Aku tak pernah tahu dan dan tak pernah mengerti karena ini mungkin
bukanlah hal yang kebetulan karena aku memang hanya sekali hadir di dunia
ini. "Tiga tiga dan mencoba" yang jika di dalam bahasa inggris three and
try kedua kata yang hampir mirip itu, entah kenapa aku merasa hal itusedikit
identik dengan hidupku.
Orang tuaku memberiku nama Triocahyo utomo. Sebuah nama yang begitu sederhana, dan simple. Sepertihalnya hidupku. Aku besar dalam lingkungan pedesaan yang sunyi dan dingin, tepatnya di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah. Lingkungan pedesaan dengan jarak yang cukup jauh antar rumah mungkin bukanlah suatu pengelakan dariku bahwasannya ketika kecil memang pada dasarnya aku tidak memiliki teman. Sementara kedua orang tuaku sangat sibuk bekerja untuk menghidupi keluarga kami.
Aku tumbuh besar dalam kesendirian, Semua itu mulai aku sadari ketika hari pertama menginjakan kaki di sekolah. Aku melihat sekeliling, tanpak wajah-wajah anak-anak lelaki dan perempuan yang tak pernah aku lihat sebelumnya dengan perasaan gembira memasuki ruangan kelas dengan terburu-buru, beberapa diantara mereka masih bergandengan tagan dengan orang tua mereka. Semuanya seumuran denganku. Harusnya ini adalah hari yang menggembirakan untukku, Hari yang bersejarah. Tapi ketika aku mulai memasuki lingkungan sekolah, ada kesedihan yang mulai terasa.
Aku adalah satu-satunya siswa baru yang tiba disekolah tanpa didampingi oleh orang tua, Hari itu dihari pertama masuk sekolah aku berangkat sendiri. Ketika aku sadari memang hanya aku yang datang tidak dengan orang tua, ketika masuki kelas. Aku menuju bangku paling belakang yang masih kosong, entah kenapa aku memilih menghindari keramaian dan kebisingan yang ada disekitarku yang justru menyedihkanku. Orang tua mereka saling mengenalkan satu sama lain dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang sudah saling mengenal. Sementara aku hanya bisa terdiam dibelakang, aku keluarkan buku tulis dari tasku. Perlahan aku membukanya. Aku ingin menuliskan sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Aku ingin membaca tapi yang ada hanya buku tulis baru yang masih kosong tanpa tulisan. Aku hanya memandangnya dan melamunkannya, sesekali melihat ke sekeliling dan kembali hanya memandang buku tulis yang masih kosong itu.
Kurang lebih seperti itu aku tumbuh, Tumbuh dari situasi yang mungkin tidak pernah sama sekali setiap anak kecil inginkan. Terlahir sebagai Anak kecil yang sepertinya tidak pernah tersenyum. Anak kecil yang sangat pendiam. Anak kecil yang tidak memiliki teman. Entah benar atau tidak seperti itu yang mereka katakan. Entah seperti apapun juga kalian tak boleh menganggap buruk untuk seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun. Apalagi menyamakanku dengan Tokoh Kazekage Gara pada anime Naruto. Jelas sangat jauh berbeda, Every body`s change. Seperti itulah yang dikatakan keane lewat lagunya.
Aku biasa
dipanggil Tri oleh orang-orang terdekatku dahulu, bukanlah sebuah nama yang
aneh untuk seorang anak yang memang terlahir sebagai anak ketiga, Aku lahir
di Banyumas dan aku sempat pindah ke Surakarta pada saat masih
berusia 3 tahun, sebelum 3 tahun selanjutnya aku memutuskan mengenyam
pendidikan di Kota Purwokerto, dalam pendikan aku bukanlah tergolong
murid yang spesial karna hanya mendapat peringkat 3 untuk catur wulan pertama
tahun pertama aku duduk di bangku madrosah.
Hal yang cukup kebetulan terjadi di Bangku Sekolah Menengah Pertama,
aku tak pernah sadar karena mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan, dengan
murid yang berjumlah ratusan dan selalu diacak tiap tahunnya untuk
penentuan kelas, dalam 3 tahun juga saya selalu mendapat nomer absen 33
(tiga dan tiga ) 7b 33, 8c 33 dan 9c 33 ini bukanlah hal yang
direncanakan. namun hal seperti itulah terjadi.
Disaat SMP juga adalah masa-masa kegilaanku bersama sepak bola dan
sempat bergabung dengan SSB Bintang Sembilan, dan hal yangg tak terlupakan
adalah saat mencetak Hattrick (3 goal) pada saat pertandingan pertamaku bergabung pada tim itu. Namun pada saat pertengahan SMP saat
bermain sepakbola aku pernah mengalami cidera yang cukup parah hingga
hampir tak bisa berjalan normal selama satu tahun, sebelum akhirnya
memutuskan keluar dari SSB.
Akhirnya aku berhenti untuk menyeriusi dunia
sepak bola yang sangat aku cintai, dan menghapus semua mimpi angan dan cita-citaku untuk menjadi pesepakbola di usia yang masih sangat belia karena memang sudah tidak memungkinkan.
Masa SMP berakhir sepak bola juga berakhir, untuk selanjutnya karena
anjuran orangtua akhirnya aku melanjutkan pendidikan di Jurusan teknik
listrik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan negri di kotaku,
kebetulan juga kelasku saat itu adalah Teknik Listrik 3 (X TITL 3, XI
TITL 3, XII TITL 3) lagi lagi angka tiga berkaitan dengan hidupku, atau mungkin karna itu lah namaku.
Dan masa-masa SMK atau masa-masa putih abu dengan sejuta kegilaannya lah yang membuat
akhirnya aku mengenal musik meskipun aku sudah mulai mengenal gitar dari
bangku Sekolah Dasar (SD) dan sempat membuat band meski sekedar mengisi
di cafe atau fesival kecil,
Tiga, tiga itu hal yg sering aku alami dalam hidupku.
Namun aku rasa maksud dari ataupun alasan di beri nama Tri adalah
agar aku tak pernah lelah untuk mencoba (TRY) selalu mencoba hal apapun
meskipun membahayakan diriku, karna aku terlahir didunia bukanlah di
anugerahi kehidupan yang mulus, bahkan berangsur berantakan sepertihalnya kehidupan yang penuh kesedihan dimasa kecilku. kegagalan keapesan, dan hal yang harusnya
tak pernah kusesali selalu datang merusak hidupku, hingga aku terus
mencoba untuk bangkit try, and try, again. Mencoba,belajar,ulangi,gagal,coba terus.. Belajar lagi.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar