang lenyap bersama angin.


     Bel masuk madrasah berbunyi, sambil membetulkan tasku kami bergegas kembali ke madrasah, aku masih penasaran tapi mungkin itu hanyalah ilusi.
Ingin rasanya tahu lebih banyak tentang hal-hal yang aneh itu, tapi setelah test cawu madrasah diliburkan. Liburan akhir pekan menjadikan ending kisah dalam seminggu. Aku hampir lupa tentang misteri jembatan tua bersama Vian dan Adit, karna sepanjang liburan madrasah kami hanya bermain dirumah.

     Dan waktu itupun tiba, di hari pertamaku kembali ke madrasah setelah libur cawu pertama, aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk kembali ke tempat itu. Tak pernah kuduga tanpak seorang kakek yang sepertinya telah menunggu kami, dan menceritakan tentang asal usul tempat ini yang ternyata adalah tempat-tempat makam tua dan makam para ulama di desa ini.

     (sekedar info Sekitar 8-9 tahun kemudian yakni sekitar tahun 2013 ketika aku menjabat Sebagai Wakil ketua IPNU sekaligus ketua PHBI di kampungku, aku akhirnya mengetahui kakek itu adalah penjaga makam di kampungku. aku mengetahui hal itu ketika pernah meminta perijinan untuk ziarah rekan dan rekanita IPNU dan IPPNU di desaku, meskipun aku tidak ingat namanya namun ketika masih aktif di IPNU aku cukup akrab dengan beliau karena aku dan rekan-rekan IPNU yang lain sering berziarah ke tempat tersebut. IPNU IPPNU sendiri adalah organisasi remaja muslim yang sudah ada sejak dulu di desaku) kembali lagi ke tahun 2004. Mungkin tempat ini biasa-biasa saja bagi orang di sekitar sini, namun tanpak begitu aneh bagi kami tiga anak kecil yang berusia tak lebih dari 9 tahun juga notabenenya adalah orang baru di desa ini, yah anak kecil nekad yang coba memaknai hidup.

     Kakek itu menyuruh kami untuk tak pernah lagi kembali ke tempat ini dan karna ku yakin suatu saat pasti kami akan mengerti. Jawaban dari semua yang telah kakek itu katakan.
Akhirnya kami pergi meninggalkan tempat itu. Bel masuk madrasah telah berbunyi aku segera berlari supaya tidak terlambat lagi, akhirnya kami sampai madrasah bertemu teman yg lain, seolah seperti tak pernah ada yang terjadi di antara kami.

 Kini kami kembali menjalani hari-hari seperti biasa di Madrasah, diejek, di Bully dan di nakali. Sebuah problema yang biasa terjadi di masa kanak-kanak. Hingga akhirya kedua sahabatku tak bertahan, dan akhirnya keluar dari madrasah sekitar 2 tahun kemudian.

Catatan Harian Santri

DAILY 4 Hakikat Persahabatan Menurutku


       Tahun pertama aku mulai kehidupan baru, aku masih hanya berilustrasi ilusi tentang dunia kecil dalam hidupku yang lalu, tentang indahnya menjalani hari menghayati tiap inci ciptaannya. Namun Sang Khalik dengan kuasanya kini membawaku dalam kehidupan yang baru.



      Hari demi hari berganti hingga kini bulan pertamaku di Sekolah Dasar mungkin hari yang sangat bersejarah bagiku saat seorang guru memperkenalkan seorang murid laki-laki baru dari Jakarta.
Saat pertama berjumpa mungkin tak banyak hal menarik diantara kami namun selang berjalannya waktu tak pernah ku pungkiri sejatinya dialah sahabat sejatiku yang mungkin aku menjumpainya sekali dalam seumur hidup. 



      Vian biasa dia di panggil adalah orang pertama yang menghiasi kisah pertamaku ini dengan hal-hal gila yang biasa kami lakukan, sama-sama datang sebagai pendatang dan letak rumah yang cukup berdekatan menjadikan kita bersahabat. Salah satu kesamaan lain adalah aku sadari kami berdua adalah yang paling kecil dikelas. 



      Waktu terus berjalan, tidak ada dimensi waktu dan jarak yang memisahkan kami hubungan persahabatan kami semakin erat.
Kami selalu bersama bertualang mencari kisah-kisah di langkah pertama kehidupan yakni masa kecil.
Dari main ke suangai sawah, main bola hingga main PS. Tahun pertamaku di Elementary schoolpun di mulai dengan awal yang indah, aku mulai belajar dari dunia luar dan menjalani kehidupan baruku tanpa kenangan indah dahulu lagi. Setiap hari kami bersama cerita indah persahabatanpun mulai ada bagaikan game PC Regnarock ataupun game Play Station semacam Herc Adventures yang sering kami mainkan bersama, juga layang-layang yang kadang kami mainkan dengan susah kami kendalikan penuh lekak lekuk mengikuti arah angin ataupun melawannya seperti hari-hari kita yang penuh tantangan dan liku.



      Mungkin kita sering menertawakan jika kita mengingat apa yang pernah kita alami di masa kecil kita, namun sebenarnya saat itulah kita banyak belajar tentang arti kejujuran dalam kehidupan, hidup menjadi diri kita seutuhnya tanpa pernah ada rekayasa.



     Dan juga bagiku sejati-jatinya sahabat adalah dia yang selalu tertawa tersenyum ataupun bertengkar bersama kala kita kecil, karna persahabatan mengajarkan kita bukan hanya untuk selalu tertawa, namun juga kadang muncul perdebatan atau pertengkaran yang mengajarkan kita untuk tertawa kembali.


     Jika mungkin ada yang bertanya-tanya itu ga akur gitu, apa itu namanya sahabat?
Mungkin sebenarnya dia belum menyadari bahwasannya mereka sedang menunjukan kejujuran mereka kepada sahabatnya meskipun entah disukai atau tidak. Karena hal itu adalah suatu kewajaran bagi anak kecil yang masih memiliki ego yang tinggi.


      Namun menurutku setidaknya itu lebih baik dari sahabat yang hanya selalu bersikap polos kepada sahabatnya. Saling menuruti keinginan sahabatnya meskipun kadang kurang sesuai dengan hati nuraninya. Mungkin mereka mencoba diam dengan niatan untuk menghargai sahabatnya, meski tanpa sadar itu sama saja membohongi dirinya sendiri. Mungkin sih mereka bisa saling fine di depan, kan sahabat tapi toh endingnya saling nggerundel di belakang, ngbully ga jelas di Time Line ataupun lewat Status-status di Sosmed.


     Sebelumnya maaf yah aku nulis ini, jikalau mungkin hal ataupun peristiwa yang sama dengan apa yang anda alami karna priatin aja liat banyak anak muda jaman sekarang yang ngbully di Sosmed dan ternyata sang korban yang di maksud tak lain adalah orang yang disebutnta sahabatnya sendiri.


     Banyak orang mengatakan seindah-indahnya hidup itu yang penuh dengan persahabatan. So jangan pernah sia-siakan sahabat kita, dan juga mulailah tanamkan kejujuran dalam persahabatan.
Bisa jadi apa keinginan ataupun kesenangan dari sahabat kita bukanlah yang baik untuk mereka, juga sebaliknya. Dekatilah dia dengan kejujuran, pasti dia mengerti. Jika memang benar dia adalah orang yangg layak di panggil dengan sebutan sahabat.


terima kasih, itu mungkin sedikit hakikat sahabat menurutku, jika anda merasa tidak sesuai itu hak anda, kolom komentar ada pada bagian bawah artikel ini, terima kasih

Seberkas untaian kata untuk sebuah cerpen "Andai"

Seberkas untaian kata untuk sebuah cerpen "Andai"

Andai
Tuhan, aku tahu tak pernah ada yang salah dalam setiap penciptaanMu di dunia ini..
Namun, dunia ini terlalu sepi untuk ku hadapi sendiri..
Tuhan, beri tahu aku apa itu kasih sayang? Hingga hatiku sedetik saja berhenti menangis..
Merasakan sedikit saja kebahagiaan dan kasih sayang yang tak pernah ku rasakan..

Andai aku dapat kembali..
Hadir dalam kehidupan bersama orang tuaku yang menghadirkanku ke dunia ini..
Kembali dari kenyataan pahit yang aku hadapi..
Aku kecewa, aku tak sempat merasakan kebahagiaan dalam hidupku yang begitu singkat ini..
Haruskah aku bersedih?

Tuhan, andai nafasku dapat lebih panjang lagi..
Bolehkah aku bertanya lagi apa itu kebahagiaan?
Aku ingin merasakan kebahagiaan..
Sekali ini saja.. Setidaknya agar aku dapat mengenang satu hal saja yang dapat aku kenang dalam hidupku..

Sampai saat ini aku tak pernah merasakan kasih sayang..
Bahkan hanya kesedihan yang sendiri menemaniku menjemput kematian..
Aku sedih, aku hidup seorang diri hingga kini ragaku telah kembali..
Berpangku bahagia bersamamu sang maha kuasa

My Short Story "Andai' Cerpen Pertama

Andai (My Short Story)

      Sebuah kisah karangan bahwasanya kenyataan hidup yang di takdirkan Tuhan kepada seorang berbeda-beda, bersyukurlah kepada tuhan yang telah menciptakan mereka yang hadir menemani kita menjalani hidup kita yang satu kali ini saja, karna sebenarnya mereka adalah segalanya.

      Namaku Clara, aku adalah siswi kelas 11 jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di kota Surakarta. Aku tinggal dalam lingkungan keluarga yang terpandang, bersama ayah ibu dan kedua kakakku, namun aku tak pernah sekalipun membanggakannya.


       Di sekolahpun aku adalah salah satu murid yang berprestasi dan beberapa kali aku meraih juara kelas. Aku bersyukur atas semua itu namun prestasi-prestasi dan semua yang aku dapatkan tak begitu berguna dalam hidupku, semua terasa tak berarti dalam hidupku, karna dalam hidupku aku tak pernah mengenal kata kasih sayang dan kebahagiaan.



     Aku tak pernah mendapatkan kasih sayang yang selalu ayah dan ibu berikan kepada kedua kakakku, mereka justru lebih sering mendiamkanku dan membiarkanku, hingga aku merasa asing dalam keluargaku sendiri.


     Di sekolahpun hal yang sama aku alami, aku tak banyak memiliki seorang teman, karna aku yang selalu menyendiri dan menyepi, dan terkadang kedua orang tuaku pun membatasiku dalam pergaulan, hingga aku hanya melewati hampir sepanjang hari sendiri di rumah selain waktu sekolah. Hari-hari   serasa begitu saja terlewati dalam hidupku, tak pernah ada sesuatu yang berarti.



      Suatu hari datang seorang siswa baru sebut saja dia Resha, dia memutuskan untuk duduk di sebelahku karna kebetulan bangku di sebelahku masih kosong. Dia sebenarnya juga masih orang sini namun sempat beberapa tahun pindah ke kota lain karna tuntutan pekerjaan ayahnya. Kebetulan pula di Surakarta dia tinggal di tempat yang tak jauh dari rumahku, sehingga kami bisa menjadi dekat.



      Aku pernah berharap hadirnya seseorang baru yang mungkin adalah sahabat pertamaku akan merubah kehidupanku, namun aku salah justru kenyataan yang begitu pahitlah harus aku hadapi.
Suatu hari sepulang sekolah aku merasa ada hal ganjil yang sebenarnya tak pernah ingin ku tahu. Rumah tanpak begitu sepi dan gelap, selambu-selambu rumahpun masih tertutup rapi tak seperti hari-hari biasanya. 


Aku mencari kedua orang tuaku dan kakakku di setiap sudut rumah. Tapi tak juga kudapati mereka hingga aku merasa begitu lelah dan menuju tempat tidurku..
Aku tersentak melihat sepucuk surat putih di atas tempat tidurku, dengan lemas aku menghampiri dan membacanya.


     "Clara, maaf.. Mulai sekarang kami harus pergi.. Mungkin selamanya tak pernah lagi berjumpa denganmu, kamu anak yang begitu baik, maaf kami kadang tak bersikap begitu baik kepadamu namun kami tak pernah membencimu. Sebenarnya kamu bukanlah anak kandung kami, dahulu kami kehilangan anak kandung kami dan akhirnya mengadopsi kamu, namun sekarang kami telah menemukan anak kandung kami kembali dan sekarang saatnya kami berpisah kembali denganmu".



    Aku tak pernah tau mengapa mereka tak membawaku pergi atau karena mungkin aku bukanlah bagian dari mereka, ataupun membawaku kembali kepanti asuhan atau kemanapun tempat mereka menemukanku dahulu atau mungkin inilah sudah jalanku. Kini aku hidup sendiri di rumah sebesar ini meskipun akhirnya aku hidup di temani oleh tetanggaku yang pernah bekerja sebagai pembantu di rumahku. Ayah dan ibuku ternyata masih mengirim uang kepadanya untuk membiayai keseharian dan pendidikanku. Aku merasa dunia seolah menjadi gelap, semua warna yang ada didunia ini seakan menjadi warna hitam.



     Entah cobaan hidup apa yang aku hadapi kebahagiaan seolah selalu berlari menjauh meninggalkanku, aku terdiam aku selalu berusaha tegar namun tak pernah bisa hanya ada jeritan tangis dalam hatiku, terisak dari kenyataan pahit yang aku alami, aku tak tahu siapa yang harus di salahkan ataupun apa yang sebenarnya salah dalam hidupku ataupun memang sepertinya tak ada yang salah, karna mungkin inilah takdir hidupku sebagai anak perempuan remaja yang harus tabah menerima kenyataan.


     Hari demi hari berlalu, tak pernah ada lagi nafsu makan yang ku inginkan, aku terlalu lelah untuk menghadapi semua ini sendiri, apalagi saatku teringat aku tak pernah tau siapa keluargaku, aku mencoba tabah, tabah dan tetap tabah namun hati ini begitu sakit, hingga air mataku pun tak tertahankan lagi menetes tetes demi tetesnya, terus mengalir entah sampai kapan air mata ini harus berhenti, membuat jantung ini begitu lemah.


    Beberapa minggu kemudian aku sakit keras dan harus di rawat di rumah sakit, semakin hari kondisiku semakin melemah dan berangsur memburuk, aku merasa sakit yang teramat sangat menyerang tidak hanya jiwa namun ragaku, aku sempat meneteskan air mata saat mendapati Resha seorang diri menjengukku dan menaburkan senyum manis padaku (terimakasih mungkin jika suatu saat aku telah pergi jauh kau akan menjadi seorang yang ku kenang dalam hidupku).


Beberapa saat wajah Resha tanpak jauh dan menghilang dan kini berganti dengan wajah bibi satu-satuya orang terakhir yang aku harap tidak pernah meninggalkanku terus menangis menungguku dengan cemas, aku tersenyum.. 


   Dengan lemah aku membisikan kata "bi, jikalau orang tua angkatku datang aku sudah tak ada lagi, tolong yah sampein makasih banget udah besarin aku.. Terus jikalau suatu saat orangtua kandungku mencariku, ucapkan juga terima kasih untuknya sudah menghadirkanku didunia ini untuk menjadi anak perempuan yang tegar.. terus aku minta maaf banyak salah sama ngrepotin semuanya.. "

Beberapa hari kemudian aku koma, aku semakin pasrah karna kondisiku tak kunjung membaik. Hingga suatu hal yang tak terlupakan yang mungkin adalah hal terindah dalam hidupku seolah datang, seperti janji tuhan bahwasanya semua hal pasti akan indah pada waktunya, seperti ungkapan pasti ada pelangi setelah badai, akan janji tuhan bahwasanya ada dua sisi kehidupan, hingga indahnya senyuman seutuhnya itu muncul juga. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menghilang dari diriku berganti menjadi suasana nyaman dan begitu nyaman penuh kehangatan.



     Meskipun sedikit buram aku merasakan banyak seorang anak seusiaku mengenakan seragam putih abu-abu lengkap mendekatiku dengan senyum yang manis, yah tak lain lagi mereka adalah teman-teman sekolahku, dan tanpak juga guru-guruku, tetanggaku dan tentunya bibi, mereka semua berkumpul cemas menanti kabar tentang diriku, aku terharu inginku menangis untuk sebuah tangisan yang lain dari tangisan biasanya, tangisan kebahagiaan. namun aku sudah tak kuat lagi.


    Yah mungkin inilah jawaban tuhan akan impian yang penah aku tulis, andai.. Andai saat itu datang..
Entah siapapun dia, siapapun mereka ada ikatan darah atau tidak, hanya hadir sesaat ataupun lama, dia yang sepertinya tak pernah peduli ataupun ramah, di saat mereka semua memberikan sebuah kenyamanan kepada kita merekalah kebahagiaan terindah entah siapapun mereka.. dan saat itu juga aku mengerti bahwasanya kasih sayang bukan hanya dalam sebuah tindakan namun juga dapat kita rasakan dengan hati kita yang tulus, jadi kasih sayang tidak hanya di tunjukan namun dirasakan, aku sadar mungkin sebenarnya banyak orang diluar sana yang sangat menyayangiku namun aku belum dapat merasakannya.. terima kasih tuhan, ini adalah hari terindah dalam hidupku, hari dimana aku dapat belajar peka dari perasaanku.." Itu adalah sebuah kutipan yang pernah aku tulis dalam diaryku.

Waktu terus berjalan, Orang tua angkatnya kini kembali kepadanya. Namun keadaan Clara tetap saja memburuk, setelah hampir seminggu koma, akhirnya Clara menghembuskan nafas terakhir. Menyisakan setitik senyum terindah yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya dan akhirnya dapat ia rasakan di akhir hayatnya.


Clara mengajarkan kita untuk selalu ikhlas menerima keadaan apapun dan bagaimanapun situasinya. Dengan semangat dan kecerdasannya ia masih terus mencari celah-celah kebahagiaan yang tersembunyi dari hidupnya. Meski pada akhirnya ia tidak dapat mengalahkan penyakitnya. Namun ia mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah rasakan sepanjang hidupnya. Sebuah kehangatan bersama orang-orang terdekatnya. karena harus disadari, entah siapapun dia apakah memiliki hubungan darah ataupun tidak, entah keluarga kita atau bukan. Dia yang banyak menghabiskan waktunya disisi kita adalah bagaian terindah dalam hidup kita. 

Selamat jalan Clara, semoga kebahagiaan dan keberkahan senantiasa menemani senyum manismu di alam sana.


tentan penulis @tri_spidey3

Selasa, 11 November 2014

DAILY 3 Episode Kehidupan Yang Sesungguhnya

       Mungkin semua orang menganggap coretanku tak semenarik karya-karya indah tulisan JK Rowling, Nich Hornby ataupun Milan Kudera yang begitu mendunia, bahkan bisa di bilang begitu membosankan ataupun menjenuhkan terserah apapun pendapat semua orang, karena itu adalah hak mereka dalam menghayati dan mengkritisi sebuah karya, aku tak bisa memaksa mereka membaca yang baik-baik saja dalam tulisanku, karena inilah kisah kehidupanku sebuah hal nyata yang aku alami dan harus kuakui memang tak banyak yang berakhir baik seperti yang kita harapkan.
Terima kasih juga aku sampaikan kepada semua orang yang hadir dalam hidupku sampai saat ini yang telah begitu banyak memberikan inspirasi kepadaku untuk menuliskan kisahku ini.

     Aku hanya menuliskan disini hanya beberapa hal yang masih aku ingat. karena sesungguhnya peristiwa ini sudah terjadi dan sudah begitu lama berlalu. Mohon maaf jika ada kekeliruan tempat ataupun peristiwa yang kurang sesuai selama aku menuliskan karena aku hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna dan begitu banyak kekhilafan. Jadi untuk semua teman-teman kerabat dan semua orang yang terlibat didalam tulisanku aku harap membaca episode yang ini sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena sekalilagi aku jelaskan bahwa kisah ini sudah lama berlalu dan tidak ada maksud untuk mengait-kaitkan kembali apa yang telah terjadi yang mungkin akan berdampak pada keharmonisan kehidupan kalian sekarang. aku harap kalian semua bisa memakluminya. Terima kasih.

    . Langsung saja kisah ini aku mulai dari suatu pagi yang indah di kota yang begitu serasa sejuk dan begitu sejuk. Kota itu bernama Solo. Salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah (Central Java). Sebuah kota yang cukup berkembang pesat jika di lihat dari bangunan-bangunan mewah yang berdiri kokoh di pusat kota tersebut. Sedikit menuju ke arah timr dari pusat kota terpampanglah nama kabupaten Wonogiri sebuah tempat yang masih lekat dengan aroma pedesaannya pohon-pohon tinggi menjulang, rumah adat Joglo dan lahan persawahan yang membentang menghiasi perjalanan sekitar 2 jamku dari  rumah budhe ku pusat kota Solo menuju Wonogiri.

    Tanpa basa basi inilah aku dan ini ceritaku. Namaku Triocahyo Utomo ini sesuai akta kelahiranku. Bagiku sebuah nama yang cukup mudah diingat. tapi tidak untuk pembuat KTP dan kartu tanda lain yang seringkali salah dalam penulisan namaku menjadi Trio Cahyo Utomo. Hingga sampai sekarang dari STNK BPJS SIM KTP dll sudah terlanjur salah tidak sesuai akta, aku sudah lelah untuk revisi karena pada kelanjutannya kesalahan itu tetap saja terjadi.

     Setelah itu aku meyakini bahwa namaku adalah nama yang sulit. Setuju atau tidak terserah. yang penting kasih jawaban aja. biar nilainya ga mines hehe Apa nyambungnya yah? emangnya SBMPTN haha entahlah. Cahyo biasa aku di panggil kecuali oleh orang yang sok kenal ataupun ngga mau kenalan biasanya memanggil aku dengan kata Kamu. Padahal itu sama sekali tidak ada di nama panjangku, aneh yah.

     Hmm oke lanjut lagi aku adalah seorang anak laki-laki pendiam dengan kehidupan sederhananya seperti orang-orang Solo pada umumnya. Lahir dari ayah yang berasal dari Purwokerto dan ibu berasal dari Solo. mungkin alasan itulah yang membuat tiap namaku di akhiri dengan huruf O. oo gitu.

     Singkat cerita hari itu adalah hari terakhirku di Kota Solo, dan moment ini aku manfaatkan untuk menemui Alm. embahku di Wonogiri (embahku sendiri sekarang sudah meninggal kalau tidak salah itu terjadi sekitar tahun 2005, aku tidak bisa mengingat dengan pasti) untuk berpamitan sebelum jauh pergi dan mungkin lama tidak bertemu atau bahkan tidak mungkin bertemu lagi melihat beliau yang sudah sangat berumur. Saat-saat terakhir ini juga aku manfaatkan untuk mengenang dan menjelajahi lingkungan sekitar sebelum datang hari esok, yah hari esok.. Hari dimana aku akan menuju kota yang mungkin begitu terasa asing bagiku, namun mungkin juga akan membuat cerita yang berkesan untukku. Yah Kota Purwokerto, benar sekali.


     Aku berharap mungkin di tempat itulah aku kembali merangkai masa kanak-kanakku yang mungkin penuh dengan cerita atau mungkin tidak berkesan sama sekali. Aku tak peduli, yang ku tahu waktu terus berjalan dan kini hari telah berganti.
 
    Langkah demi langkah mengatarkanku pada gerbong kereta ekonomi Stasiun Jebres Surakarta yang akan membawaku menuju Purwokerto. Kilometer demi kilometer semakin jauh membawaku dari masa lalu, kupandangi hamparan sekitar yang menjadikan sebuah panorama yang indah dari dalam jendela kereta, tanpa sadar aku terdiam dan merenung melihat segerombolan awan yang tanpak dari jendela kereta yang membuatku begitu tenang.


Aku terus mengamati awan itu yang seolah terus berjalan dengan lancar seperti halnya roda kehidupan yang terus berjalan. Hampir seharian penuh aku menikmati perjalanan, suasana hening Wonogiri kini telah berubah gemerlapnya malam kota Purwokerto. Kinipun aku siap melanjutkan petualangan masa kecilku yang belum bisa hilang dari bayang-bayang kenangan. Sambilan melihat biru langit yang tanpak cerah di kota Purwokerto kala siang menjelang secerah harapan yang aku impikan di masa depan.

Mungkin hidupku dan semua yang aku lihat kini akan berubah, yang datang dan yang pergi, yang lama dan yang baru. Namun inilah aku meskipun kelak semua telah berubah, aku tetaplah aku, menjadi diriku dengan sejuta harapan hidupku.

Memory : Rabu, 6 juli 2001 Kota Surakarta Selamat tinggal embah, Kota Solo, Wonogiri dan juga kenangan, terima kasih untuk masa kecilnya.