Kehidupan

Cara menghasilkan uang dari blog

Minggu, 30 November 2014

Daily 9 Cerita Dari Tahun 2002



       Malam minggu yang lelah sambil menikmati pertandingan Serie A antara tim favoritku AC Milan melawan AC Siena. Dua aksi tajam Andry Shevchenko dan satu gol indah Stricker asal Portugal Rui Costa di bantu ketangguhan benteng pertahanan yang di galang sang kapten Paolo Maldini dan Alessandro Nesta membuat dua Wingback Marcos Cafu dan Alessandro Costacurta tak segan-segan membantu penyerangan, hingga AC Milanpun leading 3 gol tanpa di balas satupun ke gawang Nelson Dida di babak pertama.


      Aku memang penggila berat sepak bola sejak kecil, FIFA World Cup South Korea-Japan 2002 beberapa waktu lalu membuka mataku tentang dunia persepakbolaan, Kalau tidak salah di tahun itu pula Piala Dunia untuk pertama kalinya di selenggarakan di benua Asia, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah 2 negara menjadi tuan rumah yakni Korea Selatan dan Jepang. 


     Kala itu juga banyak kejutan terjadi saat Perancis yang menjadi Juara dunia di perhelatan sebelumnya harus tersingkir di fase grup setelah di taklukan Senegal 1-0. Dan tahun itu juga di stadion Yokohama, Jepang menjadi saksi sang penguasa sepak bola dunia dengan gelar piala dunia ke limanya. 

       Banyak aksi heroic sepanjang perhelatan 4 tahunan itu, tentang 5 goal Heading Stricker Jerman Miroslav Klose ke gawang Saudi Arabia, juga aksi tuan rumah Korea Selatan yang mengejutkan dunia dengan semangat pantang menyerah mengalahkan tim kuat Italia lewat perpanjangan waktu dan lolos ke semifinal melalui aksi Ahn Chung Hwan,.Skuad "boyband" Korea Selatan karena dengan pasukan rambut di semir merahnya pun dengan gagah menjadi tim asia pertama yang menembus babak semifinal.

      Di masa itu juga sistem golden goal terakhir kalinya diberlakukan. Dimana siapa tim yang mencetak goal pada saat ekstra time terlebih dahulu maka pertandingan akan dihentikan dan tim tersebut dinyatakan sebagai pemenang. Dan endingnya tarian samba Ronaldo Nazario Da Lima menjadi aktor paling di kenang kala membawa Tim Samba mengangkat Trophy Piala Dunia ke limanya bersama rekan setimnya saat itu seperti Ronaldinho, Rivaldo dan Roberto Carlos. dan lain-lain. Piala Dunia telah berakhir dan cerita di tahun 2002 pun telah berakhir.


     

Daily 8 The VAC

     Di kisah beberapa kisah sebelumnya sudah aku ceritakan tenang Vian dan Adit meski pada saat itu kami masih belum begitu akrab dan hanya sering bermain bersama di Sekolah ataupun Madrasah. 

     Dan cerita berlanjut ketika Film spesial yang tayang tiap pukul 7 pagi di hari Minggu selalu menemani kami VAC (Vian,Angga,Cahyo) melepas lelah setelah mencari udara segar di minggu pagi.

      Angga adalah adik kandung Vian usianya sekitar 4 tahun dibawah kami, dia biasanya ikut kemanapun kita bermain. Gemerlapnya Baturraden berkelap kelip menemani perjalanan kami ke Unwiku di pagi yang masih gelap kala orang-orang masih belum beranjak dari rumahnya. 


     Di desaku pada masa itu setiap minggu pagi banyak orang berjalan-jalan mencari suasana sejuk, juga meluangkan waktu untuk sekedar cuci mata cuci hati dan mungkin juga cuci pikiran ke Pasar Parakan Onje ataupun Ke Unwiku untuk mencari udara sejuk sembari mencari jajanan pasar dan sarapan yang akan mereka santap ketika sampai di rumah. 


     Tak seperti anak-anak lain yang menghabiskan banyak waktu, tujuan kami kesitu hanyalah untuk membeli jajan menghabiskan waktu dan kembali kerumah.
Tapi entah kenapa mistis itu menjadi sesuatu yang selalu ingin ku cermati. Tentang makhluk lain yang berada di kehidupan kita namun berada di alam berbeda.



      Aku kadang merasakanya meskipun mungkin itu hanya sebuah ilusi ataupun deja vu, tanpa mengingat kembali kisahku ketika di awal madrasah di pemakaman itu.



      Kelas 3 SD merupakan masa yang kental akan aroma kekanak-kanakkan, hal-hal aneh pun kadang kami lakukan, hingga kami (The VAC) menemukan kebun sepi yang jarang di lewati orang. Disitu kami mencoba mendirikan sebuah rumah-rumahan di bawah pohon dukuh besar. Dengan bekal dan desain seadanya rumah-rumahan persegi dengan ukuran insyallah tak kurang dari 1,5x1,5 punsiap untuk didirikan oleh kami bertiga.


     Sejuknya minggu pagi untuk membuka hari ini seperti biasa kami lakukan untuk jalan-jalan membeli jajanan seperti halnya anak-anak di desa ini pada umumnya.
 

      Sinar matahari mulai bermunculan. Orang-orangpun sudah banyak pergi keluar untuk menikmati weekend yang mereka harapkan untuk menjadikan sebuah hari yang indah. Rumah-rumahan pun akhirnya dapat di dirikan dengan hasil yang tidak begitu baik dengan perancang dan tukang anak kelas 3 SD.

      Hari demi hari berlalu, kini tak hanya kami bertiga, teman-teman lain pun kini banyak yang ikut ramaikan suasana, hari-hari pun terasa begitu indah penuh keceriaan hingga suatu ketika tubuhku terasa begitu lemas, langkahku sempoyongan dan pandanganku menjadi samar-samar, Aku jatuh dan tersandar di pohon dukuh besar tak jauh dari rumah-rumahan kami.


     Seminggu lebih berlalu, aku mengalami sakit panas tinggi, salah seseorang sesepuh mengatakan bahwasanya aku di ganggu oleh arwah penunggu pohon dukuh besar itu. Selama aku sakit aku tak pernah mengetahui lagi dan tak pernah kembali ke rumah-rumahan kami begitupun teman-teman lainnya.


      Setelah aku sembuh akhirnya aku kembali ke areal rumah-rumahan yang kami dirikan. Tanpak semak belukar bersama rumput-rumput liar. Daun-daun pohon yang telah lama berguguran pun sangat banyak berserakan. Mungkin tempat yang luas ini tidak pernah di masuki orang lain selain aku dan teman-temanku.


      Lama aku berkeliling mengamati keadaan sekitar tanpak beberapa ranting pohon dan mainan-mainan kami yang tertinggal. Juga sisa rumah-rumahan kami yang telah hancur tak berbentuk. Mungkin penghuni lain telah mengambil alih area itu dan juga saatnya kami harus pergi dari tempat itu. Pergi dari cerita tentang seorang anak dan rumah-rumahan, pergi dari kisah itu, selamanya.

Daily 7 Lihat, Mentari Itu Pun Mulai Pudar


 Jum'at, 23 September 2003



     Tak selamanya yang indah akan tetap indah, betapapun terangnya bintang bersinar pasti akan redup juga, Sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat pasti bakalan ke sleeding eh kesandung juga. Semuanya pasti akan berangsur memudar seiring dengan waktu yang terus berputar.
Mungkin inilah yang sekarang terjadi di daerahku dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk.


     Sebuah lahan hijau yang subur tempatku sekedar melepas lelah menikmati pemandangan yang mulai berubah.
Sehabis shalat Jum'at aku bergegas menyiapkan makan siang setelah lelah membantu berkebun sepulang sekolah tadi. Sebelum beberapa anak yang semuanya berusia diatasku mengajaku untuk bermain, mereka adalah tetangga-tetanggaku karena memang jarang ada teman sebaya yang tinggal di daerah sekitar rumahku. 


       Hari ini rencananya akan pergi ke sungai di perkampungan sebelah.
Canda tawa selalu menghiasi langkah kami di sepanjang pematang sawah yang kami tapak, teriknya mentari yang seolah membakar kulitpun tak begitu kami hiraukan bagi sekelompok anak kampung yang hidup di kalangan menengah kebawah seperti kami.


     kehidupan keras masa kecil seolah adalah hal lumrah yang biasa kami jalani. Sesampainya jauh di ujung persawahan yang menjadi tujuan kami, kami tanpak kaget melihat alam tempat kami bermain telah berubah menjadi hamparan tanah rata yang begitu luas. Traktor-traktor seolah seperti monster raksasa begitu buasnya mengeruk hektar demi hektar tanah hingga lahan persawahan yang ada disini. Aku hanya termenung mengamati sambil sesekali melihat kampung halamanku yang sudah tak tampak karna tertutup pematang sawah yang tidak rata.
 Angin bertiup kencang hingga menerbangkan debu-debu yang ada di sekitar kami. Tanpak tiga anak perempuan sebaya denganku tak jauh dari pandanganku, di tempat yang mungkin tak seharusnya mereka berada. Mereka menoleh ke arah kami memandang dengan tatapan penuh persahabatan. Aku hanya tersenyum berlalu dan meninggalkannya. 


Waktu terus berlalu, sambil mengamati sekitar aku melangkah meninggalkan lahan yang begitu luas ini, mungkin tempat ini dalam beberapa tahun ke depan sudah berdiri bangunan-bangunan kokoh yang hilangkan semua kenangan kami anak-anak kampung yang biasa menghabiskan waktu di sini untuk belajar bersama, belajar mengenal alam.

Dan aku pun sadar dan cukup memahami sudah tak sedikit di negeri kita lahan persawahan yang di lenyapkan untuk dijadikan tempat peristirahatan penduduk seiring bertambahnya populasi penduduk.

     Pertanian yang dulu sebagai sumber utama penghidupan masyarakat Indonesia sebagai negara agraris kini hanya sekedar pernyataan saja. Lahan-lahan persawahan dan perkebunan sumber penghidupan dan mata pencaharian penduduk kini telah banyak di bangun untuk di jadikan sebagai perumahan.


Tak hanya lahan pertanian saja, bahkan hijaunya hutan tak lagi sesejuk dahulu saat sedikit demi sedikit di gerogoti oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Banjirpun datang ribuan spesies hewan dan tumbuhan ikut lenyap mengikuti lenyapnya ekosistem tempat flora dan fauna itu tumbuh. Mungkin sudah menjadi kodrat Sang Kuasa bahwa setiap hal suatu saat akan berubah. Jika dulu suburnya permukaan bumi yang terus menghijau kini pun kesejukan itu mulai sirna, mulai hilang. Lahan-lahan pertanian telah lenyap menjadi tempat bermukim penduduk modern.

 Mungkin inilah yang di namakan peradaban, yang terang memudar menjadi gelap. Bagaikan mentari yang adakalanya akan menyembunikan sinarnya, hingga sinarnya itu hilang memudar.


"Lihatlah kawan, matahari itu sinarnya mulah memudar". Itulah perumpamaan dari pudarnya indahnya hijaunya kehidupan.

    Kami meneruskan perjalanan ke sebuah tempat penuh pepohonan besar untuk kami beristirahat sebelum angin kencang memaksa kami untuk segera kembali ke perkampungan kami.
Aku berlari di sela gerimis deras dan petir, berlari dan berlari di antara pematang sawah yang ada. Meninggalkan lahan luas, meninggalkan persawahan, meninggalkan tempat itu, dan meninggalkan cerita di hari itu.

Daily 6 Kala Masa Panen Tiba


     Datangnya masa panen kini membuat kado indah bagi para petani, namun di suatu daerah mungkin tidak hanya petani saja, seperti yang selalu terjadi di desa tempatku tinggal, desa yang sebenarnya tak jauh dari keramaian namun begitu kental akan aroma pedesaan.



     Tanpak anak-anak berlarian bahagia di antara pohon jagung yang lebat, di situlah satu-satunya lahan yang belum di panen, mereka becanda bergurau gembira bersama.



     Aku masih berdiam diri di bukit yang tak jauh dari lahan persawahan yang luas itu, aku hanya termenung sambil mengamati langit biru yang cerah di siang itu. Di hari sabtu sepulangku dari sekolah, tanpak layang-layang terbang begitu indah di antara birunya langit, di sertai teriakan gembira anak lainnya yang membuatku terkadang teringat akan suatu pedesaan yang ku singgahi di tempat ataupun daerah sebelumnya.


     Aku bergegas menuju persawahan itu, anak-anak itu tanpak sedang membuat rumah-rumahan dari sisa dedaunan padi hasil panen yang kering, sesampainya disana aku membantu menyarikan ranting-ranting serta kayu untuk menjadi perabot yang kokoh, dengan kegembiraan akhirnya perumahan jeramipun dapat kami dirikan.


     Setelah benar-benar jadi aku bergegas pergi ke gubug dan segera menaikan layang layangku bersama serpihan angin yang berhembus dan seolah tersenyum kepadaku. Layang layangku terus terbang dengan indah dalam luasnya langit siang hari itu seluas kehidupan dan hari hariku kini disini.
Rasa bosan memaksaku beranjak menuju deras aliran sungai di tepi sawah untuk melepas lelah, aku merasa hari ini begitu lama untuk dilewati.


     Yah, itulah keseharian yang sering anak-anak di kampung ini yang biasa mereka lakukan selama liburan musim panas tiba, aku pun mulai beradaptasi dalam kehidupan masa kecil yang begitu sederhana ini.
Aku tidak begitu ingat dengan siapa saja aku menghabiskan waktu kala masa panen tiba, yang aku ingat aku banyak menghabiskan banyak waktu dengan teman di RT tempat aku tinggal yakni di RT 02 RW 02 Desa Pasir Wetan, mereka sebagian besar berusia jauh diatasku. namun aku sangat senang bermain dengan mereka, terutapa ketika liburan sekolah.

    Banyak hal-hal yang seru dan menantang. Namun perumahan jerami, main bola di lahan sawah kosong, berlarian diantara pepohonan jagung ketapel dari pohon jambu dengan peluru kandri. Semua hanya tinggal cerita, zaman semakin berkembang dan hal itu mungkin hanya terjadi pada masa itu, sekitar tahun 2005. tahun dimana bahagia adalah sebuah kesederhanaan. Bahagia itu sederhana, bagiku. Bagi kami dimasa itu. Sungguh sederhana.
  
Sekalilagi aku ucapkan terima kasih. erima kasih untuk masanya.
Kala masa panen tiba. Masa yang telah pergi, Mungkin cuma kami yang menikmati, di masa itu. Karena sekarang perubahan jaman dan arus globalisasi telah membawa dunia pada peradaban. Semua ada masanya masing-masing.Yang lalu berganti dengan yang baru.

Daily 5 Mungkinlah Sejarah Kan Mengenang Kami di Madrasah

        Kisah ini terjadi sekitar tahun 2004. Ketika aku masih kelas 2 SD, selain bersekolah umum. sore harinya aku juga belajar di sekolah agama di Madrasah yang ada di desaku. Mayoritas yang bersekolah adalah teman yang sama dari SDku tapi teman dari kampung sebelah juga banyak yang sekolah disitu.

     Saat itu adalah hari pertamaku di Madrasah Salafiyah, tak kusangka persahabatan itu tak hanya sampai disitu, mungkin sepertihalnya sebutir kedelai yang di lemparkan ke dalam air, yang kan terus mencari tempat paling nyaman selagi masih akan berkembang.

     Dimadrasah aku tidak satu kelas dengan Vian teman kelasku yang berasal dari SDN 2 Pasir Wetan. Dan kebetulan di Madrasah aku bertemu banyak teman dari sekolah lain yaitu Arif dan Jacky yang beasal dari SD 1 dan Marvi yang bersekolah di SD Karanglewas yang bahkan berada diluar desaku. meskipun demikin dia tinggal satu desa denganku. Mereka hadir dalam tahun pertamaku di Madrasah.

     Vian dan temanku dari SD 2 yang lain yakni adit masuk madrasah setahun setelah aku masuk. Jika aku mulai masuk ketika kelas 2. Mereka masuk ketika kelas 3 SD. Tapi tetap saja aku lebih sering bermain dengan mereka meskipun di madrasah mereka berdua adalah Adik kelasku. Jam 2 siang adalah jam di mana bel masuk berbunyi, namun aku selalu datang sejam lebih awal dari semua santri siang yang ada di madrasah, karena vian selalu mengajaku untuk berkeliling ke daerah sekitar madrasah atau daerah bagian utara desa kami karna kami memang tak begitu mengenalnya.

    Hari itu kami tetap jalan-jalan seperti biasa, bedanya Adit kini hadir di samping kami berdua, sudah lama hari ini kami jalan-jalan di lingkungan sekitar madrasah dan waktu pun hampir menunjukan pukul 2 siang tepat bel masuk berbunyi, namun kami masih entah dimana hingga tanpak hal aneh di benakku di sebuah jalan buntu dengan jembatan tua dekat lahan persawahan yang sangat luas namun sepi, dan bel masuk madrasah mulai terdengar membuat kami akhirnya pun dapat kembali ke madrasah, kami telat dan teman-teman banyak yang membully kami membicarakan tentang kami yang tidak-tidak karna memang kami bertiga tinggal di komplek desa yang berbeda dari santri madrasah lain pada umumnya sehingga kami tidak begitu mengenal.

      Baru berapa menit aku masuk kelasku, Adit dan Vian pun juga memasuki kelasnya. Perasaan jenuh mulai datang, begitu bosan apalagi sambutan kurang baik yang aku dapatkan, mungkin hal ini juga di alami Vian dan Adit di kelas sebelah, tiba-tiba bayangan tentang jembatan tua melintas di pikiranku, aku bermaksud mencari tau tentang tempat itu istirahat nanti namun sepertinya aku harus mengurungkan niatku karna pasti ada teman lain yang akan mengetahuinya dan curiga. Akhirnya aku memutuskan untuk besok berangkat lebih awal lagi bersama Vian dan Adit untuk kembali ketempat itu.

     Waktu terus berjalan dari firasat aneh berubah menjadi suasana yang begitu mendamaikan. tempat itulah akhirnya menjadi penenang hati kami, tempat bersharing kami bertiga yang membuat kami semakin dekat. Suasana sunyi dan sepi selalu menghiasi tempat ini, kami selalu meluangkan waktu untuk mengelilingi tempat itu, hingga timbul pertanyaan entah kenapa jarang ada orang yang datang kesini padahal di sini begitu tenang. Seperti yang kami rasakan, meskipun belum mengenal tempat ini ataupun mengetahui seluk beluknya namun kami merasa begitu nyaman.


     Lama sudah kami berkeliling di dekat pematang sawah sambil menuju gubug tempat kami berkumpul, tak ada orang lain yang ada disini, percikan air terasa nyaring di dengar, angin sepoi-sepoi seakan menunjukan betapa bersahabatnya tempat ini.


    Tak terasa sudah berbulan-bulan kami mengunjungi tempat ini dan tak ada hal aneh yang kami rasakan, hanya suara tiupan angin dan gemercik air yang menemani candaan kami. Jika aku ceritakan tempat itu adalah sebuah kebun yang selanjutnya ada lahan persawahan yang sangat luas dan jauh dari rumah penduduk. dan diujung sawah itu ada sebuah sungai yang dikelilingi tebing yang curam.

    Namun semua berubah dalam seminggu ini, hal-hal aneh dan tak masuk akal datang ketempat ini, untungnya tak ada santri lain yang mengetahui penjelajahan yang kami alami. Hingga suatu ketika hal aneh itu datang aku melihat dengan jelas sesosok makhluk tinggi besar melesat begitu cepat di depan kami bertiga, aku berusaha mengejarnya namun makhluk itu melesat begitu cepat seperti angin, perasaan panik dan takut menyelimuti pikiranku namun aku mencoba untuk tetap tenang. Seketika aku merasa berada dalam masalah yang besar, perasaanku menjadi tidak karuan.


    Tiupan angin tiba-tiba berhembus di sekitar pohon jati nan jauh disana yang tanpak tak begitu jelas hingga hal aneh itu muncul padaku sendiri entah benar atau tidak, entah fatamorgana atau nyata selintas dari kejauhan tanpak makhluk berjubah hitam menghilang lenyap bersama angin.


     Bel masuk madrasah berbunyi, sambil membetulkan tasku kami bergegas kembali ke madrasah, aku masih penasaran tapi mungkin itu hanyalah ilusi.
Ingin rasanya tahu lebih banyak tentang hal-hal yang aneh itu, tapi setelah test cawu madrasah diliburkan. Liburan akhir pekan menjadikan ending kisah dalam seminggu. Aku hampir lupa tentang misteri jembatan tua bersama Vian dan Adit, karna sepanjang liburan madrasah kami hanya bermain dirumah.

     Dan waktu itupun tiba, di hari pertamaku kembali ke madrasah setelah libur cawu pertama, aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk kembali ke tempat itu. Tak pernah kuduga tanpak seorang kakek yang sepertinya telah menunggu kami, dan menceritakan tentang asal usul tempat ini yang ternyata adalah tempat-tempat makam tua dan makam para ulama di desa ini.

     (sekedar info Sekitar 8-9 tahun kemudian yakni sekitar tahun 2013 ketika aku menjabat Sebagai Wakil ketua IPNU sekaligus ketua PHBI di kampungku, aku akhirnya mengetahui kakek itu adalah penjaga makam di kampungku. aku mengetahui hal itu ketika pernah meminta perijinan untuk ziarah rekan dan rekanita IPNU dan IPPNU di desaku, meskipun aku tidak ingat namanya namun ketika masih aktif di IPNU aku cukup akrab dengan beliau karena aku dan rekan-rekan IPNU yang lain sering berziarah ke tempat tersebut. IPNU IPPNU sendiri adalah organisasi remaja muslim yang sudah ada sejak dulu di desaku) kembali lagi ke tahun 2004. Mungkin tempat ini biasa-biasa saja bagi orang di sekitar sini, namun tanpak begitu aneh bagi kami tiga anak kecil yang berusia tak lebih dari 9 tahun juga notabenenya adalah orang baru di desa ini, yah anak kecil nekad yang coba memaknai hidup.

     Kakek itu menyuruh kami untuk tak pernah lagi kembali ke tempat ini dan karna ku yakin suatu saat pasti kami akan mengerti. Jawaban dari semua yang telah kakek itu katakan.
Akhirnya kami pergi meninggalkan tempat itu. Bel masuk madrasah telah berbunyi aku segera berlari supaya tidak terlambat lagi, akhirnya kami sampai madrasah bertemu teman yg lain, seolah seperti tak pernah ada yang terjadi di antara kami.

 Kini kami kembali menjalani hari-hari seperti biasa di Madrasah, diejek, di Bully dan di nakali. Sebuah problema yang biasa terjadi di masa kanak-kanak. Hingga akhirya kedua sahabatku tak bertahan, dan akhirnya keluar dari madrasah sekitar 2 tahun kemudian.

Catatan Harian Santri

DAILY 4 Hakikat Persahabatan Menurutku


       Tahun pertama aku mulai kehidupan baru, aku masih hanya berilustrasi ilusi tentang dunia kecil dalam hidupku yang lalu, tentang indahnya menjalani hari menghayati tiap inci ciptaannya. Namun Sang Khalik dengan kuasanya kini membawaku dalam kehidupan yang baru.



      Hari demi hari berganti hingga kini bulan pertamaku di Sekolah Dasar mungkin hari yang sangat bersejarah bagiku saat seorang guru memperkenalkan seorang murid laki-laki baru dari Jakarta.
Saat pertama berjumpa mungkin tak banyak hal menarik diantara kami namun selang berjalannya waktu tak pernah ku pungkiri sejatinya dialah sahabat sejatiku yang mungkin aku menjumpainya sekali dalam seumur hidup. 



      Vian biasa dia di panggil adalah orang pertama yang menghiasi kisah pertamaku ini dengan hal-hal gila yang biasa kami lakukan, sama-sama datang sebagai pendatang dan letak rumah yang cukup berdekatan menjadikan kita bersahabat. Salah satu kesamaan lain adalah aku sadari kami berdua adalah yang paling kecil dikelas. 



      Waktu terus berjalan, tidak ada dimensi waktu dan jarak yang memisahkan kami hubungan persahabatan kami semakin erat.
Kami selalu bersama bertualang mencari kisah-kisah di langkah pertama kehidupan yakni masa kecil.
Dari main ke suangai sawah, main bola hingga main PS. Tahun pertamaku di Elementary schoolpun di mulai dengan awal yang indah, aku mulai belajar dari dunia luar dan menjalani kehidupan baruku tanpa kenangan indah dahulu lagi. Setiap hari kami bersama cerita indah persahabatanpun mulai ada bagaikan game PC Regnarock ataupun game Play Station semacam Herc Adventures yang sering kami mainkan bersama, juga layang-layang yang kadang kami mainkan dengan susah kami kendalikan penuh lekak lekuk mengikuti arah angin ataupun melawannya seperti hari-hari kita yang penuh tantangan dan liku.



      Mungkin kita sering menertawakan jika kita mengingat apa yang pernah kita alami di masa kecil kita, namun sebenarnya saat itulah kita banyak belajar tentang arti kejujuran dalam kehidupan, hidup menjadi diri kita seutuhnya tanpa pernah ada rekayasa.



     Dan juga bagiku sejati-jatinya sahabat adalah dia yang selalu tertawa tersenyum ataupun bertengkar bersama kala kita kecil, karna persahabatan mengajarkan kita bukan hanya untuk selalu tertawa, namun juga kadang muncul perdebatan atau pertengkaran yang mengajarkan kita untuk tertawa kembali.


     Jika mungkin ada yang bertanya-tanya itu ga akur gitu, apa itu namanya sahabat?
Mungkin sebenarnya dia belum menyadari bahwasannya mereka sedang menunjukan kejujuran mereka kepada sahabatnya meskipun entah disukai atau tidak. Karena hal itu adalah suatu kewajaran bagi anak kecil yang masih memiliki ego yang tinggi.


      Namun menurutku setidaknya itu lebih baik dari sahabat yang hanya selalu bersikap polos kepada sahabatnya. Saling menuruti keinginan sahabatnya meskipun kadang kurang sesuai dengan hati nuraninya. Mungkin mereka mencoba diam dengan niatan untuk menghargai sahabatnya, meski tanpa sadar itu sama saja membohongi dirinya sendiri. Mungkin sih mereka bisa saling fine di depan, kan sahabat tapi toh endingnya saling nggerundel di belakang, ngbully ga jelas di Time Line ataupun lewat Status-status di Sosmed.


     Sebelumnya maaf yah aku nulis ini, jikalau mungkin hal ataupun peristiwa yang sama dengan apa yang anda alami karna priatin aja liat banyak anak muda jaman sekarang yang ngbully di Sosmed dan ternyata sang korban yang di maksud tak lain adalah orang yang disebutnta sahabatnya sendiri.


     Banyak orang mengatakan seindah-indahnya hidup itu yang penuh dengan persahabatan. So jangan pernah sia-siakan sahabat kita, dan juga mulailah tanamkan kejujuran dalam persahabatan.
Bisa jadi apa keinginan ataupun kesenangan dari sahabat kita bukanlah yang baik untuk mereka, juga sebaliknya. Dekatilah dia dengan kejujuran, pasti dia mengerti. Jika memang benar dia adalah orang yangg layak di panggil dengan sebutan sahabat.


terima kasih, itu mungkin sedikit hakikat sahabat menurutku, jika anda merasa tidak sesuai itu hak anda, kolom komentar ada pada bagian bawah artikel ini, terima kasih

Seberkas untaian kata untuk sebuah cerpen "Andai"

Seberkas untaian kata untuk sebuah cerpen "Andai"

Andai
Tuhan, aku tahu tak pernah ada yang salah dalam setiap penciptaanMu di dunia ini..
Namun, dunia ini terlalu sepi untuk ku hadapi sendiri..
Tuhan, beri tahu aku apa itu kasih sayang? Hingga hatiku sedetik saja berhenti menangis..
Merasakan sedikit saja kebahagiaan dan kasih sayang yang tak pernah ku rasakan..

Andai aku dapat kembali..
Hadir dalam kehidupan bersama orang tuaku yang menghadirkanku ke dunia ini..
Kembali dari kenyataan pahit yang aku hadapi..
Aku kecewa, aku tak sempat merasakan kebahagiaan dalam hidupku yang begitu singkat ini..
Haruskah aku bersedih?

Tuhan, andai nafasku dapat lebih panjang lagi..
Bolehkah aku bertanya lagi apa itu kebahagiaan?
Aku ingin merasakan kebahagiaan..
Sekali ini saja.. Setidaknya agar aku dapat mengenang satu hal saja yang dapat aku kenang dalam hidupku..

Sampai saat ini aku tak pernah merasakan kasih sayang..
Bahkan hanya kesedihan yang sendiri menemaniku menjemput kematian..
Aku sedih, aku hidup seorang diri hingga kini ragaku telah kembali..
Berpangku bahagia bersamamu sang maha kuasa

My Short Story "Andai' Cerpen Pertama

Andai (My Short Story)

      Sebuah kisah karangan bahwasanya kenyataan hidup yang di takdirkan Tuhan kepada seorang berbeda-beda, bersyukurlah kepada tuhan yang telah menciptakan mereka yang hadir menemani kita menjalani hidup kita yang satu kali ini saja, karna sebenarnya mereka adalah segalanya.

      Namaku Clara, aku adalah siswi kelas 11 jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di kota Surakarta. Aku tinggal dalam lingkungan keluarga yang terpandang, bersama ayah ibu dan kedua kakakku, namun aku tak pernah sekalipun membanggakannya.


       Di sekolahpun aku adalah salah satu murid yang berprestasi dan beberapa kali aku meraih juara kelas. Aku bersyukur atas semua itu namun prestasi-prestasi dan semua yang aku dapatkan tak begitu berguna dalam hidupku, semua terasa tak berarti dalam hidupku, karna dalam hidupku aku tak pernah mengenal kata kasih sayang dan kebahagiaan.



     Aku tak pernah mendapatkan kasih sayang yang selalu ayah dan ibu berikan kepada kedua kakakku, mereka justru lebih sering mendiamkanku dan membiarkanku, hingga aku merasa asing dalam keluargaku sendiri.


     Di sekolahpun hal yang sama aku alami, aku tak banyak memiliki seorang teman, karna aku yang selalu menyendiri dan menyepi, dan terkadang kedua orang tuaku pun membatasiku dalam pergaulan, hingga aku hanya melewati hampir sepanjang hari sendiri di rumah selain waktu sekolah. Hari-hari   serasa begitu saja terlewati dalam hidupku, tak pernah ada sesuatu yang berarti.



      Suatu hari datang seorang siswa baru sebut saja dia Resha, dia memutuskan untuk duduk di sebelahku karna kebetulan bangku di sebelahku masih kosong. Dia sebenarnya juga masih orang sini namun sempat beberapa tahun pindah ke kota lain karna tuntutan pekerjaan ayahnya. Kebetulan pula di Surakarta dia tinggal di tempat yang tak jauh dari rumahku, sehingga kami bisa menjadi dekat.



      Aku pernah berharap hadirnya seseorang baru yang mungkin adalah sahabat pertamaku akan merubah kehidupanku, namun aku salah justru kenyataan yang begitu pahitlah harus aku hadapi.
Suatu hari sepulang sekolah aku merasa ada hal ganjil yang sebenarnya tak pernah ingin ku tahu. Rumah tanpak begitu sepi dan gelap, selambu-selambu rumahpun masih tertutup rapi tak seperti hari-hari biasanya. 


Aku mencari kedua orang tuaku dan kakakku di setiap sudut rumah. Tapi tak juga kudapati mereka hingga aku merasa begitu lelah dan menuju tempat tidurku..
Aku tersentak melihat sepucuk surat putih di atas tempat tidurku, dengan lemas aku menghampiri dan membacanya.


     "Clara, maaf.. Mulai sekarang kami harus pergi.. Mungkin selamanya tak pernah lagi berjumpa denganmu, kamu anak yang begitu baik, maaf kami kadang tak bersikap begitu baik kepadamu namun kami tak pernah membencimu. Sebenarnya kamu bukanlah anak kandung kami, dahulu kami kehilangan anak kandung kami dan akhirnya mengadopsi kamu, namun sekarang kami telah menemukan anak kandung kami kembali dan sekarang saatnya kami berpisah kembali denganmu".



    Aku tak pernah tau mengapa mereka tak membawaku pergi atau karena mungkin aku bukanlah bagian dari mereka, ataupun membawaku kembali kepanti asuhan atau kemanapun tempat mereka menemukanku dahulu atau mungkin inilah sudah jalanku. Kini aku hidup sendiri di rumah sebesar ini meskipun akhirnya aku hidup di temani oleh tetanggaku yang pernah bekerja sebagai pembantu di rumahku. Ayah dan ibuku ternyata masih mengirim uang kepadanya untuk membiayai keseharian dan pendidikanku. Aku merasa dunia seolah menjadi gelap, semua warna yang ada didunia ini seakan menjadi warna hitam.



     Entah cobaan hidup apa yang aku hadapi kebahagiaan seolah selalu berlari menjauh meninggalkanku, aku terdiam aku selalu berusaha tegar namun tak pernah bisa hanya ada jeritan tangis dalam hatiku, terisak dari kenyataan pahit yang aku alami, aku tak tahu siapa yang harus di salahkan ataupun apa yang sebenarnya salah dalam hidupku ataupun memang sepertinya tak ada yang salah, karna mungkin inilah takdir hidupku sebagai anak perempuan remaja yang harus tabah menerima kenyataan.


     Hari demi hari berlalu, tak pernah ada lagi nafsu makan yang ku inginkan, aku terlalu lelah untuk menghadapi semua ini sendiri, apalagi saatku teringat aku tak pernah tau siapa keluargaku, aku mencoba tabah, tabah dan tetap tabah namun hati ini begitu sakit, hingga air mataku pun tak tertahankan lagi menetes tetes demi tetesnya, terus mengalir entah sampai kapan air mata ini harus berhenti, membuat jantung ini begitu lemah.


    Beberapa minggu kemudian aku sakit keras dan harus di rawat di rumah sakit, semakin hari kondisiku semakin melemah dan berangsur memburuk, aku merasa sakit yang teramat sangat menyerang tidak hanya jiwa namun ragaku, aku sempat meneteskan air mata saat mendapati Resha seorang diri menjengukku dan menaburkan senyum manis padaku (terimakasih mungkin jika suatu saat aku telah pergi jauh kau akan menjadi seorang yang ku kenang dalam hidupku).


Beberapa saat wajah Resha tanpak jauh dan menghilang dan kini berganti dengan wajah bibi satu-satuya orang terakhir yang aku harap tidak pernah meninggalkanku terus menangis menungguku dengan cemas, aku tersenyum.. 


   Dengan lemah aku membisikan kata "bi, jikalau orang tua angkatku datang aku sudah tak ada lagi, tolong yah sampein makasih banget udah besarin aku.. Terus jikalau suatu saat orangtua kandungku mencariku, ucapkan juga terima kasih untuknya sudah menghadirkanku didunia ini untuk menjadi anak perempuan yang tegar.. terus aku minta maaf banyak salah sama ngrepotin semuanya.. "

Beberapa hari kemudian aku koma, aku semakin pasrah karna kondisiku tak kunjung membaik. Hingga suatu hal yang tak terlupakan yang mungkin adalah hal terindah dalam hidupku seolah datang, seperti janji tuhan bahwasanya semua hal pasti akan indah pada waktunya, seperti ungkapan pasti ada pelangi setelah badai, akan janji tuhan bahwasanya ada dua sisi kehidupan, hingga indahnya senyuman seutuhnya itu muncul juga. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menghilang dari diriku berganti menjadi suasana nyaman dan begitu nyaman penuh kehangatan.



     Meskipun sedikit buram aku merasakan banyak seorang anak seusiaku mengenakan seragam putih abu-abu lengkap mendekatiku dengan senyum yang manis, yah tak lain lagi mereka adalah teman-teman sekolahku, dan tanpak juga guru-guruku, tetanggaku dan tentunya bibi, mereka semua berkumpul cemas menanti kabar tentang diriku, aku terharu inginku menangis untuk sebuah tangisan yang lain dari tangisan biasanya, tangisan kebahagiaan. namun aku sudah tak kuat lagi.


    Yah mungkin inilah jawaban tuhan akan impian yang penah aku tulis, andai.. Andai saat itu datang..
Entah siapapun dia, siapapun mereka ada ikatan darah atau tidak, hanya hadir sesaat ataupun lama, dia yang sepertinya tak pernah peduli ataupun ramah, di saat mereka semua memberikan sebuah kenyamanan kepada kita merekalah kebahagiaan terindah entah siapapun mereka.. dan saat itu juga aku mengerti bahwasanya kasih sayang bukan hanya dalam sebuah tindakan namun juga dapat kita rasakan dengan hati kita yang tulus, jadi kasih sayang tidak hanya di tunjukan namun dirasakan, aku sadar mungkin sebenarnya banyak orang diluar sana yang sangat menyayangiku namun aku belum dapat merasakannya.. terima kasih tuhan, ini adalah hari terindah dalam hidupku, hari dimana aku dapat belajar peka dari perasaanku.." Itu adalah sebuah kutipan yang pernah aku tulis dalam diaryku.

Waktu terus berjalan, Orang tua angkatnya kini kembali kepadanya. Namun keadaan Clara tetap saja memburuk, setelah hampir seminggu koma, akhirnya Clara menghembuskan nafas terakhir. Menyisakan setitik senyum terindah yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya dan akhirnya dapat ia rasakan di akhir hayatnya.


Clara mengajarkan kita untuk selalu ikhlas menerima keadaan apapun dan bagaimanapun situasinya. Dengan semangat dan kecerdasannya ia masih terus mencari celah-celah kebahagiaan yang tersembunyi dari hidupnya. Meski pada akhirnya ia tidak dapat mengalahkan penyakitnya. Namun ia mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah rasakan sepanjang hidupnya. Sebuah kehangatan bersama orang-orang terdekatnya. karena harus disadari, entah siapapun dia apakah memiliki hubungan darah ataupun tidak, entah keluarga kita atau bukan. Dia yang banyak menghabiskan waktunya disisi kita adalah bagaian terindah dalam hidup kita. 

Selamat jalan Clara, semoga kebahagiaan dan keberkahan senantiasa menemani senyum manismu di alam sana.


tentan penulis @tri_spidey3

Selasa, 11 November 2014

DAILY 3 Episode Kehidupan Yang Sesungguhnya

       Mungkin semua orang menganggap coretanku tak semenarik karya-karya indah tulisan JK Rowling, Nich Hornby ataupun Milan Kudera yang begitu mendunia, bahkan bisa di bilang begitu membosankan ataupun menjenuhkan terserah apapun pendapat semua orang, karena itu adalah hak mereka dalam menghayati dan mengkritisi sebuah karya, aku tak bisa memaksa mereka membaca yang baik-baik saja dalam tulisanku, karena inilah kisah kehidupanku sebuah hal nyata yang aku alami dan harus kuakui memang tak banyak yang berakhir baik seperti yang kita harapkan.
Terima kasih juga aku sampaikan kepada semua orang yang hadir dalam hidupku sampai saat ini yang telah begitu banyak memberikan inspirasi kepadaku untuk menuliskan kisahku ini.

     Aku hanya menuliskan disini hanya beberapa hal yang masih aku ingat. karena sesungguhnya peristiwa ini sudah terjadi dan sudah begitu lama berlalu. Mohon maaf jika ada kekeliruan tempat ataupun peristiwa yang kurang sesuai selama aku menuliskan karena aku hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna dan begitu banyak kekhilafan. Jadi untuk semua teman-teman kerabat dan semua orang yang terlibat didalam tulisanku aku harap membaca episode yang ini sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena sekalilagi aku jelaskan bahwa kisah ini sudah lama berlalu dan tidak ada maksud untuk mengait-kaitkan kembali apa yang telah terjadi yang mungkin akan berdampak pada keharmonisan kehidupan kalian sekarang. aku harap kalian semua bisa memakluminya. Terima kasih.

    . Langsung saja kisah ini aku mulai dari suatu pagi yang indah di kota yang begitu serasa sejuk dan begitu sejuk. Kota itu bernama Solo. Salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah (Central Java). Sebuah kota yang cukup berkembang pesat jika di lihat dari bangunan-bangunan mewah yang berdiri kokoh di pusat kota tersebut. Sedikit menuju ke arah timr dari pusat kota terpampanglah nama kabupaten Wonogiri sebuah tempat yang masih lekat dengan aroma pedesaannya pohon-pohon tinggi menjulang, rumah adat Joglo dan lahan persawahan yang membentang menghiasi perjalanan sekitar 2 jamku dari  rumah budhe ku pusat kota Solo menuju Wonogiri.

    Tanpa basa basi inilah aku dan ini ceritaku. Namaku Triocahyo Utomo ini sesuai akta kelahiranku. Bagiku sebuah nama yang cukup mudah diingat. tapi tidak untuk pembuat KTP dan kartu tanda lain yang seringkali salah dalam penulisan namaku menjadi Trio Cahyo Utomo. Hingga sampai sekarang dari STNK BPJS SIM KTP dll sudah terlanjur salah tidak sesuai akta, aku sudah lelah untuk revisi karena pada kelanjutannya kesalahan itu tetap saja terjadi.

     Setelah itu aku meyakini bahwa namaku adalah nama yang sulit. Setuju atau tidak terserah. yang penting kasih jawaban aja. biar nilainya ga mines hehe Apa nyambungnya yah? emangnya SBMPTN haha entahlah. Cahyo biasa aku di panggil kecuali oleh orang yang sok kenal ataupun ngga mau kenalan biasanya memanggil aku dengan kata Kamu. Padahal itu sama sekali tidak ada di nama panjangku, aneh yah.

     Hmm oke lanjut lagi aku adalah seorang anak laki-laki pendiam dengan kehidupan sederhananya seperti orang-orang Solo pada umumnya. Lahir dari ayah yang berasal dari Purwokerto dan ibu berasal dari Solo. mungkin alasan itulah yang membuat tiap namaku di akhiri dengan huruf O. oo gitu.

     Singkat cerita hari itu adalah hari terakhirku di Kota Solo, dan moment ini aku manfaatkan untuk menemui Alm. embahku di Wonogiri (embahku sendiri sekarang sudah meninggal kalau tidak salah itu terjadi sekitar tahun 2005, aku tidak bisa mengingat dengan pasti) untuk berpamitan sebelum jauh pergi dan mungkin lama tidak bertemu atau bahkan tidak mungkin bertemu lagi melihat beliau yang sudah sangat berumur. Saat-saat terakhir ini juga aku manfaatkan untuk mengenang dan menjelajahi lingkungan sekitar sebelum datang hari esok, yah hari esok.. Hari dimana aku akan menuju kota yang mungkin begitu terasa asing bagiku, namun mungkin juga akan membuat cerita yang berkesan untukku. Yah Kota Purwokerto, benar sekali.


     Aku berharap mungkin di tempat itulah aku kembali merangkai masa kanak-kanakku yang mungkin penuh dengan cerita atau mungkin tidak berkesan sama sekali. Aku tak peduli, yang ku tahu waktu terus berjalan dan kini hari telah berganti.
 
    Langkah demi langkah mengatarkanku pada gerbong kereta ekonomi Stasiun Jebres Surakarta yang akan membawaku menuju Purwokerto. Kilometer demi kilometer semakin jauh membawaku dari masa lalu, kupandangi hamparan sekitar yang menjadikan sebuah panorama yang indah dari dalam jendela kereta, tanpa sadar aku terdiam dan merenung melihat segerombolan awan yang tanpak dari jendela kereta yang membuatku begitu tenang.


Aku terus mengamati awan itu yang seolah terus berjalan dengan lancar seperti halnya roda kehidupan yang terus berjalan. Hampir seharian penuh aku menikmati perjalanan, suasana hening Wonogiri kini telah berubah gemerlapnya malam kota Purwokerto. Kinipun aku siap melanjutkan petualangan masa kecilku yang belum bisa hilang dari bayang-bayang kenangan. Sambilan melihat biru langit yang tanpak cerah di kota Purwokerto kala siang menjelang secerah harapan yang aku impikan di masa depan.

Mungkin hidupku dan semua yang aku lihat kini akan berubah, yang datang dan yang pergi, yang lama dan yang baru. Namun inilah aku meskipun kelak semua telah berubah, aku tetaplah aku, menjadi diriku dengan sejuta harapan hidupku.

Memory : Rabu, 6 juli 2001 Kota Surakarta Selamat tinggal embah, Kota Solo, Wonogiri dan juga kenangan, terima kasih untuk masa kecilnya.

DAILY 2 Tentang Aku Dan Dunia Kecilku

       Kehidupan terus berlanjut, kini aku mulai menjalani rutinitas kehidupanku sepertihalnya anak-anak pada umumnya yakni menjalani kehidupan di sekolah. Mencari ilmu sebanyak banyaknya demi bekal untuk menjalani kehidupan selanjutnya yang lebih baik.

       Masa sekolah dasar banyak yang mengatakan adalah masa dimana kita sedang manja-manjanya bermain dengan penuh keceriaan dengan teman-teman yang ada di sekitar kita. Namun tidak bagiku. Bagiku itulah masa yang begitu sunyi di mana hari-hari hanya aku lewati sendiri, meskipun jika saat ini aku memikirkan bahwasannya itu adalah hal yang menyedihkan, namun aku hanya tersenyum dalam hati, aku beruntung karena saat itu aku belum mengenal sebuah kata yang sering orang sebut kesepian, pintu rumah yang terkunci seolah menutup pintuku menuju dunia luar namun justru sekaligus membuka lebar-lebar pintu ke dunia imajinasiku dan khayalanku. 

      Aku serasa masuk dalam kotak mainan kecil layaknya tokoh utama dalam film Sword Art Online yang di ceritakan dalam kisahnya bahwa sang tokoh utama yakni Kirigaya Kazuto terjebak dalam dunia gamenya, sama seperti aku yang terjebak dalam dunia kotak kecil mainanku, dan saat itu juga entah kenapa aku tak pernah mengingat satu kata yang sering orang sebut teman saatku mulai masuk semakin dalam ke dunia khayalanku, hingga saatku mulai frustasi dan menguci pintu kamarku sembari menata sebuah kertas bergambar pemain sepak bola yg sering di sebut oleh anak kecil didaerahku dengan istilah wayangan.

     Aku sengaja mengunci pintu karena malu ada orang lain yang mengetahui tentang hal tak berguna yang aku lakukan, untuk mengisi hari-hariku yang penuh dengan kesendirian. Aku mulai melipat dua lembar kertas dan ku tata saling berhadapan laksana gawang, dan ku ukir sebuah kapur tulis yang aku ibaratkan adalah sebuah bola, jam tanganku yang rusak adalah laksana waktu pertandingan dan tak lupa buku kecil untuk mencatat top skor,nilai dan poin untuk transfer pemain, mungkin saat ini aku bisa menertawakan apa yang pernah aku alami pada hari itu, sebuah hari dimana aku masih berada pada saat masa kecilku. 

     Itu hanya sedikit gambaran masa kecilku yang penuh khayalan hanya untuk hilangkan rasa sepi, namun aku tak pernah tau semua itu mengajariku untuk melatih imajinasiku, pada saat SMP aku sempat menuliskan beberapa lagu. meski tak ada seorangpun yang tau aku berhasil membuat lagu dari beberapa chord standard yang aku pelajari sendiri.

     Aku tak pernah tau dari mana kata-kata yang selalu muncul dalam otakku yang dapat aku rangkai. Kata-kata itu muncul dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupku. Apalagi jika terbesit ingatan semenjak banyak perubahan terjadi di masa kecilku yang harus berpindah-pindah tempat tinggal dari tempat yang jauh ketempat yang lebih jauh lagi yang buatku sendiri dan sendiri lagi. Sebuah hal yang sangat buruk untuk mendapatkan seorang teman karena terlalu banyak waktu aku gunakan hanya untuk sendiri dirumah.

     Setelah selesai mengerjakan tugas PR di Sekolah tadi pagi di halaman buku paling belakang mulai aku tuliskan huruf demi huruf untuk melampiaskan semua kesedihan ataupun hal buruk yang ku alami saat it., Berawal dari itulah aku mulai menulis, hingga aku mulai beranjak dewasa, semua pelampiasan yang aku tulis sudah bukan lagi pelampiasan, namun sebuah pelajaran. Pelajaran dalam menjalani kehidupan, seiring mulai banyak teman yang tanpa sengaja mengetahui memuji dan enghina coretan-coretan kecil yangg aku tulis hingga tak sedikit yang mengecapku puitis. Namun banyak juga HATERS dengan kata-katanya yang sungguh menjengkelkan yang aku tidak peduli seolah lebih mengerti tentang hidup yang aku jalani.

     Namun terserahlah semua orang bebas berpendapat, tapi mereka harus tau, aku bukanlah seorang puitis, aku hanya mengabadikan momen yang mungkin akan terlewat begitu saja menggunakan sebuah tulisan sederhana, meski aku juga tak pernah bisa menulis dengan baik, aku hanya sedang menghabiskan waktuku yang membosankan ini. 

Terima Kasih Ini adalah kisah pertamaku, sangat membosankan bukan? Aku harap kalian tidak membenciku juga.

DAILY 1 (Three or Try? Kutipan Singkat)

Aku tak pernah tahu dan dan tak pernah mengerti karena ini mungkin bukanlah hal yang kebetulan karena aku memang hanya sekali hadir di dunia ini. "Tiga tiga dan mencoba" yang jika di dalam bahasa inggris three and try kedua kata yang hampir mirip itu, entah kenapa aku merasa hal itusedikit identik dengan hidupku.
 
Orang tuaku memberiku nama Triocahyo utomo. Sebuah nama yang begitu sederhana, dan simple. Sepertihalnya hidupku. Aku besar dalam lingkungan pedesaan yang sunyi dan dingin, tepatnya di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah. Lingkungan pedesaan dengan jarak yang cukup jauh antar rumah mungkin bukanlah suatu pengelakan dariku bahwasannya ketika kecil memang pada dasarnya aku tidak memiliki teman. Sementara kedua orang tuaku sangat sibuk bekerja untuk menghidupi keluarga kami.

Aku tumbuh besar dalam kesendirian, Semua itu mulai aku sadari ketika hari pertama menginjakan kaki di sekolah. Aku melihat sekeliling, tanpak wajah-wajah anak-anak lelaki dan perempuan yang tak pernah aku lihat sebelumnya dengan perasaan gembira memasuki ruangan kelas dengan terburu-buru, beberapa diantara mereka masih bergandengan tagan dengan orang tua mereka. Semuanya  seumuran denganku. Harusnya ini adalah hari yang menggembirakan untukku, Hari yang bersejarah. Tapi ketika aku mulai memasuki lingkungan sekolah, ada kesedihan yang mulai terasa.

 Aku adalah satu-satunya siswa baru yang tiba disekolah tanpa didampingi oleh orang tua, Hari itu dihari pertama masuk sekolah aku berangkat sendiri. Ketika aku sadari memang hanya aku yang datang tidak dengan orang tua, ketika masuki kelas. Aku menuju bangku paling belakang yang masih kosong, entah kenapa aku memilih menghindari keramaian dan kebisingan yang ada disekitarku yang justru menyedihkanku. Orang tua mereka saling mengenalkan satu sama lain dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang sudah saling mengenal. Sementara aku hanya bisa terdiam dibelakang, aku keluarkan buku tulis dari tasku. Perlahan aku membukanya. Aku ingin menuliskan sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang harus aku tulis. Aku ingin membaca tapi yang ada hanya buku tulis baru yang masih kosong tanpa tulisan. Aku hanya memandangnya dan melamunkannya, sesekali melihat ke sekeliling dan kembali hanya memandang buku tulis yang masih kosong itu.

 Kurang lebih seperti itu aku tumbuh, Tumbuh dari situasi yang mungkin tidak pernah sama sekali setiap anak kecil inginkan. Terlahir sebagai Anak kecil yang sepertinya tidak pernah tersenyum. Anak kecil yang sangat pendiam. Anak kecil yang tidak memiliki teman. Entah benar atau tidak seperti itu yang mereka katakan. Entah seperti apapun juga kalian tak boleh menganggap buruk untuk seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun. Apalagi menyamakanku dengan Tokoh Kazekage Gara pada anime Naruto. Jelas sangat jauh berbeda, Every body`s change. Seperti itulah yang dikatakan keane lewat lagunya.

 Aku biasa dipanggil Tri oleh orang-orang terdekatku dahulu, bukanlah sebuah nama yang aneh untuk seorang anak yang memang terlahir sebagai anak ketiga, Aku lahir di Banyumas dan aku sempat pindah ke Surakarta pada saat masih berusia 3 tahun, sebelum 3 tahun selanjutnya aku memutuskan mengenyam pendidikan di Kota Purwokerto, dalam pendikan aku bukanlah tergolong murid yang spesial karna hanya mendapat peringkat 3 untuk catur wulan pertama tahun pertama aku duduk di bangku madrosah.

Hal yang cukup kebetulan terjadi di Bangku Sekolah Menengah Pertama, aku tak pernah sadar karena mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan, dengan murid yang berjumlah ratusan dan selalu diacak tiap tahunnya untuk penentuan kelas, dalam 3 tahun juga saya selalu mendapat nomer absen 33 (tiga dan tiga ) 7b 33, 8c 33 dan 9c 33 ini bukanlah hal yang direncanakan. namun hal seperti itulah terjadi.

Disaat SMP juga adalah masa-masa kegilaanku bersama sepak bola dan sempat bergabung dengan SSB Bintang Sembilan, dan hal yangg tak terlupakan adalah saat mencetak Hattrick (3 goal) pada saat pertandingan pertamaku bergabung pada tim itu. Namun pada saat pertengahan SMP saat bermain sepakbola aku pernah mengalami cidera yang cukup parah hingga hampir tak bisa berjalan normal selama satu tahun, sebelum akhirnya memutuskan keluar dari SSB.

 Akhirnya aku berhenti untuk menyeriusi dunia sepak bola yang sangat aku cintai, dan menghapus semua mimpi angan dan cita-citaku untuk menjadi pesepakbola di usia yang masih sangat belia karena memang sudah tidak memungkinkan.

Masa SMP berakhir sepak bola juga berakhir, untuk selanjutnya karena anjuran orangtua akhirnya aku melanjutkan pendidikan di Jurusan teknik listrik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan negri di kotaku, kebetulan juga kelasku saat itu adalah Teknik Listrik 3 (X TITL 3, XI TITL 3, XII TITL 3) lagi lagi angka tiga berkaitan dengan hidupku, atau mungkin karna itu lah namaku.

Dan masa-masa SMK atau masa-masa putih abu dengan sejuta kegilaannya lah  yang membuat akhirnya aku mengenal musik meskipun aku sudah mulai mengenal gitar dari bangku Sekolah Dasar (SD) dan sempat membuat band meski sekedar mengisi di cafe atau fesival kecil,

Tiga, tiga itu hal yg sering aku alami dalam hidupku.

Namun aku rasa maksud dari ataupun alasan di beri nama Tri adalah agar aku tak pernah lelah untuk mencoba (TRY) selalu mencoba hal apapun meskipun membahayakan diriku, karna aku terlahir didunia bukanlah di anugerahi kehidupan yang mulus, bahkan berangsur berantakan sepertihalnya kehidupan yang penuh kesedihan dimasa kecilku. kegagalan keapesan, dan hal yang harusnya tak pernah kusesali selalu datang merusak hidupku, hingga aku terus mencoba untuk bangkit try, and try, again. Mencoba,belajar,ulangi,gagal,coba terus.. Belajar lagi.


SEKIAN