Kehidupan terus berlanjut, kini aku mulai menjalani rutinitas kehidupanku sepertihalnya anak-anak pada umumnya yakni menjalani kehidupan di sekolah. Mencari ilmu sebanyak banyaknya demi bekal untuk menjalani kehidupan selanjutnya yang lebih baik.
Masa sekolah dasar banyak yang mengatakan adalah masa dimana kita sedang
manja-manjanya bermain dengan penuh keceriaan dengan teman-teman yang ada di sekitar kita. Namun tidak bagiku.
Bagiku itulah masa yang begitu sunyi di mana hari-hari hanya aku lewati sendiri,
meskipun jika saat ini aku memikirkan bahwasannya itu adalah hal yang menyedihkan, namun aku hanya
tersenyum dalam hati, aku beruntung karena saat itu aku belum mengenal
sebuah kata yang sering orang sebut kesepian, pintu rumah yang terkunci seolah
menutup pintuku menuju dunia luar namun justru sekaligus membuka lebar-lebar pintu ke dunia
imajinasiku dan khayalanku.
Aku serasa masuk dalam kotak mainan kecil
layaknya tokoh utama dalam film Sword Art Online yang di ceritakan dalam kisahnya bahwa sang tokoh utama yakni Kirigaya Kazuto
terjebak dalam dunia gamenya, sama seperti aku yang terjebak dalam dunia
kotak kecil mainanku, dan saat itu juga entah kenapa aku tak pernah
mengingat satu kata yang sering orang sebut teman saatku mulai masuk
semakin dalam ke dunia khayalanku, hingga saatku mulai frustasi dan
menguci pintu kamarku sembari menata sebuah kertas bergambar pemain
sepak bola yg sering di sebut oleh anak kecil didaerahku dengan istilah
wayangan.
Aku sengaja mengunci pintu karena malu ada orang lain yang
mengetahui tentang hal tak berguna yang aku lakukan, untuk mengisi hari-hariku yang penuh dengan
kesendirian.
Aku mulai melipat dua lembar kertas dan ku tata saling
berhadapan laksana gawang, dan ku ukir sebuah kapur tulis yang aku
ibaratkan adalah sebuah bola, jam tanganku yang rusak adalah laksana waktu pertandingan
dan tak lupa buku kecil untuk mencatat top skor,nilai dan poin untuk
transfer pemain, mungkin saat ini aku bisa menertawakan apa yang pernah aku alami pada hari itu, sebuah hari dimana aku masih berada pada
saat masa kecilku.
Itu hanya sedikit gambaran masa kecilku yang penuh
khayalan hanya untuk hilangkan rasa sepi, namun aku tak pernah tau semua itu
mengajariku untuk melatih imajinasiku, pada saat SMP aku sempat menuliskan beberapa lagu. meski tak ada seorangpun yang tau aku berhasil membuat lagu dari beberapa
chord standard yang aku pelajari sendiri.
Aku tak pernah tau dari mana kata-kata yang
selalu muncul dalam otakku yang dapat aku rangkai. Kata-kata itu muncul dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupku. Apalagi jika terbesit
ingatan semenjak banyak perubahan terjadi di masa kecilku yang harus
berpindah-pindah tempat tinggal dari tempat yang jauh ketempat yang lebih jauh
lagi yang buatku sendiri dan sendiri lagi. Sebuah hal yang sangat buruk untuk mendapatkan seorang teman karena terlalu banyak waktu aku gunakan hanya untuk
sendiri dirumah.
Setelah selesai mengerjakan tugas PR di Sekolah tadi pagi di halaman
buku paling belakang mulai aku tuliskan huruf demi huruf untuk melampiaskan semua kesedihan
ataupun hal buruk yang ku alami saat it., Berawal dari itulah aku mulai
menulis, hingga aku mulai beranjak dewasa, semua pelampiasan yang aku
tulis sudah bukan lagi pelampiasan, namun sebuah pelajaran. Pelajaran
dalam menjalani kehidupan, seiring mulai banyak teman yang tanpa sengaja
mengetahui memuji dan enghina coretan-coretan kecil yangg aku tulis hingga tak sedikit yang
mengecapku puitis. Namun banyak juga HATERS dengan kata-katanya yang sungguh menjengkelkan yang aku tidak peduli seolah lebih mengerti tentang hidup yang aku jalani.
Namun terserahlah semua orang bebas berpendapat, tapi mereka
harus tau, aku bukanlah seorang puitis, aku hanya mengabadikan momen yang mungkin akan terlewat begitu saja menggunakan sebuah tulisan sederhana, meski aku juga tak
pernah bisa menulis dengan baik, aku hanya sedang menghabiskan waktuku
yang membosankan ini.
Terima Kasih Ini adalah kisah pertamaku, sangat membosankan bukan? Aku harap kalian tidak membenciku juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar