Kehidupan

Cara menghasilkan uang dari blog

Minggu, 30 November 2014

Daily 7 Lihat, Mentari Itu Pun Mulai Pudar


 Jum'at, 23 September 2003



     Tak selamanya yang indah akan tetap indah, betapapun terangnya bintang bersinar pasti akan redup juga, Sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat pasti bakalan ke sleeding eh kesandung juga. Semuanya pasti akan berangsur memudar seiring dengan waktu yang terus berputar.
Mungkin inilah yang sekarang terjadi di daerahku dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk.


     Sebuah lahan hijau yang subur tempatku sekedar melepas lelah menikmati pemandangan yang mulai berubah.
Sehabis shalat Jum'at aku bergegas menyiapkan makan siang setelah lelah membantu berkebun sepulang sekolah tadi. Sebelum beberapa anak yang semuanya berusia diatasku mengajaku untuk bermain, mereka adalah tetangga-tetanggaku karena memang jarang ada teman sebaya yang tinggal di daerah sekitar rumahku. 


       Hari ini rencananya akan pergi ke sungai di perkampungan sebelah.
Canda tawa selalu menghiasi langkah kami di sepanjang pematang sawah yang kami tapak, teriknya mentari yang seolah membakar kulitpun tak begitu kami hiraukan bagi sekelompok anak kampung yang hidup di kalangan menengah kebawah seperti kami.


     kehidupan keras masa kecil seolah adalah hal lumrah yang biasa kami jalani. Sesampainya jauh di ujung persawahan yang menjadi tujuan kami, kami tanpak kaget melihat alam tempat kami bermain telah berubah menjadi hamparan tanah rata yang begitu luas. Traktor-traktor seolah seperti monster raksasa begitu buasnya mengeruk hektar demi hektar tanah hingga lahan persawahan yang ada disini. Aku hanya termenung mengamati sambil sesekali melihat kampung halamanku yang sudah tak tampak karna tertutup pematang sawah yang tidak rata.
 Angin bertiup kencang hingga menerbangkan debu-debu yang ada di sekitar kami. Tanpak tiga anak perempuan sebaya denganku tak jauh dari pandanganku, di tempat yang mungkin tak seharusnya mereka berada. Mereka menoleh ke arah kami memandang dengan tatapan penuh persahabatan. Aku hanya tersenyum berlalu dan meninggalkannya. 


Waktu terus berlalu, sambil mengamati sekitar aku melangkah meninggalkan lahan yang begitu luas ini, mungkin tempat ini dalam beberapa tahun ke depan sudah berdiri bangunan-bangunan kokoh yang hilangkan semua kenangan kami anak-anak kampung yang biasa menghabiskan waktu di sini untuk belajar bersama, belajar mengenal alam.

Dan aku pun sadar dan cukup memahami sudah tak sedikit di negeri kita lahan persawahan yang di lenyapkan untuk dijadikan tempat peristirahatan penduduk seiring bertambahnya populasi penduduk.

     Pertanian yang dulu sebagai sumber utama penghidupan masyarakat Indonesia sebagai negara agraris kini hanya sekedar pernyataan saja. Lahan-lahan persawahan dan perkebunan sumber penghidupan dan mata pencaharian penduduk kini telah banyak di bangun untuk di jadikan sebagai perumahan.


Tak hanya lahan pertanian saja, bahkan hijaunya hutan tak lagi sesejuk dahulu saat sedikit demi sedikit di gerogoti oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Banjirpun datang ribuan spesies hewan dan tumbuhan ikut lenyap mengikuti lenyapnya ekosistem tempat flora dan fauna itu tumbuh. Mungkin sudah menjadi kodrat Sang Kuasa bahwa setiap hal suatu saat akan berubah. Jika dulu suburnya permukaan bumi yang terus menghijau kini pun kesejukan itu mulai sirna, mulai hilang. Lahan-lahan pertanian telah lenyap menjadi tempat bermukim penduduk modern.

 Mungkin inilah yang di namakan peradaban, yang terang memudar menjadi gelap. Bagaikan mentari yang adakalanya akan menyembunikan sinarnya, hingga sinarnya itu hilang memudar.


"Lihatlah kawan, matahari itu sinarnya mulah memudar". Itulah perumpamaan dari pudarnya indahnya hijaunya kehidupan.

    Kami meneruskan perjalanan ke sebuah tempat penuh pepohonan besar untuk kami beristirahat sebelum angin kencang memaksa kami untuk segera kembali ke perkampungan kami.
Aku berlari di sela gerimis deras dan petir, berlari dan berlari di antara pematang sawah yang ada. Meninggalkan lahan luas, meninggalkan persawahan, meninggalkan tempat itu, dan meninggalkan cerita di hari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar