Sebuah kisah karangan bahwasanya kenyataan hidup yang di takdirkan Tuhan kepada seorang berbeda-beda, bersyukurlah kepada tuhan yang telah menciptakan mereka yang hadir menemani kita menjalani hidup kita yang satu kali ini saja, karna sebenarnya mereka adalah segalanya.
Namaku Clara, aku adalah siswi kelas 11 jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di kota Surakarta. Aku tinggal dalam lingkungan keluarga yang terpandang, bersama ayah ibu dan kedua kakakku, namun aku tak pernah sekalipun membanggakannya.
Di sekolahpun aku adalah salah satu murid yang berprestasi dan beberapa kali aku meraih juara kelas. Aku bersyukur atas semua itu namun prestasi-prestasi dan semua yang aku dapatkan tak begitu berguna dalam hidupku, semua terasa tak berarti dalam hidupku, karna dalam hidupku aku tak pernah mengenal kata kasih sayang dan kebahagiaan.
Aku tak pernah mendapatkan kasih sayang yang selalu ayah dan ibu berikan kepada kedua kakakku, mereka justru lebih sering mendiamkanku dan membiarkanku, hingga aku merasa asing dalam keluargaku sendiri.
Di sekolahpun hal yang sama aku alami, aku tak banyak memiliki seorang teman, karna aku yang selalu menyendiri dan menyepi, dan terkadang kedua orang tuaku pun membatasiku dalam pergaulan, hingga aku hanya melewati hampir sepanjang hari sendiri di rumah selain waktu sekolah. Hari-hari serasa begitu saja terlewati dalam hidupku, tak pernah ada sesuatu yang berarti.
Suatu hari datang seorang siswa baru sebut saja dia Resha, dia memutuskan untuk duduk di sebelahku karna kebetulan bangku di sebelahku masih kosong. Dia sebenarnya juga masih orang sini namun sempat beberapa tahun pindah ke kota lain karna tuntutan pekerjaan ayahnya. Kebetulan pula di Surakarta dia tinggal di tempat yang tak jauh dari rumahku, sehingga kami bisa menjadi dekat.
Aku pernah berharap hadirnya seseorang baru yang mungkin adalah sahabat pertamaku akan merubah kehidupanku, namun aku salah justru kenyataan yang begitu pahitlah harus aku hadapi.
Suatu hari sepulang sekolah aku merasa ada hal ganjil yang sebenarnya tak pernah ingin ku tahu. Rumah tanpak begitu sepi dan gelap, selambu-selambu rumahpun masih tertutup rapi tak seperti hari-hari biasanya.
Aku mencari kedua orang tuaku dan kakakku di setiap sudut rumah. Tapi tak juga kudapati mereka hingga aku merasa begitu lelah dan menuju tempat tidurku..
Aku tersentak melihat sepucuk surat putih di atas tempat tidurku, dengan lemas aku menghampiri dan membacanya.
"Clara, maaf.. Mulai sekarang kami harus pergi.. Mungkin selamanya tak pernah lagi berjumpa denganmu, kamu anak yang begitu baik, maaf kami kadang tak bersikap begitu baik kepadamu namun kami tak pernah membencimu. Sebenarnya kamu bukanlah anak kandung kami, dahulu kami kehilangan anak kandung kami dan akhirnya mengadopsi kamu, namun sekarang kami telah menemukan anak kandung kami kembali dan sekarang saatnya kami berpisah kembali denganmu".
Aku tak pernah tau mengapa mereka tak membawaku pergi atau karena mungkin aku bukanlah bagian dari mereka, ataupun membawaku kembali kepanti asuhan atau kemanapun tempat mereka menemukanku dahulu atau mungkin inilah sudah jalanku. Kini aku hidup sendiri di rumah sebesar ini meskipun akhirnya aku hidup di temani oleh tetanggaku yang pernah bekerja sebagai pembantu di rumahku. Ayah dan ibuku ternyata masih mengirim uang kepadanya untuk membiayai keseharian dan pendidikanku. Aku merasa dunia seolah menjadi gelap, semua warna yang ada didunia ini seakan menjadi warna hitam.
Entah cobaan hidup apa yang aku hadapi kebahagiaan seolah selalu berlari menjauh meninggalkanku, aku terdiam aku selalu berusaha tegar namun tak pernah bisa hanya ada jeritan tangis dalam hatiku, terisak dari kenyataan pahit yang aku alami, aku tak tahu siapa yang harus di salahkan ataupun apa yang sebenarnya salah dalam hidupku ataupun memang sepertinya tak ada yang salah, karna mungkin inilah takdir hidupku sebagai anak perempuan remaja yang harus tabah menerima kenyataan.
Hari demi hari berlalu, tak pernah ada lagi nafsu makan yang ku inginkan, aku terlalu lelah untuk menghadapi semua ini sendiri, apalagi saatku teringat aku tak pernah tau siapa keluargaku, aku mencoba tabah, tabah dan tetap tabah namun hati ini begitu sakit, hingga air mataku pun tak tertahankan lagi menetes tetes demi tetesnya, terus mengalir entah sampai kapan air mata ini harus berhenti, membuat jantung ini begitu lemah.
Beberapa minggu kemudian aku sakit keras dan harus di rawat di rumah sakit, semakin hari kondisiku semakin melemah dan berangsur memburuk, aku merasa sakit yang teramat sangat menyerang tidak hanya jiwa namun ragaku, aku sempat meneteskan air mata saat mendapati Resha seorang diri menjengukku dan menaburkan senyum manis padaku (terimakasih mungkin jika suatu saat aku telah pergi jauh kau akan menjadi seorang yang ku kenang dalam hidupku).
Beberapa saat wajah Resha tanpak jauh dan menghilang dan kini berganti dengan wajah bibi satu-satuya orang terakhir yang aku harap tidak pernah meninggalkanku terus menangis menungguku dengan cemas, aku tersenyum..
Dengan lemah aku membisikan kata "bi, jikalau orang tua angkatku datang aku sudah tak ada lagi, tolong yah sampein makasih banget udah besarin aku.. Terus jikalau suatu saat orangtua kandungku mencariku, ucapkan juga terima kasih untuknya sudah menghadirkanku didunia ini untuk menjadi anak perempuan yang tegar.. terus aku minta maaf banyak salah sama ngrepotin semuanya.. "
Beberapa hari kemudian aku koma, aku semakin pasrah karna kondisiku tak kunjung membaik. Hingga suatu hal yang tak terlupakan yang mungkin adalah hal terindah dalam hidupku seolah datang, seperti janji tuhan bahwasanya semua hal pasti akan indah pada waktunya, seperti ungkapan pasti ada pelangi setelah badai, akan janji tuhan bahwasanya ada dua sisi kehidupan, hingga indahnya senyuman seutuhnya itu muncul juga. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menghilang dari diriku berganti menjadi suasana nyaman dan begitu nyaman penuh kehangatan.
Meskipun sedikit buram aku merasakan banyak seorang anak seusiaku mengenakan seragam putih abu-abu lengkap mendekatiku dengan senyum yang manis, yah tak lain lagi mereka adalah teman-teman sekolahku, dan tanpak juga guru-guruku, tetanggaku dan tentunya bibi, mereka semua berkumpul cemas menanti kabar tentang diriku, aku terharu inginku menangis untuk sebuah tangisan yang lain dari tangisan biasanya, tangisan kebahagiaan. namun aku sudah tak kuat lagi.
Yah mungkin inilah jawaban tuhan akan impian yang penah aku tulis, andai.. Andai saat itu datang..
Entah siapapun dia, siapapun mereka ada ikatan darah atau tidak, hanya hadir sesaat ataupun lama, dia yang sepertinya tak pernah peduli ataupun ramah, di saat mereka semua memberikan sebuah kenyamanan kepada kita merekalah kebahagiaan terindah entah siapapun mereka.. dan saat itu juga aku mengerti bahwasanya kasih sayang bukan hanya dalam sebuah tindakan namun juga dapat kita rasakan dengan hati kita yang tulus, jadi kasih sayang tidak hanya di tunjukan namun dirasakan, aku sadar mungkin sebenarnya banyak orang diluar sana yang sangat menyayangiku namun aku belum dapat merasakannya.. terima kasih tuhan, ini adalah hari terindah dalam hidupku, hari dimana aku dapat belajar peka dari perasaanku.." Itu adalah sebuah kutipan yang pernah aku tulis dalam diaryku.
Waktu terus berjalan, Orang tua angkatnya kini kembali kepadanya. Namun keadaan Clara tetap saja memburuk, setelah hampir seminggu koma, akhirnya Clara menghembuskan nafas terakhir. Menyisakan setitik senyum terindah yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya dan akhirnya dapat ia rasakan di akhir hayatnya.
Clara mengajarkan kita untuk selalu ikhlas menerima keadaan apapun dan bagaimanapun situasinya. Dengan semangat dan kecerdasannya ia masih terus mencari celah-celah kebahagiaan yang tersembunyi dari hidupnya. Meski pada akhirnya ia tidak dapat mengalahkan penyakitnya. Namun ia mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah rasakan sepanjang hidupnya. Sebuah kehangatan bersama orang-orang terdekatnya. karena harus disadari, entah siapapun dia apakah memiliki hubungan darah ataupun tidak, entah keluarga kita atau bukan. Dia yang banyak menghabiskan waktunya disisi kita adalah bagaian terindah dalam hidup kita.
Selamat jalan Clara, semoga kebahagiaan dan keberkahan senantiasa menemani senyum manismu di alam sana.
tentan penulis @tri_spidey3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar