Mungkin semua orang menganggap coretanku tak semenarik karya-karya indah
tulisan JK Rowling, Nich Hornby ataupun Milan Kudera yang begitu
mendunia, bahkan bisa di bilang begitu membosankan ataupun menjenuhkan
terserah apapun pendapat semua orang, karena itu adalah hak mereka dalam
menghayati dan mengkritisi sebuah karya, aku tak bisa memaksa mereka membaca yang
baik-baik saja dalam tulisanku, karena
inilah kisah kehidupanku sebuah hal nyata yang aku alami dan harus
kuakui memang tak banyak yang berakhir baik seperti yang kita harapkan.
Terima kasih juga aku sampaikan kepada semua orang yang hadir dalam hidupku sampai
saat ini yang telah begitu banyak memberikan inspirasi kepadaku untuk menuliskan kisahku ini.
Aku hanya menuliskan disini hanya beberapa hal yang masih aku ingat. karena sesungguhnya peristiwa ini sudah terjadi dan sudah begitu lama berlalu. Mohon maaf jika ada kekeliruan tempat ataupun peristiwa yang kurang sesuai selama aku menuliskan karena aku hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna dan begitu banyak kekhilafan.
Jadi untuk semua teman-teman kerabat dan semua orang yang terlibat didalam tulisanku aku harap membaca episode yang ini sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena sekalilagi aku jelaskan bahwa kisah ini sudah lama berlalu dan tidak ada maksud untuk mengait-kaitkan kembali apa yang telah terjadi yang mungkin akan berdampak pada keharmonisan kehidupan kalian sekarang. aku harap kalian semua bisa memakluminya. Terima kasih.
.
Langsung saja kisah ini aku mulai dari suatu pagi yang indah di kota yang begitu serasa sejuk dan begitu sejuk. Kota itu bernama Solo. Salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di
Jawa Tengah (Central Java). Sebuah kota yang cukup berkembang pesat jika di
lihat dari bangunan-bangunan mewah yang berdiri kokoh di pusat kota
tersebut. Sedikit menuju ke arah timr dari pusat kota terpampanglah nama
kabupaten Wonogiri sebuah tempat yang masih lekat dengan aroma
pedesaannya pohon-pohon tinggi menjulang, rumah adat Joglo dan lahan
persawahan yang membentang menghiasi perjalanan sekitar 2 jamku dari rumah budhe ku
pusat kota Solo menuju Wonogiri.
Tanpa basa basi inilah aku dan ini ceritaku. Namaku Triocahyo Utomo ini sesuai akta kelahiranku. Bagiku sebuah nama yang cukup mudah diingat. tapi tidak untuk pembuat KTP dan kartu tanda lain yang seringkali salah dalam penulisan namaku menjadi Trio Cahyo Utomo. Hingga sampai sekarang dari STNK BPJS SIM KTP dll sudah terlanjur salah tidak sesuai akta, aku sudah lelah untuk revisi karena pada kelanjutannya kesalahan itu tetap saja terjadi.
Setelah itu aku meyakini bahwa namaku adalah nama yang sulit. Setuju atau tidak terserah. yang penting kasih jawaban aja. biar nilainya ga mines hehe
Apa nyambungnya yah? emangnya SBMPTN haha entahlah. Cahyo biasa aku di
panggil kecuali oleh orang yang sok kenal ataupun ngga mau kenalan biasanya memanggil aku dengan kata Kamu. Padahal itu sama sekali tidak ada di nama panjangku, aneh yah.
Hmm
oke lanjut lagi aku adalah seorang anak laki-laki pendiam dengan kehidupan
sederhananya seperti orang-orang Solo pada umumnya.
Lahir dari ayah yang berasal dari Purwokerto dan ibu berasal dari Solo. mungkin alasan itulah yang membuat tiap namaku di akhiri dengan huruf O. oo gitu.
Singkat cerita hari itu adalah hari terakhirku di Kota Solo, dan moment ini aku manfaatkan untuk menemui Alm. embahku di Wonogiri (embahku sendiri sekarang sudah meninggal kalau tidak salah itu terjadi sekitar tahun 2005, aku tidak bisa mengingat dengan pasti) untuk berpamitan sebelum jauh pergi dan mungkin lama tidak bertemu atau bahkan tidak mungkin bertemu lagi melihat beliau
yang sudah sangat berumur.
Saat-saat terakhir ini juga aku
manfaatkan untuk mengenang dan menjelajahi lingkungan sekitar sebelum
datang hari esok, yah hari esok.. Hari dimana aku akan menuju kota yang
mungkin begitu terasa asing bagiku, namun mungkin juga akan membuat
cerita yang berkesan untukku. Yah Kota Purwokerto, benar sekali.
Aku berharap mungkin di tempat itulah aku kembali merangkai masa
kanak-kanakku yang mungkin penuh dengan cerita atau mungkin tidak
berkesan sama sekali.
Aku tak peduli, yang ku tahu waktu terus berjalan
dan kini hari telah berganti.
Langkah demi langkah mengatarkanku
pada gerbong kereta ekonomi Stasiun Jebres Surakarta yang akan membawaku
menuju Purwokerto. Kilometer demi kilometer semakin jauh membawaku dari
masa lalu, kupandangi hamparan sekitar yang menjadikan sebuah panorama
yang indah dari dalam jendela kereta, tanpa sadar aku terdiam dan
merenung melihat segerombolan awan yang tanpak dari jendela kereta yang
membuatku begitu tenang.
Aku terus mengamati awan itu yang seolah terus berjalan dengan lancar seperti halnya roda kehidupan yang terus berjalan. Hampir seharian penuh aku menikmati perjalanan, suasana hening Wonogiri kini telah berubah gemerlapnya malam kota Purwokerto. Kinipun aku siap melanjutkan petualangan masa kecilku yang belum bisa
hilang dari bayang-bayang kenangan. Sambilan melihat biru langit yang
tanpak cerah di kota Purwokerto kala siang menjelang secerah harapan
yang aku impikan di masa depan.
Mungkin hidupku dan semua yang aku
lihat kini akan berubah, yang datang dan yang pergi, yang lama dan yang
baru. Namun inilah aku meskipun kelak semua telah berubah, aku tetaplah
aku, menjadi diriku dengan sejuta harapan hidupku.
Memory : Rabu, 6 juli 2001 Kota Surakarta
Selamat tinggal embah, Kota Solo, Wonogiri dan juga kenangan, terima kasih untuk masa kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar