Kehidupan
Selasa, 23 Desember 2014
Kehidupanku Yang Berbeda (Special Notes For Mother Day)
Bagi sebagian orang keadaan dan kenyataan hidup yang berubah dengan cepatnya terkadang menjadikan pukulan ataupun beban hidup tersendiri bagi dirinya, namun terkadang juga menjadikan motivasi hebat dalam hidupnya dan merasa bahagia bahwasanya ia menyadari tidak semua orang merasakan seperti apa yang ia alami dalam hidupnya.
Namaku Rio usiaku 14 tahun. Aku duduk di bangku kelas X Sekolah Menengah Atas yang cukup terkemuka di kotaku. Aku tinggal dilingkungan keluarga yang cukup terpandang meski dirumah aku hanya tinggal bertiga bersama ayahku dan kak Via, kakak perempuanku yang usianya sekitar 2 tahun lebih tua dariku. Dia seorang perempuan yang begitu cantik dan pandai dia juga sangat baik kepadaku dan terkadang seolah-olah dia adalah ibu kedua dalam hidupku, selepas ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Disaatku baru berusia 2 setengah tahun kangker telah menggerogoti tubuhnya hingga akhirnya merenggut nyawanya.
Setelah itu kehidupan selalu kami lewati bersama. Ayahku menjadi sosok Single Parrents yang luar biasa yang selalu membahagiakan 2 buah hatinya yang masih kecil dan belum begitu mengenal dunia. Aku merasa sangat bahagia mengingat kebahagiaan yang selalu kami lakukan bertiga di masalalu dari liburan ke kebun binatang bersama, jalan-jalan ke mall, dan banyak hal menyenangkan lainnya.
Namun terkadang aku bersedih di saatku tak bisa mengenang sedikitpun tentang ibu.
Kini hari demi hari pun telah berganti, segalanya mulai berubah, segala yang baru pun kini telah menjadi lama, dan segala yang indahpun berangsur memudar. Tepat di saatku duduk di awal kelas sepuluh SMA, ayah mulai tidak ada waktu lagi buat kami. Hingga hari demi hari seperti hanya kami jalani berdua, dari berangkat sekolah hingga pulang sekolah lagi, tak jarang sepulang sekolah kami tidak langsung pulang kerumah karena kami bersekolah di SMA yang sama hanya saja kak Via yang sudah kelas 12 dan terkadang harus mengikuti les-les untuk menghadapi ujiannya, sehingga aku sering tetap di sekolah di saat teman-teman kelas 10 yang lain sudah pulang untuk menunggu kakakku pulang dan pergi ke taman ataupun tempat lain setidaknya sekedar mengurangi kejenuhan yang ada dalam pikiran kami, hingga kadang kami sampai lupa waktu untuk kembali ke rumah namun kami tau ayah pasti belum pulang ke rumah, dan kami berfikir entah dirumah ataupun dimana saja yang ada hanya kami berdua.
Tidak seperti anak SMA pada umumnya yang ingin terlihat gaul dengan sering ngumpul, nongkrong, ataupun main dengan teman-temannnya. Kami lebih sering berdua karena tau kehidupan kami memang berbeda. Terkadang sebagai anak laki-laki aku lebih mudah berbaur dengan teman-teman lain, namun aku juga menyadari aku tidak ada banyak waktu untuk mereka karena masih banyak hal yang harus kami lakukan dirumah yang mungkin tidak biasa mereka lakukan.
Aku menyadari bahwasanya tuhan menakdirkan jalan kehidupan yang begitu sulit di mengerti kadang selalu menanjak ataupun selalu menurun kadang pula keduanya.
Dan aku menyadari bahwa tanjakan terjal adalah kenyataan hidup yang ada di hadapanku saat ini, perekonomian keluarga kami terus menurun hingga suatu ketika ayah menderita sakit keras yang harus membuatnya istirahat. Akhirnya selepas lulus SMA kakakku mengcancel untuk meneruskan ke kuliahnya dan memilih bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu kantor di kota kami, kakakku penyelamat kehidupan kami, dia adalah perempuan luar biasa yang pernah aku kenal, kini semenjak ayah sakit, banyak hal yang seharusnya orang tua lakukan menjadi kewajiban kami, meski terkadang kami merasakan sesuatu yang berbeda di saat ada seseorang menanyakan orang tua kami, namun inilah kenyataan kami dengan kehidupan yang berbeda.
Kami juga sering merasakan ada seorang ibu ataupun bapak di tempat umum yang merasa prihatin di balik canda tawa kami sebagai kakak adik yang begitu akur dan tersenyum di atas kehidupan berat yang harus kami pikul, karena hanya ada kami berdua tempat menjalani kehidupan dan tempat berbagi cerita kami, namun kami juga sangat sayang ayah, sudah saatnya dia beristirahat.
Mungkin belum begitu pantas jika kami di sebut mandiri hanya saja kami mengalami pendewasaan yang lebih cepat dari anak seusia kami pada umumnya..
Mungkin di surga ibu tersenyum melihat kami di sini, yang selalu berusaha untuk bahagia dalam setiap lika liku kehidupan yang kami terima, selalu bahagia dalam hal apapun. Karena inilah takdir hidupku yang memang datang hanya untuk sekali saja, aku tak berhak untuk menyianyiakannya.
Dan untuk kakakku kau adalah sosok perempuan yang luar biasa dalam hidupku, yang mengajariku tentang menghargai dan menerima setiap sisi kehidupan, kau adalah pahlawanku..
Di tanggal 22 Desember ini mungkin semua orang merayakan hari ibu yang entah aku tak tahu dari mana asalnya, namun bagiku hari itu tak seutuhnya untuk ibu, terimakasih ibu telah melahirkanku, namun terimakasih juga tak boleh terlupakan kepada semua wanita yang berjasa dalam hidup kita seperti halnya yang aku rasakan untuk kakakku..
Mungkin, bolehkah aku menyebut hari itu untuk "MY SISTER DAY?" ku harap kalian mengijinkannya..
Harusnya Aku Tak Boleh Menuliskan Ini Untuk Siapapun
Aku pernah membenturkan kepalaku ke benda yang keras dan itu sakit dan
aku juga sering kali menghantam-hantamkan tanganku ke benda yang keras dan
itu juga sangat sakit namun semua itu tak pernah cukup untuk meluapkan
tentang semua hal yang menekanku dalam hidup ini. Mungkin semua orang bisa
mengeluh dan menceritakan masalahnya pada siapapun, namun aku
berbeda semua orang seakan selalu menjauhiku, terkadang aku merasa aku
memang di lahirkan sepertihalnya tokoh kartun Kazekage Gara ataupun
Uzumaki Naruto yang dalam kisahnya dimana kesendirian dan menderita selalu
mengisi hidupnya.
Mungkin aku tak boleh mengeluh dan memang dalam ajaran agamaku pun memang tidak dianjurkan untuk mengeluh akan setiap masalahnya, dan akupun jalankan itu dengan sepenuh hati, aku selalu berusaha tak pernah menceritakan masalahku pada siapapun di dunia ini, karna aku tau hanya perasaan sakit yang lebih yang akan aku dapatkan. Sehingga untuk mengeluhpun hanya percuma setiap keluhanku selalu seperti halnya hal yang tidak begitu penting bagi mereka. Bahkan selalu muncul niatan untuk mengurungkan disaat aku harus menceritakan masalahku pada mereka. Aku terlalu tertutup? Tidak. Aku pernah terbuka namun untuk apa jika hal yang sia-sia dan sakit hati yang aku dapatkan.
Aku tak pernah membenci mereka, bahkan aku menghargai mereka karna itu sudahlah hak mereka untuk menentukan setiap hal yang ada di hadapan mereka. Iya mungkin jika aku harus tidak boleh mengeluh ataupun menceritakan setiap masalahku kepada orang lain aku bisa bahkan sangat bisa namun yang harus ku tahu aku tak pernah bisa jika tidak boleh mengeluh pada diriku sendiri, sebab dialah satu-satunya yang setiap saat bersamaku dan aku tak bisa menyembunyikan apapun apalagi saat ku dapati aku dan kehidupanku yang terpuruk dan terus terpuruk.
Aku tak pernah tahu kenapa kini kehidupanku seberantakan ini.
Semua orang tidak boleh sembarang mendefinisikan ataupun mengecap sebab setiap orang berada dalam keadaan hidup yang berbeda.
Selanjutnya teman, sahabat.
Mungkin kini itu hanyalah sebuah musuh paling menakutkan bagiku yang selalu menyerang organ tubuh paling vital yakni hati.
Entah kenapa aku tak pernah tau banyak orang yang menjauhiku ataupun menghindariku entah secara sadar ataupun tidak sadar.
Aku tak pernah tahu salah apa, jika mereka mengejekku aku hanya diam, jika mereka membohongi dan menghianatiku aku tak pedulikan, dan aku sadar aku hanya orang sesaat bagi mereka yang selalu mereka tinggalkan ketika mereka mendapati seseorang teman yang lebih hebat ataupun spesial bagi mereka. Mungkin jika hanya satu dua itu hal yang biasa namun ini semuanya.
Mereka dengan mudahnya meninggalkanku meninggalkan janji dan ucapan mereka yang pernah mereka sampaikan kepadaku tanpa pernah menyadari sedikitpun tentang perasaanku.
Semua teman sama saja, penghianat, egois, namun aku bahagia karna terkadang mereka memelukku begitu terat sehingga pisau mereka tertancap lebih dalam di tubuhku, aku bahagia mungkin itulah yang terbaik.
Namun kini aku tak peduli lagi, tak pernah mengharapkan mereka lagi, hidup sendiripun tak masalah justru aku akan semakin kuat hatiku akan semakin keras begitupun juga tubuhku, mereka yang pergi biarkan pergi sangat tidak penting jika aku harus mengusiknya. Mungkin memang aku tak memerlukan lagi orang-orang seperti mereka, karna sendiripun aku bisa bahkan sangat bisa, selagi aku masih bisa melakukan kebaikan.
Hingga akhirnya aku hilang dan kembali kepada tuhan.
Mungkin aku tak boleh mengeluh dan memang dalam ajaran agamaku pun memang tidak dianjurkan untuk mengeluh akan setiap masalahnya, dan akupun jalankan itu dengan sepenuh hati, aku selalu berusaha tak pernah menceritakan masalahku pada siapapun di dunia ini, karna aku tau hanya perasaan sakit yang lebih yang akan aku dapatkan. Sehingga untuk mengeluhpun hanya percuma setiap keluhanku selalu seperti halnya hal yang tidak begitu penting bagi mereka. Bahkan selalu muncul niatan untuk mengurungkan disaat aku harus menceritakan masalahku pada mereka. Aku terlalu tertutup? Tidak. Aku pernah terbuka namun untuk apa jika hal yang sia-sia dan sakit hati yang aku dapatkan.
Aku tak pernah membenci mereka, bahkan aku menghargai mereka karna itu sudahlah hak mereka untuk menentukan setiap hal yang ada di hadapan mereka. Iya mungkin jika aku harus tidak boleh mengeluh ataupun menceritakan setiap masalahku kepada orang lain aku bisa bahkan sangat bisa namun yang harus ku tahu aku tak pernah bisa jika tidak boleh mengeluh pada diriku sendiri, sebab dialah satu-satunya yang setiap saat bersamaku dan aku tak bisa menyembunyikan apapun apalagi saat ku dapati aku dan kehidupanku yang terpuruk dan terus terpuruk.
Aku tak pernah tahu kenapa kini kehidupanku seberantakan ini.
Semua orang tidak boleh sembarang mendefinisikan ataupun mengecap sebab setiap orang berada dalam keadaan hidup yang berbeda.
Selanjutnya teman, sahabat.
Mungkin kini itu hanyalah sebuah musuh paling menakutkan bagiku yang selalu menyerang organ tubuh paling vital yakni hati.
Entah kenapa aku tak pernah tau banyak orang yang menjauhiku ataupun menghindariku entah secara sadar ataupun tidak sadar.
Aku tak pernah tahu salah apa, jika mereka mengejekku aku hanya diam, jika mereka membohongi dan menghianatiku aku tak pedulikan, dan aku sadar aku hanya orang sesaat bagi mereka yang selalu mereka tinggalkan ketika mereka mendapati seseorang teman yang lebih hebat ataupun spesial bagi mereka. Mungkin jika hanya satu dua itu hal yang biasa namun ini semuanya.
Mereka dengan mudahnya meninggalkanku meninggalkan janji dan ucapan mereka yang pernah mereka sampaikan kepadaku tanpa pernah menyadari sedikitpun tentang perasaanku.
Semua teman sama saja, penghianat, egois, namun aku bahagia karna terkadang mereka memelukku begitu terat sehingga pisau mereka tertancap lebih dalam di tubuhku, aku bahagia mungkin itulah yang terbaik.
Namun kini aku tak peduli lagi, tak pernah mengharapkan mereka lagi, hidup sendiripun tak masalah justru aku akan semakin kuat hatiku akan semakin keras begitupun juga tubuhku, mereka yang pergi biarkan pergi sangat tidak penting jika aku harus mengusiknya. Mungkin memang aku tak memerlukan lagi orang-orang seperti mereka, karna sendiripun aku bisa bahkan sangat bisa, selagi aku masih bisa melakukan kebaikan.
Hingga akhirnya aku hilang dan kembali kepada tuhan.
Daily 15 Allah Yang Maha Sempurna Dan Maha Kuasa
Bagiku Setiap Saatnya Hidup adalah Ujian, Ujian keimanan dan ketakwaan
Entah mau memepercayainya atau tidak seperti inilah yang terjadi, Meskipun sudah lama berlalu, aku masih begitu mengingatnya. Sesungguhnya semua kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
Ini adalah pengalaman nyata hidupku sewaktu kelas 5 SD bersama saudaraku, Galih. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2006. Tepatnya pada saat pertengahan bulan Ramadhan. Saat itu aku dan saudaraku berencana pergi mencari ikan di kampung seberang di ujung timur lahan persawahan di desa kami untuk sekedar menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa. Jarak kampung kami menuju tempat kami mencari ikan cukup jauh hingga harus melewati lahan persawahan yang sangat luas dari ujung barat hingga ujung timur dan setelah itu harus berjalan melalui tepian rel kereta yang cukup jauh pula. Tentunya ditengah sinar matahari yang egitu terik.
Suara kereta api sudah mulai terdengar menandakan kami telah dekat menuju rel kereta ketika aku lihat sebuah kereta api berwarna putih melintas di rel kereta api diujung persawahan yang berarti menandakan kami telah jauh melangkah dari ujung barat persawahan di kampung kami sana.
Aku duduk beristirahat sambil membersihkan kaki dan telapak tanganku di sebuah aliran air kecil di pinggiran rel kereta sembari menunggu sebuah kereta api ekonomi yang lewat tepat di hadapan kami. Hingga akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. kulihat perumahan yang sudah mulai berjejer namun masih sedikit. Jika dua tahun lalu kami sering bermain disini tak ada satu rumahpun yang berdiri hanya hamparan sawah yang luas yang kini telah berubah.
Suara adzan dzuhur terdengar lirih dari suatu masjid yang kami tak tahu di mana letaknya, Mungkin diperkampungan nan jauh disana karena disini memang hanya ada rel kereta dan lahan persawahan yang sangat luas. Matahari saat itu bersinar begitu terik membuat kami memutuskan untuk berteduh di balik pepohonan jagung dan singkong yang telah meninggi.
Lalu tiba-tiba seseorang tak dikenal datang menghampiri kami. Menanyakan banyak hal kepada kami, dia menceritakan bahwa dia datang dari jauh di timur sana dan di tengah bulan Ramadhan ini ia sedang mencari beberapa anak untuk diajarkan ilmu entah apa namanya yang intinya berkaitan dengan kesaktian.
Orang ini sungguh misterius, karena biasanya jarang sekali kami menjumpai orang dewasa di tempat yang sepi seperti ini.
Entah percaya ataupun tidak percaya bagi kalian ini kejadian nyata yang aku alami. Orang tersebut terus menceritakan tentang hal yang tak bisa aku nalar dengan sangat serius seperti sama sekali tanpa kebohongan.
Saat ini dia bermaksud memberi ilmu kepada kami, seingatku ada beberapa ilmu yang dia ceritakan dan juga amalannya, ia akan mengajarkan jika kami bersedia bergabung dengannya. Setidaknya ada beberapa janji akan ilmu yang akan ia ajarkan yang sampai kini aku ingat diantaranya ilmu pukulan jarak jauh, melesat, meringankan tubuh, dan kekuatan-kekuatan lainnya yang aku lupa namun intinya seperti itu.
Aku tak begitu mempercayainya karna secara nalar aku tak pernah mengetahuinya di kehidupan nyata. Hingga aku memberanikan diri kepada orang itu untuk mencoba membuktikan kekuatannya jika memang benar memiliki, namun dia hanya berkata lirih bahwasanya kemampuannya tak bisa di gunakan kecuali hanya keadaan terdesak, karna jika sembarang menggunakan akan memunculkan kesombongan, hanya boleh di gunakan untuk menolong sesama itupun jika sangat mendesak.
Lalu orang itu menyuruh kami mencari wadah yang terbuat dari plastik yang berisi air lalu sehelai daun singkong dan sedikit tanah halus, dan tisu. Orang itu menyuruh kami memasukan jari telunjuk kami ke wadah itu sambil menaburkan tanah halus yang kami cari. Keanehan terjadi saat ia mulai mengaduk air itu dan entah membaca apa air di wadah itu seketika berubah ke merah-merahan. Dia hanya memastikan tubuh kami masih bersih tanpa ada kekutan apapun yang pernah merasukinya.
Perasaanku mulai tak enak, kami sebenarnya ingin cepat pergi karna takut namun kami merasa tidak enak jika meninggalkan orang begitu saja. Orang misterius itu kembali berbicara panjang lebar untuk meyakinkan kami, karna merasa sudah cukup lama kami ijin pulang untuk memikirkannya dan akan memberikan jawabanya jika kami kembali kesini.
Di perjalanan pulang aku mengingat-ingat setiap perkataan yang ia sampaikan, dalam hati aku sedikit berfikir apa mungkin itu hanyalah ilmu susuk yang sesungguhnya tidak boleh bagi orang muslim, dan pikiran lain muncul dalam pikiranku.
Apa mungkin dia sedang mencari tumbal?
Tepat di pertengahan bulan Ramadhan ini, karna kami sebenarnya tau tempat ini cukup angker.
Namun aku tahu, Allahlah satu-satunya dzat yang maha sempurna dan maha kuasa. Sang khalik yang menciptakan segala kekuatan yang ada di dunia beserta isinya. Tak ada kekuatan lain selain datang dari Allah S.W.T dan juga hanya ada satu keajaiban di dunia ini dan itu tak lain hanya datang dari Allah.
Sekarang aku tahu mungkin inilah salah satu rintangan hidup atau mungkin ujian keimanan bagiku karena jika tidak di dasari hati yang beriman kita mungkin bisa saja goyah terombang ambing arus kuat kehidupan. Hingga kita salah melangkah, berbelok ke arah yang tidak benar.
Setelah itu kami mempercepat langkah kami pulang meninggalkan tempat itu, dan mungkin selamanya tak akan pernah lagi kembali ke tempat itu, dan pergi dari cerita kami di hari itu.
Sampai sekarang saat aku mulai dewasa aku masih menyimpan baik-baik kisah masa kecilku ini, tak pernah sedikitpun ku ceritakan kepada orang lain, sampai akhirnya kisah ini sempat aku tulis. Tanpa ada maksud mengkhayal atau menjelek-jelekan ini adalah bagian kisah yang aku alami, percaya atau tidak, iyu hak masing-masing dari kalian.
Semoga kalian para pembaca dimanapun anda berada bisa mengambil hikmah dari semua ini.
Entah mau memepercayainya atau tidak seperti inilah yang terjadi, Meskipun sudah lama berlalu, aku masih begitu mengingatnya. Sesungguhnya semua kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
Ini adalah pengalaman nyata hidupku sewaktu kelas 5 SD bersama saudaraku, Galih. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2006. Tepatnya pada saat pertengahan bulan Ramadhan. Saat itu aku dan saudaraku berencana pergi mencari ikan di kampung seberang di ujung timur lahan persawahan di desa kami untuk sekedar menghabiskan waktu menunggu berbuka puasa. Jarak kampung kami menuju tempat kami mencari ikan cukup jauh hingga harus melewati lahan persawahan yang sangat luas dari ujung barat hingga ujung timur dan setelah itu harus berjalan melalui tepian rel kereta yang cukup jauh pula. Tentunya ditengah sinar matahari yang egitu terik.
Suara kereta api sudah mulai terdengar menandakan kami telah dekat menuju rel kereta ketika aku lihat sebuah kereta api berwarna putih melintas di rel kereta api diujung persawahan yang berarti menandakan kami telah jauh melangkah dari ujung barat persawahan di kampung kami sana.
Aku duduk beristirahat sambil membersihkan kaki dan telapak tanganku di sebuah aliran air kecil di pinggiran rel kereta sembari menunggu sebuah kereta api ekonomi yang lewat tepat di hadapan kami. Hingga akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. kulihat perumahan yang sudah mulai berjejer namun masih sedikit. Jika dua tahun lalu kami sering bermain disini tak ada satu rumahpun yang berdiri hanya hamparan sawah yang luas yang kini telah berubah.
Suara adzan dzuhur terdengar lirih dari suatu masjid yang kami tak tahu di mana letaknya, Mungkin diperkampungan nan jauh disana karena disini memang hanya ada rel kereta dan lahan persawahan yang sangat luas. Matahari saat itu bersinar begitu terik membuat kami memutuskan untuk berteduh di balik pepohonan jagung dan singkong yang telah meninggi.
Lalu tiba-tiba seseorang tak dikenal datang menghampiri kami. Menanyakan banyak hal kepada kami, dia menceritakan bahwa dia datang dari jauh di timur sana dan di tengah bulan Ramadhan ini ia sedang mencari beberapa anak untuk diajarkan ilmu entah apa namanya yang intinya berkaitan dengan kesaktian.
Orang ini sungguh misterius, karena biasanya jarang sekali kami menjumpai orang dewasa di tempat yang sepi seperti ini.
Entah percaya ataupun tidak percaya bagi kalian ini kejadian nyata yang aku alami. Orang tersebut terus menceritakan tentang hal yang tak bisa aku nalar dengan sangat serius seperti sama sekali tanpa kebohongan.
Saat ini dia bermaksud memberi ilmu kepada kami, seingatku ada beberapa ilmu yang dia ceritakan dan juga amalannya, ia akan mengajarkan jika kami bersedia bergabung dengannya. Setidaknya ada beberapa janji akan ilmu yang akan ia ajarkan yang sampai kini aku ingat diantaranya ilmu pukulan jarak jauh, melesat, meringankan tubuh, dan kekuatan-kekuatan lainnya yang aku lupa namun intinya seperti itu.
Aku tak begitu mempercayainya karna secara nalar aku tak pernah mengetahuinya di kehidupan nyata. Hingga aku memberanikan diri kepada orang itu untuk mencoba membuktikan kekuatannya jika memang benar memiliki, namun dia hanya berkata lirih bahwasanya kemampuannya tak bisa di gunakan kecuali hanya keadaan terdesak, karna jika sembarang menggunakan akan memunculkan kesombongan, hanya boleh di gunakan untuk menolong sesama itupun jika sangat mendesak.
Lalu orang itu menyuruh kami mencari wadah yang terbuat dari plastik yang berisi air lalu sehelai daun singkong dan sedikit tanah halus, dan tisu. Orang itu menyuruh kami memasukan jari telunjuk kami ke wadah itu sambil menaburkan tanah halus yang kami cari. Keanehan terjadi saat ia mulai mengaduk air itu dan entah membaca apa air di wadah itu seketika berubah ke merah-merahan. Dia hanya memastikan tubuh kami masih bersih tanpa ada kekutan apapun yang pernah merasukinya.
Perasaanku mulai tak enak, kami sebenarnya ingin cepat pergi karna takut namun kami merasa tidak enak jika meninggalkan orang begitu saja. Orang misterius itu kembali berbicara panjang lebar untuk meyakinkan kami, karna merasa sudah cukup lama kami ijin pulang untuk memikirkannya dan akan memberikan jawabanya jika kami kembali kesini.
Di perjalanan pulang aku mengingat-ingat setiap perkataan yang ia sampaikan, dalam hati aku sedikit berfikir apa mungkin itu hanyalah ilmu susuk yang sesungguhnya tidak boleh bagi orang muslim, dan pikiran lain muncul dalam pikiranku.
Apa mungkin dia sedang mencari tumbal?
Tepat di pertengahan bulan Ramadhan ini, karna kami sebenarnya tau tempat ini cukup angker.
Namun aku tahu, Allahlah satu-satunya dzat yang maha sempurna dan maha kuasa. Sang khalik yang menciptakan segala kekuatan yang ada di dunia beserta isinya. Tak ada kekuatan lain selain datang dari Allah S.W.T dan juga hanya ada satu keajaiban di dunia ini dan itu tak lain hanya datang dari Allah.
Sekarang aku tahu mungkin inilah salah satu rintangan hidup atau mungkin ujian keimanan bagiku karena jika tidak di dasari hati yang beriman kita mungkin bisa saja goyah terombang ambing arus kuat kehidupan. Hingga kita salah melangkah, berbelok ke arah yang tidak benar.
Setelah itu kami mempercepat langkah kami pulang meninggalkan tempat itu, dan mungkin selamanya tak akan pernah lagi kembali ke tempat itu, dan pergi dari cerita kami di hari itu.
Sampai sekarang saat aku mulai dewasa aku masih menyimpan baik-baik kisah masa kecilku ini, tak pernah sedikitpun ku ceritakan kepada orang lain, sampai akhirnya kisah ini sempat aku tulis. Tanpa ada maksud mengkhayal atau menjelek-jelekan ini adalah bagian kisah yang aku alami, percaya atau tidak, iyu hak masing-masing dari kalian.
Semoga kalian para pembaca dimanapun anda berada bisa mengambil hikmah dari semua ini.
DAILY 14 Datangnya Bulan Ramadhan
Sahabat Dunia Akhirat..
Wahai engkau sahabat,
Ingatlah kita pernah melewati masa
Masa dimana kita banyak menghabiskan waktu untuk belajar mengaji bersama
Mendengarkan indahnya lantunan sholawat..
Ketika Ramadhan datang
Kita begitu bahagia menyambutnya
Bersama mengisi buku catatan kegiatan Bulan Ramadhan
Wahai sahabat,
Jika kelak suatu saat nanti kau tak lagi menemukan diriku di surga
Tolong sampaikan kepada Allah SWT yah
Kalau waktu kita didunia
Kita pernah mengaji dan sholat bersama..
Datangnya bulan suci Ramadhan setidaknya dapat lebih meningkatkan iman dan taqwa kita sebagai seorang muslim. Di bulan suci inilah saat yang paling tepat untuk kita manfaatkan sebagai jalan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Aku sangat menyukai bulan Ramadhan, ketika bulan ini datang entah kenapa perasaanku menjadi tenang dan hatiku menjadi tentram.
Sehabis berbuka puasa Vian telah menunggu di depan rumahku untuk shalat tarawih bersama di masjid. Seperti kebiasaan anak-anak lainnya di kampung sini kami selalu datang lebih awal untuk berkumpul dengan teman yang lain untuk menikmati makanan khas bulan ramadhan yang ada di daerah kami yakni kolak dan keraca.
Adzan isya telah berkumandang kami berhamburan menuju tempat wudlu untuk menyucikan tubuh dan bergegas merapatkan shaf dan melaksanakan shalat isya berjamaah. Tak terasa 20 rokaat shalat tarawih dan 3 rokaat shalat witir di lalui. Seusai tahlil kami berhamburan keluar menuju serambi masjid untuk mengambil jaburan (Jajanan Bulan Ramadhan) yang memang biasa dilakukan di masjid-masjid dan mushala di daerah kami setelah selesai salat tarawih.
Keesokan harinya sehabis sahur tepatnya sebelum imsyak kembali lagi Vian telah menunggu di depan rumahku sambil membawa buku catatan kegiatan bulan ramadhan yang di bagikan dari sekolah untuk mencatat kegiatan-kegiatan dan materi pengajian ataupun kuliah subuh selama bulan ramadhan ini. Intinya buku tersebut adalah untuk mempermudah kita untuk meningkatkan ibadah dan tidak meninggalkannya selama bulan ramadhan, karena didalam uku itu juga berisi banyak doa-doa yang sangat bermanfaat. Meskipun aku dapati banyak teman lain yang tak pernah mengisi hanya karena alasan tidak dikumpulkan, tapi aku tak pernah memeperdulikan itu. Aku hanya niat beriadah karena Allah SWT.
Kami selalu datang lebih awal ke masjid dan meluangkan waktu untuk mengisi buku catatan kami, tak memperdulikan teman yang lain yang biasanya datang lebih awal sembari bermain-main dan berlari-lari di halaman masjid.
Mentaripun telah menampakan sinarnya menandakan kuliah shubuh / pengajian shubuh telah usai, banyak teman-teman kami yang tertidur karna mengantuk, banyak juga yang langsung pergi setelah shalat shubuh usai untuk berjalan-jalan ke rel kereta dan juga bermain petasan yang menurut kami sangat membosankan.
Sebelum penceramah pergi kami berdua selalu bergegas menghampiri beliau untuk meminta tanda tangan pada buku catatan kegiatan bulan ramadhan kami beserta materi pengajian yang telah kami rangkum. Setelah itu kami berdua biasanya langsung pulang kerumah masing-masing untuk mandi dan bersegera untuk berangkat ke sekolah lebih awal entah untuk berjalan jalan ataupun menghayati sejuknya pagi hari,.
Sepulang sekolah banyak kegiatan yang kami lakukan. Sama dengan kebiasaan anak laki-laki pada umumnya yang selalu belajar hanya kalau ada PR saja. Mungkin tidak semua, tapi tak dapat ku pungkiri kami juga kurang lebih seperti itu, biasanya sepulang sekolah kami menghabiskan waktu untuk bermain PS ataupun komputer di rumah Vian. kalau jenuh biasanya kami membeli komponen untuk memodifikasi mobil-mobilan tamiya dari uang saku kami yang sengaja tidak kami gunakan, dan jika bosan lagi biasanya kami pergi kerumah teman lain entah untuk pergi ke sungai, sawah atau hal-hal lain yang berkaitan dengan alam luar.
Ya kurang lebih seperti itulah keseharian kami entah membosankan entah menyenangkan itulah yang selalu kami lakukan untuk menghabiskan waktu, menyambut hari berganti kala ramadhan telah datang. Kini ketika waktu berlalu semuanya semakin berbeda, karena pada dasarnya semua yang aku alami mengajarkanku akan kehidupanku yang selanjutnya.
Sebuah pelajaran berharga yan tak pernah terulang.
Seiring perkembangan usia hal-hal yang aku alami selama bulan Ramadhan terus berbeda dan semakin bermakna, yang mungkin insyallah akan aku tuliskan dalam tulisanku yang selanjutnya, Ini adalah Ramadhanku ketika masih di Sekolah Dasar, Tentang belajar mengaji dan Catatan Bulan Ramadhan. Bagaimana dengan Ramadhan kalian?
Wahai engkau sahabat,
Ingatlah kita pernah melewati masa
Masa dimana kita banyak menghabiskan waktu untuk belajar mengaji bersama
Mendengarkan indahnya lantunan sholawat..
Ketika Ramadhan datang
Kita begitu bahagia menyambutnya
Bersama mengisi buku catatan kegiatan Bulan Ramadhan
Wahai sahabat,
Jika kelak suatu saat nanti kau tak lagi menemukan diriku di surga
Tolong sampaikan kepada Allah SWT yah
Kalau waktu kita didunia
Kita pernah mengaji dan sholat bersama..
Datangnya bulan suci Ramadhan setidaknya dapat lebih meningkatkan iman dan taqwa kita sebagai seorang muslim. Di bulan suci inilah saat yang paling tepat untuk kita manfaatkan sebagai jalan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Aku sangat menyukai bulan Ramadhan, ketika bulan ini datang entah kenapa perasaanku menjadi tenang dan hatiku menjadi tentram.
Sehabis berbuka puasa Vian telah menunggu di depan rumahku untuk shalat tarawih bersama di masjid. Seperti kebiasaan anak-anak lainnya di kampung sini kami selalu datang lebih awal untuk berkumpul dengan teman yang lain untuk menikmati makanan khas bulan ramadhan yang ada di daerah kami yakni kolak dan keraca.
Adzan isya telah berkumandang kami berhamburan menuju tempat wudlu untuk menyucikan tubuh dan bergegas merapatkan shaf dan melaksanakan shalat isya berjamaah. Tak terasa 20 rokaat shalat tarawih dan 3 rokaat shalat witir di lalui. Seusai tahlil kami berhamburan keluar menuju serambi masjid untuk mengambil jaburan (Jajanan Bulan Ramadhan) yang memang biasa dilakukan di masjid-masjid dan mushala di daerah kami setelah selesai salat tarawih.
Keesokan harinya sehabis sahur tepatnya sebelum imsyak kembali lagi Vian telah menunggu di depan rumahku sambil membawa buku catatan kegiatan bulan ramadhan yang di bagikan dari sekolah untuk mencatat kegiatan-kegiatan dan materi pengajian ataupun kuliah subuh selama bulan ramadhan ini. Intinya buku tersebut adalah untuk mempermudah kita untuk meningkatkan ibadah dan tidak meninggalkannya selama bulan ramadhan, karena didalam uku itu juga berisi banyak doa-doa yang sangat bermanfaat. Meskipun aku dapati banyak teman lain yang tak pernah mengisi hanya karena alasan tidak dikumpulkan, tapi aku tak pernah memeperdulikan itu. Aku hanya niat beriadah karena Allah SWT.
Kami selalu datang lebih awal ke masjid dan meluangkan waktu untuk mengisi buku catatan kami, tak memperdulikan teman yang lain yang biasanya datang lebih awal sembari bermain-main dan berlari-lari di halaman masjid.
Mentaripun telah menampakan sinarnya menandakan kuliah shubuh / pengajian shubuh telah usai, banyak teman-teman kami yang tertidur karna mengantuk, banyak juga yang langsung pergi setelah shalat shubuh usai untuk berjalan-jalan ke rel kereta dan juga bermain petasan yang menurut kami sangat membosankan.
Sebelum penceramah pergi kami berdua selalu bergegas menghampiri beliau untuk meminta tanda tangan pada buku catatan kegiatan bulan ramadhan kami beserta materi pengajian yang telah kami rangkum. Setelah itu kami berdua biasanya langsung pulang kerumah masing-masing untuk mandi dan bersegera untuk berangkat ke sekolah lebih awal entah untuk berjalan jalan ataupun menghayati sejuknya pagi hari,.
Sepulang sekolah banyak kegiatan yang kami lakukan. Sama dengan kebiasaan anak laki-laki pada umumnya yang selalu belajar hanya kalau ada PR saja. Mungkin tidak semua, tapi tak dapat ku pungkiri kami juga kurang lebih seperti itu, biasanya sepulang sekolah kami menghabiskan waktu untuk bermain PS ataupun komputer di rumah Vian. kalau jenuh biasanya kami membeli komponen untuk memodifikasi mobil-mobilan tamiya dari uang saku kami yang sengaja tidak kami gunakan, dan jika bosan lagi biasanya kami pergi kerumah teman lain entah untuk pergi ke sungai, sawah atau hal-hal lain yang berkaitan dengan alam luar.
Ya kurang lebih seperti itulah keseharian kami entah membosankan entah menyenangkan itulah yang selalu kami lakukan untuk menghabiskan waktu, menyambut hari berganti kala ramadhan telah datang. Kini ketika waktu berlalu semuanya semakin berbeda, karena pada dasarnya semua yang aku alami mengajarkanku akan kehidupanku yang selanjutnya.
Sebuah pelajaran berharga yan tak pernah terulang.
Seiring perkembangan usia hal-hal yang aku alami selama bulan Ramadhan terus berbeda dan semakin bermakna, yang mungkin insyallah akan aku tuliskan dalam tulisanku yang selanjutnya, Ini adalah Ramadhanku ketika masih di Sekolah Dasar, Tentang belajar mengaji dan Catatan Bulan Ramadhan. Bagaimana dengan Ramadhan kalian?
DAILY 13 Kreatifitas Dan Perlombaan
Sabtu, 1 Oktober 2005
Siang yang sejuk disaat aku masih bermain kartu Yu Gi Oh bersama Vian di depan rumahku sambil menunggu teman yang lain untuk menyelesaikan persiapan perlombaan pesta siaga besok. tiba-tiba munculah sorak sorai kakak-kakak kelas 6 saat salah satu di antara mereka berulang tahun dan menjadi bulan-bulanan lemparan tepung dan telur busuk oleh teman-teman yang lain.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya teman-teman yang lain datang. Hari ini rencananya kami akan mencari bambu yang bagus untuk di jadikan alat musik untuk perlombaan pesta siaga besok. Kami mencarinya di perkebunan bambu di ujung utara perkampungan.
Setelah semua lengkap kami segera kembali ke rumah masing-masing karena hari sudah siang dan kami harus berangkat madrasah. Sepulang madrasah kami semua berkumpul di rumah Annisa untuk mendata keperluan yang akan di bawa dan juga perlengkapan lain yang kami buat tadi siang.
Nissa adalah salah satu teman dekatku ketika kecil, Ketika SD aku sering bermain dengannya entah dirumahku ataupun dirumahnya. Masa dimana pertemanan adalah sebuah kisah klasik tentang kejujuran dan tanpa rekayasa. Aku ingat saat itu ketika pulang diantarkan oleh ibunya Nissa bersama Vian naik motor kerumah karena hari sudah menjelang malam dan rumah kami adalah yang paling jauh.
Hari esokpun tiba, perlombaan pesta siaga itu sendiri di adakan di SMP N 1 Karanglewas, upacara pembukaan di mulai. SD tempat aku bersekolah yakni SD Negeri Pasir Wetan ditempatkan satu ruang dengan teman-teman dari SD Sunyalangu.
Panasnya terik matahari membuat peserta banyak yang jatuh sakit ataupun merasa pusing saat upacara pembukaan termasuk beberapa teman dari SD ku.
Berbagai perlombaan dan penampilan-penampilan menarik ikut memeriahkan acara, hingga acara puncak yakni upacara pemasangan klanting terpanjang di Kecamatan Karanglewas, kegiatan ini sengaja di selenggarakan sebagai bentuk rasa kebersamaan yang kuat agar tetap terjaga pada kami khususnya siswa Sekolah Dasar Kecamatan Karanglewas dan Seluruh warga di Kecamatan Karanglewas umumnya. Pada saat itu aku sempat berkenalan dengan ketua regu dari SD Taman sari yang bernama Farih Angga yang aku tidak aku sangka ketika SMP dia adalah kakak kelasku di SMP N 4 Purwokerto. Meskipun tidak menjadi juara, kami pulang dengan perasaan bahagia. Kami pulang mengguakan mobil los bak kecil berwarna hitam, riang dan seru. Kami bernyanyi sepanjang perjalanan sambil menabuh alat-alat musik dari bambu yang telah kita buat.
Oya gengs, di kelas 4 Sekolah Dasar ini banyak sekali kegiatan dan perlombaan kreatifitas antar siswa ataupun sekolah entah tingkat kecamatan juga kabupaten. Dari perlombaan akademik dan non akademi yang terangkai dalam Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) yang selalu di selenggarakan tiap tahunnya demi meningkatkan kualitas siswa untuk berkreatifitas juga sebagai wadah untuk menyalurkan segala bakat dan minat dari pelajar-pelajar Sekolah Dasar sendiri sehingga dapat tumbuh bibit-bibit berbakat penerus kemajuan bangsa di masa depan.
Dan di ajang ini kelas 4lah menjadi tulang punggung sekolah kami, setiap guru kelas 4 di sela memberikan materi pelajaran juga harus menyeleksi siswa-siswi yang mungkin bisa di banggakan untuk membawa nama baik sekolahnya.
Dan aku menjadi salah satu siswa yang terkena imbasnya. amaeskipunaku tidak berprestasi di kelas tetapi hari-hariku yang biasanya di habiskan untuk bermain dan belajarpun mulai di sibukan dengan adanya banyak latian yang cukup padat. Tetapi pada dasarnya aku bersyukur karena banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan dari banyak lomba yang aku ikuti entah dari cabang akademik, keagamaan, kerajinan ataupun kesenian.
Dari situ juga aku dapat mempunyai teman-teman baru dari sekolah lain juga banyak pelajaran bdan hal-hal baru aku dapatkan selama mengikuti perlombaan yang mungkin hanya bisa aku dapatkan saat itu saja. Pesta klanting terpanjang, POPDA, PORSENI, kami adalah bagian dari saksi sejarah itu. Mungkin semua siswa di karanglewas sudah melupakannya. tapi tidak denganku.
Siang yang sejuk disaat aku masih bermain kartu Yu Gi Oh bersama Vian di depan rumahku sambil menunggu teman yang lain untuk menyelesaikan persiapan perlombaan pesta siaga besok. tiba-tiba munculah sorak sorai kakak-kakak kelas 6 saat salah satu di antara mereka berulang tahun dan menjadi bulan-bulanan lemparan tepung dan telur busuk oleh teman-teman yang lain.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya teman-teman yang lain datang. Hari ini rencananya kami akan mencari bambu yang bagus untuk di jadikan alat musik untuk perlombaan pesta siaga besok. Kami mencarinya di perkebunan bambu di ujung utara perkampungan.
Setelah semua lengkap kami segera kembali ke rumah masing-masing karena hari sudah siang dan kami harus berangkat madrasah. Sepulang madrasah kami semua berkumpul di rumah Annisa untuk mendata keperluan yang akan di bawa dan juga perlengkapan lain yang kami buat tadi siang.
Nissa adalah salah satu teman dekatku ketika kecil, Ketika SD aku sering bermain dengannya entah dirumahku ataupun dirumahnya. Masa dimana pertemanan adalah sebuah kisah klasik tentang kejujuran dan tanpa rekayasa. Aku ingat saat itu ketika pulang diantarkan oleh ibunya Nissa bersama Vian naik motor kerumah karena hari sudah menjelang malam dan rumah kami adalah yang paling jauh.
Hari esokpun tiba, perlombaan pesta siaga itu sendiri di adakan di SMP N 1 Karanglewas, upacara pembukaan di mulai. SD tempat aku bersekolah yakni SD Negeri Pasir Wetan ditempatkan satu ruang dengan teman-teman dari SD Sunyalangu.
Panasnya terik matahari membuat peserta banyak yang jatuh sakit ataupun merasa pusing saat upacara pembukaan termasuk beberapa teman dari SD ku.
Berbagai perlombaan dan penampilan-penampilan menarik ikut memeriahkan acara, hingga acara puncak yakni upacara pemasangan klanting terpanjang di Kecamatan Karanglewas, kegiatan ini sengaja di selenggarakan sebagai bentuk rasa kebersamaan yang kuat agar tetap terjaga pada kami khususnya siswa Sekolah Dasar Kecamatan Karanglewas dan Seluruh warga di Kecamatan Karanglewas umumnya. Pada saat itu aku sempat berkenalan dengan ketua regu dari SD Taman sari yang bernama Farih Angga yang aku tidak aku sangka ketika SMP dia adalah kakak kelasku di SMP N 4 Purwokerto. Meskipun tidak menjadi juara, kami pulang dengan perasaan bahagia. Kami pulang mengguakan mobil los bak kecil berwarna hitam, riang dan seru. Kami bernyanyi sepanjang perjalanan sambil menabuh alat-alat musik dari bambu yang telah kita buat.
Oya gengs, di kelas 4 Sekolah Dasar ini banyak sekali kegiatan dan perlombaan kreatifitas antar siswa ataupun sekolah entah tingkat kecamatan juga kabupaten. Dari perlombaan akademik dan non akademi yang terangkai dalam Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) yang selalu di selenggarakan tiap tahunnya demi meningkatkan kualitas siswa untuk berkreatifitas juga sebagai wadah untuk menyalurkan segala bakat dan minat dari pelajar-pelajar Sekolah Dasar sendiri sehingga dapat tumbuh bibit-bibit berbakat penerus kemajuan bangsa di masa depan.
Dan di ajang ini kelas 4lah menjadi tulang punggung sekolah kami, setiap guru kelas 4 di sela memberikan materi pelajaran juga harus menyeleksi siswa-siswi yang mungkin bisa di banggakan untuk membawa nama baik sekolahnya.
Dan aku menjadi salah satu siswa yang terkena imbasnya. amaeskipunaku tidak berprestasi di kelas tetapi hari-hariku yang biasanya di habiskan untuk bermain dan belajarpun mulai di sibukan dengan adanya banyak latian yang cukup padat. Tetapi pada dasarnya aku bersyukur karena banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan dari banyak lomba yang aku ikuti entah dari cabang akademik, keagamaan, kerajinan ataupun kesenian.
Dari situ juga aku dapat mempunyai teman-teman baru dari sekolah lain juga banyak pelajaran bdan hal-hal baru aku dapatkan selama mengikuti perlombaan yang mungkin hanya bisa aku dapatkan saat itu saja. Pesta klanting terpanjang, POPDA, PORSENI, kami adalah bagian dari saksi sejarah itu. Mungkin semua siswa di karanglewas sudah melupakannya. tapi tidak denganku.
Daily 12 Selamat Datang Kembali Purwokerto
Sudah cukup lama aku berada di Wonogiri dan liburan kenaikan kelaspun
akan segera berakhir, hari ini aku akan menuju ke tempat saudaraku
lainnya di kampung Sambi Jajar yang letaknya di seberang kampung embahku
di Sambi Rejo. Jaraknya cukup jauh dan tidak dapat di tempuh dengan
kendaraan karna harus naik turun gunung.
Jarak antara dua kampung ini bagaikan dua pegunungan yang bersebelahan dan di tengahnya terdapat sungai dan lahan persawahan yang cukup luas. Sungguh suasanya yang begitu sejuk saat berada di lahan persawahan tempat perbatasan kedua kampung ini.
keindahan yang sesungguhnya terletak di ujung timur sana ketika aku takjub saat panorama yang begitu indah terpampang juga pemandangan satu gunung aktif yang cukup tinggi menjulang memaksa pandanganku tak bisa berpaling.
Aku menanyakan pada budhe ku tentang gunung itu, Gunung Kelud. Yah Kelud nama yang takan ku lupakan, sebuah gunung aktif di Jawa Timur namun dapat terlihat jelas kala pagi dari sambi rejo. (Pada tahun 2014 tepatnya 13 Februari 2014 saat itu aku masih kelas 12 SMK Gunung kelud mengalami letusan yang dahsyat bahkan abu Vulkaniknya sampai pada pulau jawa bagian barat, di tempatku sendiri saat itu yakni Purwokerto,
Abu Vulkanik sudah bagaikan hujan salju hitam yang menghitamkan kotaku saat itu. Bahkan helm dan sepeda motorku yang aku parkirkan di parkiran sekolah begitu kotor terkena debu abu vulkanik tersebut. Aku sempat menuliskan di twitter kala mengenang gunung kelud, kurang lebih seperti ini tulisannya.
"Saat kecil aku sering melihat gunung kelud dari Sambi Rejo, dan itu sangat indah".
Itu sedikit peristiwa yang aku ingat tentang letusan dahsyat gunung Kelud. Semoga tidak pernah terjadi lagi).
Sesampainya di sambi jajar aku mengamati keadaan lingkungan sekitar yang ternyata cukup ramai dan padat berbeda dengan kampung sebelah tempat embahku tinggal.
Aku hanya semalam tinggal di sambi jajar sebelum esoknya aku kembali ke tempat embahku di sambi rejo. Di perjalanan pulang aku bertemu dengan anak laki-laki sebaya yang tinggal di sambi rejo, Febri namanya. Budhe ku memintanya untuk menemani berkeliling kampung karna beliau ada urusan.
Akhirnya kami berkenalan, dia tanpak sinis kepadaku lalu menanyakan tentang diriku karna tak pernah melihatku disini sebelumnya. Akupun menceritakan bahwasanya aku berasal dari tempat yang jauh dan hanya menghabiskan waktu liburan disini karna dia sama sekali tak mengenal Kota Purwokerto kala aku menjelaskan.
Hingga datang 2 anak perempuan sebaya menghampiriku. Namanya Nana dan Anti mereka yang juga ternyata tinggal tak jauh dari sini. Mereka berdua datang dengan senyuman yang manis sepertihalnya teman lama yang kembali bertemu.
Aku senang karna akhirnya aku mempunyai teman disini. Satu hari itu kami habiskan waktu berjalan bermain di daerah pegunungan bersama hingga senja menjelang saat Nana dan Anti kembali kerumah masing-masing.
Aku mengamati lingkungan sekitar sebelum kudapati Febri meninggalkanku sendiri, namun bukan masalah setidaknya aku bisa bertanya kepada orang kampung sini dan mengantarkanku ke rumah budhe.
Mungkin ini adalah salah satu hari yang indah dan tak mungkin ku lupakan.
Hari kini mulai gelap tak terasa ini adalah hari terakhir aku tinggal disini, kini aku mulai berkemas untuk pulang, karna besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali dari sini.
Ayam telah berkokok mentari siap pancarkan sinarnya. Setelah shalat shubuh aku segera menuju tempat pemberhentian bus jurusan Solo Kota. Cukup lama perjalanan di pagi buta hingga Stasiun Balapan Solo sudah di pandangan mata kala hari mulai terik.
Dalam suasana yang panas ini aku teringat akan teman-teman baruku di Sambi Rejo disaat kemarin seharian bermain bersama yang ternyata itu adalah hari yang pertama dan terakhir kita bertemu, aku lupa berpamitan dengan mereka yang sudah jauh disana. Teman sesaatku yang kudapati hanya merekalah teman yang pernah aku kenal disana. Semoga suatu saat jika sudah dewasa nanti aku dapat kembali kesana.
Sehabis dzuhur keretapun telah datang dan siap berangkat, aku kembali duduk di sebelah kaca agar dapat menikmati pemandangan dalam perjalanan. Tak terasa dengan sekejap hari telah gelap, sekitar pukul setengah sebelas malam akhirnya semua pemandangan lenyap berganti dengan kelap kelipnya lampu-lampu di Kota Purwokerto.
Liburan telah usai. Jalan-jalan di pegunungan, Gunung Kelud, dan teman-teman barupun telah usai. Kini rutinitas telah menanti. Selamat datang kembali Kota Purwokerto. Purwokerto kota SATRIA.
Note : Hari itu adalah terakhir kalinya aku tinggal di Wonogiri, saat itu aku kelas 4 SD. Hingga saat ini ketika beberapa tahun sudah aku menyelesaikan SMK atau mungkin sudah puluhan tahun berlalu aku belum pernah kembali lagi ketempat itu dan aku sudah benar-benar tidak ingat tentang teman-temanku disana saat itu. Setidaknya tulisan ini suatu saat bisa mengingatkannya.
Terima kasih untuk semuanya, pernah ada. Sekian.
Jarak antara dua kampung ini bagaikan dua pegunungan yang bersebelahan dan di tengahnya terdapat sungai dan lahan persawahan yang cukup luas. Sungguh suasanya yang begitu sejuk saat berada di lahan persawahan tempat perbatasan kedua kampung ini.
keindahan yang sesungguhnya terletak di ujung timur sana ketika aku takjub saat panorama yang begitu indah terpampang juga pemandangan satu gunung aktif yang cukup tinggi menjulang memaksa pandanganku tak bisa berpaling.
Aku menanyakan pada budhe ku tentang gunung itu, Gunung Kelud. Yah Kelud nama yang takan ku lupakan, sebuah gunung aktif di Jawa Timur namun dapat terlihat jelas kala pagi dari sambi rejo. (Pada tahun 2014 tepatnya 13 Februari 2014 saat itu aku masih kelas 12 SMK Gunung kelud mengalami letusan yang dahsyat bahkan abu Vulkaniknya sampai pada pulau jawa bagian barat, di tempatku sendiri saat itu yakni Purwokerto,
Abu Vulkanik sudah bagaikan hujan salju hitam yang menghitamkan kotaku saat itu. Bahkan helm dan sepeda motorku yang aku parkirkan di parkiran sekolah begitu kotor terkena debu abu vulkanik tersebut. Aku sempat menuliskan di twitter kala mengenang gunung kelud, kurang lebih seperti ini tulisannya.
"Saat kecil aku sering melihat gunung kelud dari Sambi Rejo, dan itu sangat indah".
Itu sedikit peristiwa yang aku ingat tentang letusan dahsyat gunung Kelud. Semoga tidak pernah terjadi lagi).
Sesampainya di sambi jajar aku mengamati keadaan lingkungan sekitar yang ternyata cukup ramai dan padat berbeda dengan kampung sebelah tempat embahku tinggal.
Aku hanya semalam tinggal di sambi jajar sebelum esoknya aku kembali ke tempat embahku di sambi rejo. Di perjalanan pulang aku bertemu dengan anak laki-laki sebaya yang tinggal di sambi rejo, Febri namanya. Budhe ku memintanya untuk menemani berkeliling kampung karna beliau ada urusan.
Akhirnya kami berkenalan, dia tanpak sinis kepadaku lalu menanyakan tentang diriku karna tak pernah melihatku disini sebelumnya. Akupun menceritakan bahwasanya aku berasal dari tempat yang jauh dan hanya menghabiskan waktu liburan disini karna dia sama sekali tak mengenal Kota Purwokerto kala aku menjelaskan.
Hingga datang 2 anak perempuan sebaya menghampiriku. Namanya Nana dan Anti mereka yang juga ternyata tinggal tak jauh dari sini. Mereka berdua datang dengan senyuman yang manis sepertihalnya teman lama yang kembali bertemu.
Aku senang karna akhirnya aku mempunyai teman disini. Satu hari itu kami habiskan waktu berjalan bermain di daerah pegunungan bersama hingga senja menjelang saat Nana dan Anti kembali kerumah masing-masing.
Aku mengamati lingkungan sekitar sebelum kudapati Febri meninggalkanku sendiri, namun bukan masalah setidaknya aku bisa bertanya kepada orang kampung sini dan mengantarkanku ke rumah budhe.
Mungkin ini adalah salah satu hari yang indah dan tak mungkin ku lupakan.
Hari kini mulai gelap tak terasa ini adalah hari terakhir aku tinggal disini, kini aku mulai berkemas untuk pulang, karna besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali dari sini.
Ayam telah berkokok mentari siap pancarkan sinarnya. Setelah shalat shubuh aku segera menuju tempat pemberhentian bus jurusan Solo Kota. Cukup lama perjalanan di pagi buta hingga Stasiun Balapan Solo sudah di pandangan mata kala hari mulai terik.
Dalam suasana yang panas ini aku teringat akan teman-teman baruku di Sambi Rejo disaat kemarin seharian bermain bersama yang ternyata itu adalah hari yang pertama dan terakhir kita bertemu, aku lupa berpamitan dengan mereka yang sudah jauh disana. Teman sesaatku yang kudapati hanya merekalah teman yang pernah aku kenal disana. Semoga suatu saat jika sudah dewasa nanti aku dapat kembali kesana.
Sehabis dzuhur keretapun telah datang dan siap berangkat, aku kembali duduk di sebelah kaca agar dapat menikmati pemandangan dalam perjalanan. Tak terasa dengan sekejap hari telah gelap, sekitar pukul setengah sebelas malam akhirnya semua pemandangan lenyap berganti dengan kelap kelipnya lampu-lampu di Kota Purwokerto.
Liburan telah usai. Jalan-jalan di pegunungan, Gunung Kelud, dan teman-teman barupun telah usai. Kini rutinitas telah menanti. Selamat datang kembali Kota Purwokerto. Purwokerto kota SATRIA.
Note : Hari itu adalah terakhir kalinya aku tinggal di Wonogiri, saat itu aku kelas 4 SD. Hingga saat ini ketika beberapa tahun sudah aku menyelesaikan SMK atau mungkin sudah puluhan tahun berlalu aku belum pernah kembali lagi ketempat itu dan aku sudah benar-benar tidak ingat tentang teman-temanku disana saat itu. Setidaknya tulisan ini suatu saat bisa mengingatkannya.
Terima kasih untuk semuanya, pernah ada. Sekian.
Daily 11 Menuju Masa Lalu ( Antara Solo Wonogiri dan Purwokerto)
Hari kenaikan kelas menuju kelas 4 telah tiba liburan musim panaspun menanti, kini aku telah mempunyai sahabat-sahabat masa kecil yang baik disini di Kota Purwokerto. Kota Satria yang terkenal makannya yang enak-enak. Kota sejuk dengan lokawisata yang indah-indah.
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya setelah penerimaan raport aku cepat-cepat pulang kerumah untuk berkemas karna hari esok aku akan kembali ke kotaku dulu yakni Kota Surakarta.
Pagi-pagi sekali aku telah duduk di gerbong kereta Logawa di Stasiun Purwokerto, sekitar pukul 06.00 W.I.B pagi kereta berangkat.
Kilometer demi kilometer terlampaui. Stasiun demi stasiun terlewati. Hingga sampailah di stasiun Jebres Surakarta tempatku berhenti. Segala kenangan tentang Kota Surakarta terngiang kembali. jembatan gantung, rel kereta jebres, kampus Universitas Sebelas Maret, gembira loka, waduk gajah mungkur. Aku hambiskan selama aku berlibur di tempat budhe ku di Solo. Sebelum akhirnya pagi-pagi sekali aku menuju terminal bus untuk bersilaturahmi di tempat mbahku di Wonogiri.
Pemandangan indah kota Solo di pagi hari kini berganti menjadi hawa dingin pegunungan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 2 Jam kecepatan standar bus membawaku melesat menuju kabupaten yang sangat kental dengan aroma pegunungan itu. Jalanan terjal dan jurang membuatku merasakan dan ikut menikmati bahwasannya aku sadari perjalanan ini sangat memacu adrenalin.
Dua tiga hari berlalu namun suasana tetap dingin dan sepi, tak ada suara anak-anak berlarian gembira bersama, tak ada gemercik aliran sungai, tak ada anak bermain layang-layang sepertihalnya di Purwokerto, lagi pula di sini tempatnya tidak ideal untuk menaikan layang-layang, selain angin yang kecil juga sangat banyak pohon tinggi menjulang.
Sekarang aku mulai mengerti bahwasanya wilayah dan lingkungan itu mempunyai karakteristik yang berbeda, jika di Solo dengan lingkungan yang begitu padat, kumuh, mungkin itu wajar jika keramaian adalah kenyataan yang terpampang di kota itu sepanjang hari.
Sementara di Wonogiri yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan, menjadikan hawa dingin selalu menyelimuti, seolah memberi kesan sebagai tempat yang selalu sepi, sebuah dataran tinggi dengan intensitas angin yang kecil sehingga tak ada musim layang-layang disini.
Berbeda dengan Purwokerto dengan letak yang begitu strategis diantara lereng gunung selamet dan pantai selatan yang membuat daerah ini bukanlah menjadi daerah yang rawan bencana. Meski aku sadari sebenarnya bencana itu datang dimana saja kapanpun dimanapun dan bagaimnapun. Tetapi untuk kota Purwokerto dengan suasana sejuk tidak begitu panas tidak begitu dingin, tidak terlalu rampai dan padat juga tidak terlalu sepi mungkin cukup tepat jika kota Purwokerto mendapat predikat sebagai kota ternyaman nomor satu di Pulau Jawa mengalahkan hiruk pikuknya Bandung dan Jakarta, atau romansa di Wonosobo, Magelang ataupun Malang.
Daily 10 Tebing Yang Curam
Libur akhir ramadhan merupakan waktu yang asik bagi anak-anak SD di kampungku
untuk bermain petasan, menyisihkan uang saku untuk membeli lotre, kartu
ataupun mainan lainnyavseperti keseharianku dengan teman-teman kelas 3 SD
lainnya yang selalu bersaing untuk mengoleksi kartu Yu Gi Oh terbaik agar
bisa menang duel dengan teman lainnya.
Siang ini cuca sangat panas, kartu Yu Gi pun terasa membosankan, kini aku dan beberapa teman kelas 3 bergegas menuju pemakaman ujung perkampungan untuk menabuh petasan yang kami kumpulkan, kami memilih pemakaman sebagai tempat bermain petasan agar bunyinya tidak mengganggu penduduk di desa kami. Tetapi hal yang tidak pernah aku pikirkan saat itu adalah bahwasannya kamimjustru sangat-sangat mengganggu penduduk di alam lain. Sungguh aku merasa khilaf.
Tak jauh dari pemakaman itu tanpak lahan sawah yang luas membentang, membuat kami memutuskan ke tempat itu karena petasan sudah habis dan di ujung persawahan itu terdapat sungai yang bisa kami gunakan untuk melepas lelah. Tebing yang sangat curam terpampang jelas di hadapan kami. Tanpak sungai yang mengalir jernih berada di ujung bawah tebing. Dengan rasa penasaran kami pun turun melalui geguguran tebing yang di selubungi alang-alang sebagai satu-satunya jalan untuk menuruni tebing ini.
Sesampainya di bawah terlihat begitu tinggi ujung tebing. Mungkin akan sangat miris yang akan terjadi jika ada seseorang yang sedikit saja tergelincir dan terjatuh dari atas. Mungkin seseorang tersebut hanya tinggal kenangan aaupun tinggal namanya saja.
Sinar matahari tak seutuhnya sampai ke bawah tebing sehingga suasana begitu sejuk.
Jika dari atas tebing tempat ini sempit, namun sangat luas setelah kami turun kesini, tumbuhan pisang singkong dan umbi-umbian lainnya pun begitu banyaknya tumbuh.
Gemercik air deras terdengar, terus terdengar semakin jelas seolah mencairkan hati sebelum akhirnya aku melesat dan menyelam ke dalam air di ikuti oleh teman lainnya.
aku terus menyelam ke bawah dengan kemampuan renang yang sangat
sedikit aku miliki. Dalam.. Dalam dan semakin dalam hingga tiba-tiba nafasku sesak, penglihatanku menjadi tidak begitu jelas, aku terperosok ke dasar sungai yang sangat dalam di dasar tebing,
Apakah aku akan berakhir? Aku tenggelam, Aku hanyut? Atau mungkin aku akan mati?
Aku mulai panik dan merasa tidak karuan. Dengan sedikit kesadaran yang masih aku miliki aku seperti melihat ada sebuah lubang hitam yang begitu dalam seperti goa di dasar sungai. Namun aliran sungai yang deras membawaku sampai tepi sungai yang membuat teman-temanku kehilangan jejakku, perlahan dengan badan yang begitu lemas aku menuju ke daratan. Akuhanyut, namun aku masih selamat. Aku duduk terdiam ditepi sungai sambil mencoba memuntahkan air dari sungai tersebut yang tak sengaja tertelan.
Namun kini langit mulai gelap, mungkin sebentar lagi akan turun hujan yang begitu besar. Aku sadari sudah cukup lama aku terpisah dengan teman-temanku. Kemudian aku bangkit dan berlalu, terus berlari melewati alang-alang, pematang sawah, hingga jurang-jurang kecil yang membuatku jatuh, terperosok, bangkit dan berlari kembali.
Itu adalah salah satu petualangan yang tak pernah aku lupakan, berlari, terperosok dalam rerumputan dan alang-alang, tenggelam, dan hanyut. Sebegitu kelamkah kehidupan masa kecilku? Aku harap anak-anak jaman sekarang dengan serba modernisasi dan kecanggihan tekonologi cukup merasakannya saja di dalam dunia game, karena itu terlalu buruk. Tapi tidak untuk anak kampung sepertiku.
Siang ini cuca sangat panas, kartu Yu Gi pun terasa membosankan, kini aku dan beberapa teman kelas 3 bergegas menuju pemakaman ujung perkampungan untuk menabuh petasan yang kami kumpulkan, kami memilih pemakaman sebagai tempat bermain petasan agar bunyinya tidak mengganggu penduduk di desa kami. Tetapi hal yang tidak pernah aku pikirkan saat itu adalah bahwasannya kamimjustru sangat-sangat mengganggu penduduk di alam lain. Sungguh aku merasa khilaf.
Tak jauh dari pemakaman itu tanpak lahan sawah yang luas membentang, membuat kami memutuskan ke tempat itu karena petasan sudah habis dan di ujung persawahan itu terdapat sungai yang bisa kami gunakan untuk melepas lelah. Tebing yang sangat curam terpampang jelas di hadapan kami. Tanpak sungai yang mengalir jernih berada di ujung bawah tebing. Dengan rasa penasaran kami pun turun melalui geguguran tebing yang di selubungi alang-alang sebagai satu-satunya jalan untuk menuruni tebing ini.
Sesampainya di bawah terlihat begitu tinggi ujung tebing. Mungkin akan sangat miris yang akan terjadi jika ada seseorang yang sedikit saja tergelincir dan terjatuh dari atas. Mungkin seseorang tersebut hanya tinggal kenangan aaupun tinggal namanya saja.
Sinar matahari tak seutuhnya sampai ke bawah tebing sehingga suasana begitu sejuk.
Jika dari atas tebing tempat ini sempit, namun sangat luas setelah kami turun kesini, tumbuhan pisang singkong dan umbi-umbian lainnya pun begitu banyaknya tumbuh.
Gemercik air deras terdengar, terus terdengar semakin jelas seolah mencairkan hati sebelum akhirnya aku melesat dan menyelam ke dalam air di ikuti oleh teman lainnya.
aku terus menyelam ke bawah dengan kemampuan renang yang sangat
sedikit aku miliki. Dalam.. Dalam dan semakin dalam hingga tiba-tiba nafasku sesak, penglihatanku menjadi tidak begitu jelas, aku terperosok ke dasar sungai yang sangat dalam di dasar tebing,
Apakah aku akan berakhir? Aku tenggelam, Aku hanyut? Atau mungkin aku akan mati?
Aku mulai panik dan merasa tidak karuan. Dengan sedikit kesadaran yang masih aku miliki aku seperti melihat ada sebuah lubang hitam yang begitu dalam seperti goa di dasar sungai. Namun aliran sungai yang deras membawaku sampai tepi sungai yang membuat teman-temanku kehilangan jejakku, perlahan dengan badan yang begitu lemas aku menuju ke daratan. Akuhanyut, namun aku masih selamat. Aku duduk terdiam ditepi sungai sambil mencoba memuntahkan air dari sungai tersebut yang tak sengaja tertelan.
Namun kini langit mulai gelap, mungkin sebentar lagi akan turun hujan yang begitu besar. Aku sadari sudah cukup lama aku terpisah dengan teman-temanku. Kemudian aku bangkit dan berlalu, terus berlari melewati alang-alang, pematang sawah, hingga jurang-jurang kecil yang membuatku jatuh, terperosok, bangkit dan berlari kembali.
Itu adalah salah satu petualangan yang tak pernah aku lupakan, berlari, terperosok dalam rerumputan dan alang-alang, tenggelam, dan hanyut. Sebegitu kelamkah kehidupan masa kecilku? Aku harap anak-anak jaman sekarang dengan serba modernisasi dan kecanggihan tekonologi cukup merasakannya saja di dalam dunia game, karena itu terlalu buruk. Tapi tidak untuk anak kampung sepertiku.
Langganan:
Postingan (Atom)