Kehidupan

Cara menghasilkan uang dari blog

Minggu, 30 November 2014

Daily 8 The VAC

     Di kisah beberapa kisah sebelumnya sudah aku ceritakan tenang Vian dan Adit meski pada saat itu kami masih belum begitu akrab dan hanya sering bermain bersama di Sekolah ataupun Madrasah. 

     Dan cerita berlanjut ketika Film spesial yang tayang tiap pukul 7 pagi di hari Minggu selalu menemani kami VAC (Vian,Angga,Cahyo) melepas lelah setelah mencari udara segar di minggu pagi.

      Angga adalah adik kandung Vian usianya sekitar 4 tahun dibawah kami, dia biasanya ikut kemanapun kita bermain. Gemerlapnya Baturraden berkelap kelip menemani perjalanan kami ke Unwiku di pagi yang masih gelap kala orang-orang masih belum beranjak dari rumahnya. 


     Di desaku pada masa itu setiap minggu pagi banyak orang berjalan-jalan mencari suasana sejuk, juga meluangkan waktu untuk sekedar cuci mata cuci hati dan mungkin juga cuci pikiran ke Pasar Parakan Onje ataupun Ke Unwiku untuk mencari udara sejuk sembari mencari jajanan pasar dan sarapan yang akan mereka santap ketika sampai di rumah. 


     Tak seperti anak-anak lain yang menghabiskan banyak waktu, tujuan kami kesitu hanyalah untuk membeli jajan menghabiskan waktu dan kembali kerumah.
Tapi entah kenapa mistis itu menjadi sesuatu yang selalu ingin ku cermati. Tentang makhluk lain yang berada di kehidupan kita namun berada di alam berbeda.



      Aku kadang merasakanya meskipun mungkin itu hanya sebuah ilusi ataupun deja vu, tanpa mengingat kembali kisahku ketika di awal madrasah di pemakaman itu.



      Kelas 3 SD merupakan masa yang kental akan aroma kekanak-kanakkan, hal-hal aneh pun kadang kami lakukan, hingga kami (The VAC) menemukan kebun sepi yang jarang di lewati orang. Disitu kami mencoba mendirikan sebuah rumah-rumahan di bawah pohon dukuh besar. Dengan bekal dan desain seadanya rumah-rumahan persegi dengan ukuran insyallah tak kurang dari 1,5x1,5 punsiap untuk didirikan oleh kami bertiga.


     Sejuknya minggu pagi untuk membuka hari ini seperti biasa kami lakukan untuk jalan-jalan membeli jajanan seperti halnya anak-anak di desa ini pada umumnya.
 

      Sinar matahari mulai bermunculan. Orang-orangpun sudah banyak pergi keluar untuk menikmati weekend yang mereka harapkan untuk menjadikan sebuah hari yang indah. Rumah-rumahan pun akhirnya dapat di dirikan dengan hasil yang tidak begitu baik dengan perancang dan tukang anak kelas 3 SD.

      Hari demi hari berlalu, kini tak hanya kami bertiga, teman-teman lain pun kini banyak yang ikut ramaikan suasana, hari-hari pun terasa begitu indah penuh keceriaan hingga suatu ketika tubuhku terasa begitu lemas, langkahku sempoyongan dan pandanganku menjadi samar-samar, Aku jatuh dan tersandar di pohon dukuh besar tak jauh dari rumah-rumahan kami.


     Seminggu lebih berlalu, aku mengalami sakit panas tinggi, salah seseorang sesepuh mengatakan bahwasanya aku di ganggu oleh arwah penunggu pohon dukuh besar itu. Selama aku sakit aku tak pernah mengetahui lagi dan tak pernah kembali ke rumah-rumahan kami begitupun teman-teman lainnya.


      Setelah aku sembuh akhirnya aku kembali ke areal rumah-rumahan yang kami dirikan. Tanpak semak belukar bersama rumput-rumput liar. Daun-daun pohon yang telah lama berguguran pun sangat banyak berserakan. Mungkin tempat yang luas ini tidak pernah di masuki orang lain selain aku dan teman-temanku.


      Lama aku berkeliling mengamati keadaan sekitar tanpak beberapa ranting pohon dan mainan-mainan kami yang tertinggal. Juga sisa rumah-rumahan kami yang telah hancur tak berbentuk. Mungkin penghuni lain telah mengambil alih area itu dan juga saatnya kami harus pergi dari tempat itu. Pergi dari cerita tentang seorang anak dan rumah-rumahan, pergi dari kisah itu, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar