Lagi-lagi hari ini aku kesiangan, Dengan segenap tenaga dan semangat yang masih ada di pagi yang sejuk ini, aku segera mengambil langkah seribu untuk bersegera mungkin menuju ke sekolah. Aku seolah telah kehilangan banyak waktu hanya karena aku begadang menonton bola selepas pulang dari Madrasah semalam.
Pagi ini aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya. Ketika sampai di pasir kidul, tempat dimana aku biasa membeli es di warung yang ada di samping sungai Susukan seorang ibu menggunakan seragam gurunya dengan kendaraan bermotor berhenti tepat di sampingku. Beliau adalah Ibu Sri Suwariningsih, Bu Wari biasa aku memanggilnya. Bu Wari adalah wali kelasku, beliau tinggal di Pasir Kidul tepat seberang jalan tempat warung es biasa aku nongkrong sepulang sekolah. Beliau sangat baik kepadaku, Aku sering diajak ikut berangkat bersamanya ketika bertemu di jalan menuju sekolah, awalnya aku merasa tidak enak. Tapi jika menolak, pasti aku akan telat, dan beliau sudah mengetahuinya, sehingga aku putuskan untuk ikut dengan beliau.
Kini kegiatan belajar mengajar di kelas 8 telah berjalan efektif, dan harus aku katakan bahwasanya apa yang di katakan murid perempuan di lapangan beberapa waktu lalu adalah tidak benar, karena ternyata yang menjadi wakil ketua kelas adalah aku, bukan dia. Aku sebenarnya tidak menginginkan jabatan ini dengan beranggapan nanti kedepannya aku akan sibuk dan tidak fokus dengan latihan di SSB ataupun ekskul Sepak bola, tapi setelah dipikirkan, ini hanya wakil, dan hanya pengurus kelas and so akhirnya aku terima untuk menjalankan amanah ini.
Positifnya, aku juga kembali menjadi anggota OSIS dan kini menjabat pada sekbid keolahragaan, sesuai dengan bakat dan minatku. Aku juga kembali harus menjalani LDKPO yang sungguh mengantukkan. Karena sudah aku prediksi sepertihalnya dengan tahun sebelumnya aku pasti tidak bisa memejamkan mata sama sekali ketika harus menginap disekolah. Insomnia sungguh sangat mengganggu bagiku karena pada pagi harinyapun aku tidak langsung pulang karena harus mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang berakhir ba`da dzuhur.
Tapi sesungguhnya itu adalah saat dimana aku benar-benar banyak belajar akan sebuah pelajaran yang berharga. Jikalau tahun lalu aku hanya seperti menjadi pelengkap. Kini aku yang harus membimbing dan menjadi teladan adik-adik kelasku baik pengurus OSIS baru ataupun semua siswa lain di sekolah.
Kegiatan pemilihan dan sekaligus penjadwalan stuktur Pengurus OSIS diadakan pada jam terakhir di ruang perpustakaan sekolah di lantai 2. Tanpak banyak sekali orang asing yang berada di ruang itu. Mereka tanpak khidmat mengikuti prosesi acara yang di sampaikan oleh Bu Endah Fajar dan Pak Zaenal Arifin yang menjadi Pemandu jalannya pembuatan struktur organisasi.
Siang itu aku sungguh lapar, sesekali aku melihat ke jendela dan banyak siswa lain dikelas yang akan bersegera untuk bersiap pulang. Ada juga sebagian kelas yang muridnya sudah berhamburan keluar sementara ada sekitar 5 murid sedang menyapu di kelas. Haha aku ingat akan lucunya saat itu, ada sebuah peraturan yakni barang siapa ada yang tidak piket kelas maka akan didenda Rp 5.000. Simple namun sangat mendidik. Aku juga tidak mengerti bagaimana betapa malasnya saat itu hanya untuk menyapu dan mengepel kelas sesaat, itupun dengan teman-teman yang lain. Sangat tidak ada apa-apanya dibanding kerasnya bekerja untuk mencari rupiah. Tapi meskipun demikian aku bukanlah murid yang sering kabur pada saat jadwal piket. Sugguh semua itu aku lakukan karena kesadaran bukan semata karena ada lomba kebersihan antar kelas.
Lamunanku berhenti ketika Anggi, siswi kelas 7c yang terpilih sebagai sekertaris OSIS yang baru menyampaikan susunan pengurus OSIS Periode 2009/2010. Kesimpulan itu seolah menandakan bahwa rapat sebentar lagi akan selesai, di akhir rapat adalah sedikit pembahasan tentang LDKPO. Tentang susunan acara, teknis pelaksanaan hingga peralatan yang harus dibawa.
Hari itu akhirnya tiba, Selepas sholat Ashar aku segera mandi dan mempersiapkan perlengkapan sekolah, khusus untuk sore itu aku tau tidak ada sprint, dribble, shooting, dan tidak ada latihan sepak bola. Aku menuju perempatan didesaku untuk menunggu angkutan orange bertanda huruf K yang akan mengantarkanku ke sekolah. Sore itu aku tidak jalan kaki karena akan terasa begitu lelah, selain membawa tikar yang besar aku juga membawa potongan kayu-kayu yang akan digunakan pada saat penyalaan api unggun.
Aku sampai di lingkungan sekolah ketika keadaan sudah cukup ramai, Aku sebenarnya cukup canggung ketika aku amati di sekitarku kebanyakan hanya adik-adik kelas 7 yang telah datang. Akupun tak begitu mengenalinya.
Setelah bosan menunggu akhirnya muncul juga Edy sang wakil ketua OSIS sekaligus teman sebangkuku. Menurut pengamatanku tidak banyak yang begitu spesial dari temanku yang satu ini.
Dari kemampuan belajar dia biasa-biasa saja, dia juga agak bad boys tetapi yang lain daripada yang lain adalah keberaniannya. Aku akui dia murid yang tegas dan tidak kenal kompromi, dia sangat berani terhadap apapun selama ia benar. Dan satu hal yang tak pernah aku lupakan darinya adalah ketika dia pingsan ditengah lapangan ketika menjadi perwira upacara. Haha sungguh kasian dan.. tragis.
Juga selanjutnya adalah sang ketua OSIS, Khamim. Aku tak begitu mengenal dekat, banyak yang bilang dia pintar dan tegas. Sebenarnya bagiku layak juga bagi dia sebagai ketua OSIS. Aku sudah tidak begitu ingat tentang dia karena setelah lulus SMP, kabar tentangnya tidak diketahui lagi. Ada yang bilang dia meneruskan sekolah di luar negeri. Ad sedikit ingatan tentang dia manakala pernah ada perselisihan antara aku dengan dia ketika Classmate futsal di sekolah, Dia tidak terima dengan pressingku yang terlalu agresive padahal dalam pertadingan sudah ada wasit, emosinya meledak-ledak. Aku sangat menyayangkan sikapnya sebagai ketua OSIS, namun aku sadari kita sama-sama remaja yang masih labil. Saat itu sendiri terjadi pada saat pertandingan semifinal, antara kelasku 8c melawan kelasnya 8f yang juga merupakan dream team di sekolahku karena pemain utama ekstrakulikuler dan atlet bola disekolahku sebagian besar di kelas itu.
Dan kelasku sendiri 8c lolos ke semifinal setelah secara mengejutkan mengalahkan sang juara bertahan 8g dengan skor tipis 1-0 lewat goal tunggal yang aku cetak dari titik pinalty. Aku sadari kelasku saat itu tidak begitu antusias dengan olahraga. Banyak siswa yang tidak bisa bermain bola sama sekali. Mereka terlalu bergantung padaku dan Tembol, seorang siswa tunggakan yang bermasalah namun memiliki skill sepakbola yang bagus. Dan apesnya ketika pertandingan melawan 8f dia tidak bisa mengikuti, dia dipanggil ke ruang BK untuk menemui kesiswaan. Saat itu aku seperti bermain sendiri, permainan tak berkembang, kami selalu ditekan, di tambah keteganganku dengan khamim. Akhirnya aku kalah 3-0 dari kelas 8f. Aku sangat kecewa.
Tapi yang aku bahas sekarang bukan tentang classmate. Hari mulai beranjak senja Upacara pembukaan LDKPO dimulai. Pak Roso sebagai ketua Panitia menyampaikan sambutannya. Lalu acara pembukaan oleh Pak Rochanto selaku kepala sekolah. Upacara bendera di sore yang cerah itu berjalan khidmat. Lalu acara berlanjut dengan materi pertama yang dilangsungkan dilantai atas dan Pak Rochanto juga yang membawakan materi pertama yakni tentang kepemimpinan. Inilah untuk pertama kalinya aku belajar akan sesuatu yang sangat berharga yakni dengan menumbuhkan sikap kepemimpinan yang terus aku coba pada diriku. Saat itu juga aku pertama kalinya menenal istilah independent, atau berdiri sendiri.
Materi selanjutnya antara lain wawasan kebangsaan yang disampaikan oleh Bu Wahyu Prihatnasari, ada juga tentang bela negara dari Pak Zaenal, Lalu tentang bahaya narkoba dari Bu Anggari. Setiap materi yang di sampaikan memiliki kesan masing-masing. Semuanya adalah pembelanjaran berharga baik untuk menjalankan Organisasi kedepannya ataupun lebih spesifik dalam menjalani kehidupan sendiri dimasa mendatang.
Materi itu disampaikan hingga cukup malam. Sekitar pukul 23.00 W.I.B ada sebuah hal unik dimana seluruh penerangan dilingkungan sekolah dimatikan. Dan setiap calon pengurus OSIS diminta melakukan sebuah tantangan. Tantangan yang kata pembina saat itu adalah bagaimana kita untuk menguji bagaimana kita mengemban amanat kedepannya. Banyak teman mulai panik, terutama murid perempuan. Namun dalam benakku sendiri itu bukanlah suatu masalah, aku terbiasa berziarah malam dan bahkan pulang ataupun berangkat sekolahpun aku melewati area pemakaman yang luas dan mencekam meski terkadang rasa merinding itu ada ketika aku melewatinya sendirian.
Tapi dalam lingkungan sekolah yang cukup angker dan memang sering terjadi hal yang ganjil menjadikan sebuah kewaspadaan yang tidak boleh aku sepelekan. Aku yang memang dekat dari lingkungan sekolah sudah cukup tau tentang kejadian-kejadian mistis di sekolahku. Tapi malam itu udara begitu sejuk, aku menjalankan tantangan berdua dengan Mizan Falahi siswa kelas 8d. Karena memang aturannya seperti itu. Kami memutuskan untuk melewati tantangan yang paling akhir diantara teman-teman pengurus OSIS yang lain. Langkah demi langkah kami lewati dengan tenang dan santai. Tiba-tiba angin berhembus sangat jelas terasa ditengah tenangnya malam ketika aku melewati deretan kelas 8a,8b,8c dan 8d di sebelah masjid sekolah.
Angin itu hanya berlalu sekali saja dalam sekejap. Lalu ketika memasuki belakang kelas 8e, Pintu kelas tiba-tiba terbuka. Aku cukup kaget namun tetap tenang. Kudengar lagi suara bangku ataupun meja yang ditarik perlahan dan iya benar memang, Aku tau ada orang disitu. Sepertinya salah seorang guruku, lanjut memasuki area belakang kelas 8f aku liat lagi ada seorang penjaga sekolah yang mencoba mengagetkan..
Sampai saat ini masih terbesit dalam pikiranku, apa alasan pasti dari uji nyali ini mengingat resiko yang ditimbulkan bisa saja diluar dugaan mereka. Mengingat area sekolah yang cukup luas dan angker, dan kami hanya siswa-siswa yang baru memasuki masa remaja dan masih sangat banyak membutuhkan bimbingan. Entah kenapa sampai pembina memutuskan untuk tetap menjalankan kegiatan ini. Perlu diketahui ada beberapa waktu setelah kejadian di hari LDK itu ada seorang siswa yang dihantui penampakan dibelakang kelas 7e, sebuah kelas sunyi meskipun dekat dengan lapangan namun aku selalu merasakan hal yang aneh ketika melihat ke arah kelas tersebut. Dari info yang aku dapat anak tersebut melihat penampakan kepala tanpa badan, anak itu trauma dan akhirnya memutuskan untuk pindah sekolah. Aku tidak ingin menyebarkan berita yang entah benar atau tidak keberadaannya tetapi itulah yang ramai diperbincangkan saat itu.
Dibelakang kelas tersebut adalah tembok luar kelas yang memisahkan antara kebun dan lingkungan sekolah. Tapi kebetulan saat itu aku tidak mengalami hal yang aneh disekitar tempat itu. Aku ingat saat itu waktu sudah hampir setengah 12 malam, sampailah aku pada ujung pojok selatan sekolah yakni area kelas 7H yang memang terpisah dengan ruang kosong dan juga WC yang jarang digunakan karena letaknya terlalu terpencil. Ketika aku melewatinya aku seperti melihat sesuatu dan memang benar. Sungguh sampai sekarang aku masih merinding kalau mengingat kejadian ini, aku melihat seseorang wanita menuju ke arah pembatas sekolah dengan kebun di belakang kelas 7g namun keika aku sampai. Tidak ada orang sama sekali, langkahku tiba-tiba semakin cepat, aku tak ingin membuat Mizan panik. Akhirnya aku sampai dan telah ditunggu teman-teman yang lain, mereka bilang kami terlalu lama, padahal hanya memutari sekolah. aku merasa seperti melakukan perjalanan jauh.
Kehangatan dan senyuman sedikit melegakan rasa ketika berkumpul dengan yang lain, tetapi hingga ketika acara api unggun berlangsung dimana Pak Zaenal dan Pak Gembong membeikan banyak motivasi kepada kami. Aku hanya termenung dan pandanganku justru samar, pikiranku melayang-layang jauh. Tentang ruangan di ujung selatan, WC yang jarng di pakai dan juga tentang bayangan.
Hingga acara pada malam itu berakhir, ketika semua tidur dan istirahat. Aku tidak bisa tidur sama sekali, Aku mencoba menutup mata namun yang keluar hanya air mata. Aku mendengar suara ketokan pada tiang listrik, aku mencoba bangkit dan memastikan itu adalah orang yang sedang ronda. Namun ketika mencoba berdiri dan aku dapati semua sudah benar-benar terlelap aku mengurungkan niatku. Aku harus tidur, dan ketika berbaring kembali aku seperti mendengar suara delman melewati diarea jalan depan sekolah. Karena kebetulan saat itu kelas yang dijadikan tempat tidur adalah kelas 9c yang berada di pinggir jalan.
Hingga subuh mata ini tidak juga terpejam, hingga pagi mentari telah muncul, aku tidak tidur. Tetapi cerahnya pagi ini seolah melupakan semua yang telah terjadi semalam. Meskipun sebenarnya telah terlupakan. Acara LDKPO sendiri masih berlangsung hingga siang, saat paginya kami latihan PBB, Latihan upacara dan juga ada sedikit materi dan juga motivasi dari mba Probo alumni ketua OSIS 2 tahun lalu yang saat itu sudah menjadi pengurus OSIS di SMA N1 Purwokerto.
Acara LDKPO diakhiri dengan Upacara penutupan dan saling berjabat tangan berharap semuanya akan berjalan baik. Kegitan itu sendiri di dokumentasikan oleh Pak Kuswandi dalam sebuah disk, dalam sebuah kaset VCD untuk meningatkan akan cerita dihari itu. Tetapi pada akhirnya semua dikalahkan oleh sang waktu. Kenangan hanya menyisakan kenangan, Semua hanya menjadi memory yang terlupakan. Aku sudah tak begitu ingat lagi siapa-siapa saja yang terlibat saat itu, tapi entah siapapun. Mereka adalah pelaku sejarah. Sejarah berharga di spenpaku yang tercinta..Sangat miris sebenarnya terpisahkannya ikatan, padahal dulunya kita satu kepengurusan. Kawan, masihkah kalian ingat hari itu?
Kehidupan
Rabu, 05 Desember 2018
Senin, 03 September 2018
Daily 22 Lagu Pertama
Di kisah sebelumnya aku sudah menuliskan sedikit tentang kelasku yakni kelas 7B. Meski pada dasarnya kelas tersebut cukup bermasalah. Tapi pada akhirnya semua siswa di kelasku naik kelas tanpa masalah. Padahal untuk standarisasi kenaikan kelas di sekolahku yang juga termasuk sekolah favorit , tergolong sangat ketat. Banyak sekali siswa-siswi yang tidak naik kelas entah itu kelas 7, 8 ataupun 9.
Kenyataan itu semakin terlihat jelas ketika 2 kelas tetanggaku yakni 7A dan 7C yang selama ini dinilai lebih baik justru tidak dengan kenyataannya.
Ada sekitar 2-3 murid yang tidak naik kelas di kelas 7C, sementara di kelas 7A, hampir semua murid laki-laki tidak naik kelas. Kalua tidak salah dari 14 siswa laki-laki hanya 5 anak yang naik kelas, sungguh aku sama sekali tidak menyangka. Kelasku sendiri meskipun naik semua tetap saja kehilangan salah satu muridnya yakni Yusuf yang memutuskan untuk keluar. Aku tak tahu karena masalah apa.
Awalnya dia adalah siswa yang tidak aku sukai dikelas. Sungguh aku terusik darinya, dia sangat usil dan kadang membuat onar di kelas, bahkan diapun pernah hampir ribut denganku. Meskipun dia sedikit lebih besar dan kuat dariku, aku tidak peduli. Terserah kalian mau menilaiku apa, tapi seperti itulah kondisi emosional untuk seorang anak laki-laki yang baru menginjak remaja. Mereka akan sakit jika terusik karena tidak mudah juga untuk mengontrol diri pada usia-usia tersebut, meski aku sendiripun sebenarnya sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan dengan siapapun.
Tapi ya sependek itulah pemikiranku saat itu, siapa menabur angin pasti akan menuai badai. Aku bukan jagoan, sama sekali bukan, bahkan aku hanyalah anak lelaki yang lemah tapi tidak untuk penakut. Sekali lagi aku bukan berandalan bahkan aku dahulu sangat pendiam. Aku hanya melawan ketika mereka merendahkanku, karena aku bukan pecundang.
Karena hal seperti itulah aku seringkali berantem saat SD, dan setelah terjadi yang aku dapati hanya penyesalan dan perasaan bersalah yang begitu mendalam, kesepian dan menyedihkan. Tapi bagaimanapun itu lakukan karena aku benci kesewenang-wenangan, aku hanya ingin keadilan. Walau bagaimanapun keadilan ya harus diutamakan.
Hingga suatu ketika kekecewaanku begitu memuncak ketika aku yang senantiasa dijahili teman-temanku justru mendapat prilaku yang tidak adil oleh guru olahragaku, justru aku yang disalahkan. aku masih ingat namanya pak Bejo. Aku membantah karena bagaimanapun keadilan harus di tegakan, tapi yang aku dapati justru aku dibentak dan telingaku ditarik dengan keras, ingin rasanya aku menangis.
Tapi keadaan yang buruk membuatku diam, aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi aku rasa ini tak begitu buruk seburuk pukulan tangan kakak-kakak kelas madrasahku yang mendarat telak di muka bagian kananku. Aku dipanggil ke Kantor, mereka bilang aku berantem padahal aku yang dipukuli tanpa sempat melawan, aku dihukum.
Dan dari situlah aku menjadi begitu pendiam, aku tidak peduli lagi. Aku hanya menanggapi apa saja yang menurutku tidak sia-sia dan menghabiskan tenaga untuk ditanggapi. Aku berubah dan benar-benar berubah dan itu hanyalah cerita masa lalu. Dan untuk kasusnya Yusuf pada pertengahan kelas 7 dia jarang sekali masuk, bahkan kadang dalam satu minggu hanya masuk 1 kali yakni ketika ada pelajaran Biologi yang diajarkan oleh Pak Sutikno wali kelasku.
Diapun mulai berubah menjadi pendiam, aku rasa semenjak teman kelas lainnya menjauhinya karena sifatnya yang kurang disukai, diapun seketika menjadi baik kepadaku. Hingga beberapa minggu kemudian dia tak lagi masuk kelas sampai tak ada lagi kabarnya. Tahun ajaran baru dimulai, sesuai prediksi hampir sebagian besar temanku di kelas 7 berada dikelas yang lain denganku. Mereka tersebar dari kelas A sampai H karena seperti inilah peraturannya.
Perubahan kelas dari ritme yang ekstrim ke ritme yang tenang mungkin menjadikan penyejuk tersendiri. Pagi itu suasana ramai sekali, para siswa berhamburan mondar-mandir melihat daftar namanya yang terpasang di pintu kelas. Aku sudah tau aku kelas 8c, aku sengaja berangkat lebih awal karena sudah tahu hal yang membosankan seperti ini pasti akan terjadi.
Ketika aku melihat daftar namaku, sama sekali tidak terfikirkan olehku untuk masuk kedalam kelas dan memilih untuk pergi ke lapangan bermain bola, karena hari ini masih bebas. Hingga datang 2 siswi perempuan membawa buku kemudian menyapaku.
“Maaf, kamu Trio Cahyo kan, Anak ekskul sepak bola?”
“Iya ada apa?” jawabku singkat.
“kamu kelas 8c kan, tolong atur tim futsal kelas buat classmate.”
“lahh kamu siapa? Tanyaku.
“Aku wakil ketua kelas” jawabnya,
“lah kenapa aku?” tanyaku lagi.
“karna kamu mau aku jadiin bendahara kelas haha” balas anak itu sambil tertawa.
“apa hubungannya” hmm Kataku dalam hati.
Setelah itu dua siswi itu pergi entah kemana, aku beristirahat sebentar kemudian masuk ke kelas. Aku pandangi lingkungan kelas yang tanpak begitu asing, tapi tidak dengan salah seorang siswi perempuan dengan jam birunya yang begitu khas. Aku tahu siapa dia dan sudah sering kali tak sengaja aku amati di kelas sebelah saat kelas 7.
Entah kenapa jantungku berdetak kencang ketika aku melihatnnya. Dia adalah siswi yang populer di sekolah, aku tau banyak anak laki-laki yang menyukainya. Aku pernah berharap akan satu kelas darinya. Dan aku tak menyangka keinginan itu terwujud. Namun tak pernah ada sedikitpun keberanian dariku untuk mendekatinya, dia orang kaya dan aku bersekolah hanya berharap pada beasiswa.
Tapi seperti itulah yang terjadi, kami akhirnya berteman baik, meskipun aku merasa aneh ketika dia kadang bersikap canggung kepadaku tidak seheboh ketika bersama teman yang lain. Jika karena aku diam. Dia bisa ramah dan begitu akrab dengan murid lain yang jauh lebih diam dariku. Dan jika aku kurang baik, para gangster kelaspun tak jarang becanda dengan dia. Aku tak mengerti.
Aku hanya beberapa kali menyapanya lewat sms karena kartu perdanaku saat itu memang tidak ada bonus smsnya. Tapi setahun sepertinya waktu yang terlalu singkat untukku untuk bisa lebih akrab darinya, karena pada akhir tahun ajaran selanjutnya dia pindah sekolah ke daerah yang tidak aku ketahui, karena nomer handphonenyapun sudah tidak aktif. Padahal seharusnya kami kembali pada kelas yang sama dikelas Sembilan.
Itulah terakhir saat-saat terakhir aku bertemu dengannya, aku tidak begitu ingat akan segala hal yang terjadi di masa lalu namun seiring waktu berlalu tepat setelah 9 tahun lamanya kami kembali bertemu lewat jejaring social Instagram dan dengan penuh keisengan tanpa basa basi langsung aku tanyakan.
“Apakah kamu masih ingat denganku?”haha balasku kedalam salah satu story instagramnya. Beberapa saat kemudia balasan itupun datang. “Alhamdulillah masih wkwk” jawabnya. Kisah pertemanan memang indah kita tak tahu pasti semua itu bisa terjadi, saat itu aku berfikir mungkin tidak akan bertemu lagi dengan teman-temanku selepas perpisahan yang terjadi.
Jika itu untuk saat ini mungkin adalah sebuah hal lucu yang pantas untuk ditertawakan, tapi tidak untuk masa itu. Siapa yang mengerti internet saat itu? Untuk sekelas handphone jadul pun jarang yang punya, apalagi facebook yang mungkin dibuka tiap bulan sekali. BBM? Belum jamannya. Twitter, Line, Instagram? Apalagi itu. Hahaha Pada saat itu kehidupan masih terasa begitu luas, karena proses globalisasipun belum sepenuhnya berjuang.
Jika anda tumbuh sebagai seorang remaja yang berada di awal abad 20 pasti begitu memahami kondisi ini. Hal ini mengingatkanku akan sebuah senja diawal-awal aku mulai menjejakan kehidupanku di sekolah menengah pertama. Aku sempat menuliskan sebuah lagu untuk mendedikasikan kepada semua teman, sahabat atau orang-orang yang pernah singgah dalam hidupku. Sore itu langit tanpak pekat, aku berada didalam keheningan senja didepan rumahku sambal memetik petikan nada standard chord gitar , setelah itu kata demi kata seolah bersahutan muncul di otakku.
Aku menuliskannya pada sebuah buku oret-oretan miliku pada bagian belakang. Dan tanpa aku sadari kata-kata itu adalah sebuah lagu pertama yang aku ciptakan, aku beri judul “Awal Sebuah Cerita. Lagu itu aku tulis pada tanggal 21 Agustus 2007, disebuah buku diatas meja kecil yang tanpak usang di ruang tamu rumah orang tuaku. Dan untuk lirik serta chord gitarnya telah aku tulis pada postinganku sebelumnya. Yakni pada post Selasa, 25 Maret 2014
Ada sekitar 2-3 murid yang tidak naik kelas di kelas 7C, sementara di kelas 7A, hampir semua murid laki-laki tidak naik kelas. Kalua tidak salah dari 14 siswa laki-laki hanya 5 anak yang naik kelas, sungguh aku sama sekali tidak menyangka. Kelasku sendiri meskipun naik semua tetap saja kehilangan salah satu muridnya yakni Yusuf yang memutuskan untuk keluar. Aku tak tahu karena masalah apa.
Awalnya dia adalah siswa yang tidak aku sukai dikelas. Sungguh aku terusik darinya, dia sangat usil dan kadang membuat onar di kelas, bahkan diapun pernah hampir ribut denganku. Meskipun dia sedikit lebih besar dan kuat dariku, aku tidak peduli. Terserah kalian mau menilaiku apa, tapi seperti itulah kondisi emosional untuk seorang anak laki-laki yang baru menginjak remaja. Mereka akan sakit jika terusik karena tidak mudah juga untuk mengontrol diri pada usia-usia tersebut, meski aku sendiripun sebenarnya sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan dengan siapapun.
Tapi ya sependek itulah pemikiranku saat itu, siapa menabur angin pasti akan menuai badai. Aku bukan jagoan, sama sekali bukan, bahkan aku hanyalah anak lelaki yang lemah tapi tidak untuk penakut. Sekali lagi aku bukan berandalan bahkan aku dahulu sangat pendiam. Aku hanya melawan ketika mereka merendahkanku, karena aku bukan pecundang.
Karena hal seperti itulah aku seringkali berantem saat SD, dan setelah terjadi yang aku dapati hanya penyesalan dan perasaan bersalah yang begitu mendalam, kesepian dan menyedihkan. Tapi bagaimanapun itu lakukan karena aku benci kesewenang-wenangan, aku hanya ingin keadilan. Walau bagaimanapun keadilan ya harus diutamakan.
Hingga suatu ketika kekecewaanku begitu memuncak ketika aku yang senantiasa dijahili teman-temanku justru mendapat prilaku yang tidak adil oleh guru olahragaku, justru aku yang disalahkan. aku masih ingat namanya pak Bejo. Aku membantah karena bagaimanapun keadilan harus di tegakan, tapi yang aku dapati justru aku dibentak dan telingaku ditarik dengan keras, ingin rasanya aku menangis.
Tapi keadaan yang buruk membuatku diam, aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi aku rasa ini tak begitu buruk seburuk pukulan tangan kakak-kakak kelas madrasahku yang mendarat telak di muka bagian kananku. Aku dipanggil ke Kantor, mereka bilang aku berantem padahal aku yang dipukuli tanpa sempat melawan, aku dihukum.
Dan dari situlah aku menjadi begitu pendiam, aku tidak peduli lagi. Aku hanya menanggapi apa saja yang menurutku tidak sia-sia dan menghabiskan tenaga untuk ditanggapi. Aku berubah dan benar-benar berubah dan itu hanyalah cerita masa lalu. Dan untuk kasusnya Yusuf pada pertengahan kelas 7 dia jarang sekali masuk, bahkan kadang dalam satu minggu hanya masuk 1 kali yakni ketika ada pelajaran Biologi yang diajarkan oleh Pak Sutikno wali kelasku.
Diapun mulai berubah menjadi pendiam, aku rasa semenjak teman kelas lainnya menjauhinya karena sifatnya yang kurang disukai, diapun seketika menjadi baik kepadaku. Hingga beberapa minggu kemudian dia tak lagi masuk kelas sampai tak ada lagi kabarnya. Tahun ajaran baru dimulai, sesuai prediksi hampir sebagian besar temanku di kelas 7 berada dikelas yang lain denganku. Mereka tersebar dari kelas A sampai H karena seperti inilah peraturannya.
Perubahan kelas dari ritme yang ekstrim ke ritme yang tenang mungkin menjadikan penyejuk tersendiri. Pagi itu suasana ramai sekali, para siswa berhamburan mondar-mandir melihat daftar namanya yang terpasang di pintu kelas. Aku sudah tau aku kelas 8c, aku sengaja berangkat lebih awal karena sudah tahu hal yang membosankan seperti ini pasti akan terjadi.
Ketika aku melihat daftar namaku, sama sekali tidak terfikirkan olehku untuk masuk kedalam kelas dan memilih untuk pergi ke lapangan bermain bola, karena hari ini masih bebas. Hingga datang 2 siswi perempuan membawa buku kemudian menyapaku.
“Maaf, kamu Trio Cahyo kan, Anak ekskul sepak bola?”
“Iya ada apa?” jawabku singkat.
“kamu kelas 8c kan, tolong atur tim futsal kelas buat classmate.”
“lahh kamu siapa? Tanyaku.
“Aku wakil ketua kelas” jawabnya,
“lah kenapa aku?” tanyaku lagi.
“karna kamu mau aku jadiin bendahara kelas haha” balas anak itu sambil tertawa.
“apa hubungannya” hmm Kataku dalam hati.
Setelah itu dua siswi itu pergi entah kemana, aku beristirahat sebentar kemudian masuk ke kelas. Aku pandangi lingkungan kelas yang tanpak begitu asing, tapi tidak dengan salah seorang siswi perempuan dengan jam birunya yang begitu khas. Aku tahu siapa dia dan sudah sering kali tak sengaja aku amati di kelas sebelah saat kelas 7.
Entah kenapa jantungku berdetak kencang ketika aku melihatnnya. Dia adalah siswi yang populer di sekolah, aku tau banyak anak laki-laki yang menyukainya. Aku pernah berharap akan satu kelas darinya. Dan aku tak menyangka keinginan itu terwujud. Namun tak pernah ada sedikitpun keberanian dariku untuk mendekatinya, dia orang kaya dan aku bersekolah hanya berharap pada beasiswa.
Tapi seperti itulah yang terjadi, kami akhirnya berteman baik, meskipun aku merasa aneh ketika dia kadang bersikap canggung kepadaku tidak seheboh ketika bersama teman yang lain. Jika karena aku diam. Dia bisa ramah dan begitu akrab dengan murid lain yang jauh lebih diam dariku. Dan jika aku kurang baik, para gangster kelaspun tak jarang becanda dengan dia. Aku tak mengerti.
Aku hanya beberapa kali menyapanya lewat sms karena kartu perdanaku saat itu memang tidak ada bonus smsnya. Tapi setahun sepertinya waktu yang terlalu singkat untukku untuk bisa lebih akrab darinya, karena pada akhir tahun ajaran selanjutnya dia pindah sekolah ke daerah yang tidak aku ketahui, karena nomer handphonenyapun sudah tidak aktif. Padahal seharusnya kami kembali pada kelas yang sama dikelas Sembilan.
Itulah terakhir saat-saat terakhir aku bertemu dengannya, aku tidak begitu ingat akan segala hal yang terjadi di masa lalu namun seiring waktu berlalu tepat setelah 9 tahun lamanya kami kembali bertemu lewat jejaring social Instagram dan dengan penuh keisengan tanpa basa basi langsung aku tanyakan.
“Apakah kamu masih ingat denganku?”haha balasku kedalam salah satu story instagramnya. Beberapa saat kemudia balasan itupun datang. “Alhamdulillah masih wkwk” jawabnya. Kisah pertemanan memang indah kita tak tahu pasti semua itu bisa terjadi, saat itu aku berfikir mungkin tidak akan bertemu lagi dengan teman-temanku selepas perpisahan yang terjadi.
Jika itu untuk saat ini mungkin adalah sebuah hal lucu yang pantas untuk ditertawakan, tapi tidak untuk masa itu. Siapa yang mengerti internet saat itu? Untuk sekelas handphone jadul pun jarang yang punya, apalagi facebook yang mungkin dibuka tiap bulan sekali. BBM? Belum jamannya. Twitter, Line, Instagram? Apalagi itu. Hahaha Pada saat itu kehidupan masih terasa begitu luas, karena proses globalisasipun belum sepenuhnya berjuang.
Jika anda tumbuh sebagai seorang remaja yang berada di awal abad 20 pasti begitu memahami kondisi ini. Hal ini mengingatkanku akan sebuah senja diawal-awal aku mulai menjejakan kehidupanku di sekolah menengah pertama. Aku sempat menuliskan sebuah lagu untuk mendedikasikan kepada semua teman, sahabat atau orang-orang yang pernah singgah dalam hidupku. Sore itu langit tanpak pekat, aku berada didalam keheningan senja didepan rumahku sambal memetik petikan nada standard chord gitar , setelah itu kata demi kata seolah bersahutan muncul di otakku.
Aku menuliskannya pada sebuah buku oret-oretan miliku pada bagian belakang. Dan tanpa aku sadari kata-kata itu adalah sebuah lagu pertama yang aku ciptakan, aku beri judul “Awal Sebuah Cerita. Lagu itu aku tulis pada tanggal 21 Agustus 2007, disebuah buku diatas meja kecil yang tanpak usang di ruang tamu rumah orang tuaku. Dan untuk lirik serta chord gitarnya telah aku tulis pada postinganku sebelumnya. Yakni pada post Selasa, 25 Maret 2014
Jumat, 31 Agustus 2018
Daily 21 Penggrebekan di Karanglewas
Pembelajaran di kelas 7 akhirnya telah benar-benar berakhir. Aku akui kelasku yakni kelas 7B adalah kelas yang paling bandel diantara semua kelas 7 yang ada di sekolah. Bahkan untuk pertandingan sepakbola pun ketika pelajaran olahraga kami bisa mengalahkan kelas 9 karena keberanian dan kebandelannya wkw ga ngaruh juga sih. Sehingga tak heran pada saat classmate untuk perlombaan yang berkaitan dengan kekuatan dan olahraga kelasku selalu menyapu bersih gelar juara.
Meski dibalik semua itu, masalah-masalah yang terjadi di sekolah justru sering terjadi di kelasku. Mungkin guru BK dan guru BP telah melabeli kelasku sebagai public enemy ataupun kelas pembuat onar di sekolah meski pada dasarnya tidak semuanya benar begitu adanya. Bahkan masalah klasik yang begitu kuno seperti perkelahian antar siswa juga senantiasa terjadi di kelas ini, sungguh ini kelas yang pengap keras dan membosankan.
Aku bahkan pernah berharap agar segera naik kelas agar bisa berpisah. Berpisah dengan mereka yang sungguh meresahkan. Aku merasa semakin menjadi badboys ketika mereka tahu aku berasal dari kelas ini, kelas 7B. kelas berandalan bandit. Tapi harus kalian tahu juara 1 lomba mapel untuk salah satu mapel yakni PAI adalah berasal dari kelas ini. Yaitu diriku. Aku tidak sedang membangga-banggakan diriku tapi memang begitulah ketidaksengajaan yang terjadi.
Aku masih ingat saat itu adalah hari kenaikan kelas. Aku dan teman-teman kelas 7B lainnya (hanya anak laki-laki) berkumpul disebuah tempat duduk yang terbuat dari gabungan beberapa bambu di dekat warung kantin sekolah tempat kami biasa brkumpul. Ini adalah moment yang sangat berbeda kami saling meminta maaf atas segala hal yang pernah terjadi selama setahun terakhir selama bersama. Karena banyak sekali kasus yang menimpa kelasku dari perkelahian antar siswa, bolos, bahkan pernah ada yang mengunci salah seorang siswi perempuan kelas sebelah ketika istirahat, meskpiun itu hanya becanda dan hanya sebentar tapi hal itu sukses membuat hampir semua siswa kelasku mendekam di ruang BK.
Tapi tidak denganku. Saat itu terjadi aku sedang pergi karena aku merasa kebisingan adalah hal yang membosankan. Masih banyak lagi hal lagi yang pernah terjadi yang aku tidak bisa ceritakan semuanya. Entah tindak kekerasan, bullying dan hal lainnya mungkin kalian semua juga pernah merasakannya.
Seketika aku teringat juga ketika aku dua kali berhasil kabur dari operasi entah dari satpol PP ataupun dari polisi, tapi yang pasti aku merasa aku berada pada kondisi yang buruk dengan firasat yang tidak baik. Masih teringat dengan pasti di memori ingatanku ketika ibu Anggari selaku guru BK di sekolahku telah mengumumkan ketika hari bebas ataupun pulang lebih awal semua siswa harus pulang kerumah dan mengganti pakaian sekolah terlebih dahulu ketika ingin bermain di tempat umum karena banyaknya razia pelajar yang terjadi di daerahku saat itu.
Tapi dalam benakku aku berfikir dengan pekerjaan polisi yang banyak dan sibuk, mungkin tidak sering atau mungkin hanya sesekali melakukan razia seperti itu. Atau mungkin siasat saja dari para guru untuk menakut-nakuti siswanya agar tidak banyak bermain diluar dan memanfaatkan waktu dengan belajar di rumah karena pada dasarnya ketika pulang gasik, para guru enggan menyebutnya dengan pulang gasik tapi mengganti kata-kata nya menjadi belajar dirumah.
Memang bagiku itu strategi yang cukup tepat begitu halnya denganku ketika sudah sampai rumah dan mengganti baju, rasanya begitu malas untuk bermain. Karena rental PS dan Warnet yang ada letaknya cukup jauh berada di kampung sebelah. Teman-teman lainpun akan susah untuk kembali dikumpulkan ketika sudah kembali kerumah masing-masing karena pada saat itu fasilitas handphone juga masih minoritas dan aku juga belum mempunyainya.
Untuk mengumpulkan dan mencari waktu yang tepat untuk bermain dan berkumpul pun serasa hanya membuang waktu sehingga aku lebih memilih langsung ke daerah warnet ataupun rental PS yang ada di karanglewas sebagai sasaran utama ketika pulang gasik karena jaraknya hanya sekitar 4 menit waktu tempuh lari jogging dari kelasku di SMP.
Aku biasanya bermain di tempat rental PS di ruko sebelum pasar Karanglewas, jika bosan bermain Play Station aku memutuskan pergi ke warnet dan di warnet itulah aku mulai mengenal Facebook, Friendster ataupun lawan jenis hahaha karena kadang banyak juga murid perempuan sekolahku yang entah berkedok mau mengeprint,mengerjakan tugas ataupun membuka fb disitu haha.
Adapun warnet yang sering aku kunjungi Adalah Broli Net yang berada diutara jalan utama Karanglewas-Ajibarang dan ada juga Light Net di area ruko karanglewas yang cukup terkenal saat itu, dan satu lagi sebuah warnet yang cukup besar di sebelah selatan jalan raya utama Karanglewas-Ajibarang tepatnya sebelum monument jendral soedirman. Itu adalah warnet dimana aku hampir tertangkap tim razia untuk kedua kalinya.
Tempat-tempat tersebut adalah yang biasa aku kunjungi sepulang sekolah pada saat itu pada sekitar tahun 2008 dimana aku masih menjadi siswa kelas 7 SMP, dan sepertinya semua tempat tersebut telah lama tidak digunakan lagi dan bekasnya pun sepertinya sudah tidak ada, mungkin semua orang sudah melupakannya. Karena ketika seminggu yang lalu yakni 23 Agustus 2018 setelah 10 tahun berlalu ketika aku menunggu bus yang akan membawaku ketempat saat ini aku berada aku melihat karanglewas yang telah sangat jauh berbeda dari hari itu, hari dimana karanglewas pernah menjadi saksi bisu tentang pelarian-pelarianku di masa lalu.
Untuk kejadian pertama aku sedang berada di rental game PS di areal ruko bersama teman kelasku seperti Marvi,Egy dll. Kebetulan saat itu adalah hari bebas, karena tidak ada remidi dan kami tidak ada jadwal bertanding di classmate. Sekitar jam 08.30 WIB aku sudah berada di rental PS tsb. Karena saat itu kondisi sekolah sungguh sedang begitu membosankan. Aku begitu menikmati game winning eleven yang di sajikan Play Station tersebut.
Ketika baru setengah jam permainan yakni sekitar pukul 09.00 W.I.B aku berencana ke tempat pengambilan koin untuk menambah waktu bermain. Karena ruko tsb di desain cukup modern sepertihalnya apartemen ataupun mall di Jakarta, aku melihat ada beberapa mobil polisi dari sisi kaca lantai atas tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk rental PS di lantai bawah. Aku yang menyadari hal yang tidak baik akan segera terjadi, dengan segera langsung mengambil tasku dan memberi isyarat kepada kedua temanku untuk segera mengambil langkah seribu, Langkah seribu untuk meninggalkan area ruko secepat mungkin.
Kebetulan di lantai atas ruko tersebut ada toilet dan di sebelahnya ada sebuah pintu yang terlihat usang dan dengan cukup kesulitan dan keadaan yang aku coba untuk tenang akhirnya aku bisa membukanya dan itu adalah pintu keluar. Disitu ada tangga belakang menurun . tempat itu sedikit kumuh seperti gudang yang tidak lama dipakai. Aku terus turun hingga akhirnya aku menemukan pintu keluar belakang ruko yang langsung menghubungkan dengan lahan persawahan yang luas. Aku berlari dan terus menyelinap di pematang sawah dan 1-0. Aku lolos.
Untuk kejadian yang kedua kasusnya hampir sama saat itu Aku bersama Arif dan Khusnul pergi ke warnet yang sebelumnya telah aku ceritakan. hari itu kami pulang lebih awal karena guru ada rapat. Tidak ada hal yang berarti selama kami bermain. Hal ganjil terjadi ketika aku selesai membawar uang sewa warnet dan akan segera pulang. Kaca dan pintu belakang masih menjadi penyelamatku di hari itu. Kaca yang luas dan lebar membuatku mudah dan leluasa melihat lingkungan luar warnet dengan jelas, sehingga dari jangkauan yang cukup jauh sudah jelas bagiku untuk memberi aba-aba kepada arif untuk segera berlari menuju pintu belakang karena 2 mobil polisi dengan sirine telah berhenti dan petugas segera melakukan razia dan tentunya pasti lebih ketat namun aku juga tentunya dalam keadaan yang lebih siap.
Ruangan yang sederhana dan waktu yang tepat bisa membuatku keluar dari pintu belakang dengan cepat. Menuju jalan sempit dan perkampungan padat. Aku lihat arif berlari mengikutiku tapi tidak dengan khusnul, mungin khusnul sudah terlebih dahulu keluar karena ketika aku melihat polisi aku sudah tidak melihat khusnul di dalam warnet tersebut.
Aku berlari menuju gang-gang kecil yang sudah aku hafal dan tujuan akhirnya adalah jalan ke rumah dan aman. Hingga akhirnya warnet itu telah begitu jauh terlewati dan akhirnya 2-0 untukku. Aku menghela nafas panjang, kini aku sudah berada di jalan tepi sungai susukan di belakang sekolahku. Itu adalah satu-satunya jalan terobosan yang biasa aku lalui ketika pulang sekolah.
Aku berhenti di suatu warung di pinggir sungai susukan, Itu adalah warung langgananku ketika pulang sekolah dan mampir membeli es, Warung tanpak sudah sepi. biasanya banyak juga anak perempuan dari sekolahku yang juga pulang jalan kaki karena tinggal di daerah pasir juga sedang ngobrol dan juga ngumpul disitu. Tapi hari itu tidak ada satupun, mungkin mereka sudah pulang dan memang benar ini sudah terlalu sore untuk waktu pembelajaran yang memang berakhir lebih awal.
Aku menghela nafas, lalu menariknya kuat-kuat lalu menghempaskannya. Perjalanan hari itu akhirnya berakhir dan penggrebekanpun telah berakhir dan mungkin memang harus aku akhiri. Setelah 2 peristiwa itu, semua berbeda. Aku pastikan itu adalah hari terakhirku bermain kucing-kucingan dengan macan. Entah kenapa aku menjadi malas pergi lagi ke tempat-tempat tersebut. Aku kembali mengabiskan waktu lebih banyak dirumah seperti dahulu lagi, aku menjadi begitu malas bepergian. Aku keluar ataupun pergi mungkin hanya untuk bermain bola, futsal ataupun mengerjakan tugas. Dan seperti itulah semua berakhir. Karanglewas, Razia, SMP N 4 Purwokerto, Sungai susukan. Semuanya adalah kenangan. Terima kasih pernah ada.
Meski dibalik semua itu, masalah-masalah yang terjadi di sekolah justru sering terjadi di kelasku. Mungkin guru BK dan guru BP telah melabeli kelasku sebagai public enemy ataupun kelas pembuat onar di sekolah meski pada dasarnya tidak semuanya benar begitu adanya. Bahkan masalah klasik yang begitu kuno seperti perkelahian antar siswa juga senantiasa terjadi di kelas ini, sungguh ini kelas yang pengap keras dan membosankan.
Aku bahkan pernah berharap agar segera naik kelas agar bisa berpisah. Berpisah dengan mereka yang sungguh meresahkan. Aku merasa semakin menjadi badboys ketika mereka tahu aku berasal dari kelas ini, kelas 7B. kelas berandalan bandit. Tapi harus kalian tahu juara 1 lomba mapel untuk salah satu mapel yakni PAI adalah berasal dari kelas ini. Yaitu diriku. Aku tidak sedang membangga-banggakan diriku tapi memang begitulah ketidaksengajaan yang terjadi.
Aku masih ingat saat itu adalah hari kenaikan kelas. Aku dan teman-teman kelas 7B lainnya (hanya anak laki-laki) berkumpul disebuah tempat duduk yang terbuat dari gabungan beberapa bambu di dekat warung kantin sekolah tempat kami biasa brkumpul. Ini adalah moment yang sangat berbeda kami saling meminta maaf atas segala hal yang pernah terjadi selama setahun terakhir selama bersama. Karena banyak sekali kasus yang menimpa kelasku dari perkelahian antar siswa, bolos, bahkan pernah ada yang mengunci salah seorang siswi perempuan kelas sebelah ketika istirahat, meskpiun itu hanya becanda dan hanya sebentar tapi hal itu sukses membuat hampir semua siswa kelasku mendekam di ruang BK.
Tapi tidak denganku. Saat itu terjadi aku sedang pergi karena aku merasa kebisingan adalah hal yang membosankan. Masih banyak lagi hal lagi yang pernah terjadi yang aku tidak bisa ceritakan semuanya. Entah tindak kekerasan, bullying dan hal lainnya mungkin kalian semua juga pernah merasakannya.
Seketika aku teringat juga ketika aku dua kali berhasil kabur dari operasi entah dari satpol PP ataupun dari polisi, tapi yang pasti aku merasa aku berada pada kondisi yang buruk dengan firasat yang tidak baik. Masih teringat dengan pasti di memori ingatanku ketika ibu Anggari selaku guru BK di sekolahku telah mengumumkan ketika hari bebas ataupun pulang lebih awal semua siswa harus pulang kerumah dan mengganti pakaian sekolah terlebih dahulu ketika ingin bermain di tempat umum karena banyaknya razia pelajar yang terjadi di daerahku saat itu.
Tapi dalam benakku aku berfikir dengan pekerjaan polisi yang banyak dan sibuk, mungkin tidak sering atau mungkin hanya sesekali melakukan razia seperti itu. Atau mungkin siasat saja dari para guru untuk menakut-nakuti siswanya agar tidak banyak bermain diluar dan memanfaatkan waktu dengan belajar di rumah karena pada dasarnya ketika pulang gasik, para guru enggan menyebutnya dengan pulang gasik tapi mengganti kata-kata nya menjadi belajar dirumah.
Memang bagiku itu strategi yang cukup tepat begitu halnya denganku ketika sudah sampai rumah dan mengganti baju, rasanya begitu malas untuk bermain. Karena rental PS dan Warnet yang ada letaknya cukup jauh berada di kampung sebelah. Teman-teman lainpun akan susah untuk kembali dikumpulkan ketika sudah kembali kerumah masing-masing karena pada saat itu fasilitas handphone juga masih minoritas dan aku juga belum mempunyainya.
Untuk mengumpulkan dan mencari waktu yang tepat untuk bermain dan berkumpul pun serasa hanya membuang waktu sehingga aku lebih memilih langsung ke daerah warnet ataupun rental PS yang ada di karanglewas sebagai sasaran utama ketika pulang gasik karena jaraknya hanya sekitar 4 menit waktu tempuh lari jogging dari kelasku di SMP.
Aku biasanya bermain di tempat rental PS di ruko sebelum pasar Karanglewas, jika bosan bermain Play Station aku memutuskan pergi ke warnet dan di warnet itulah aku mulai mengenal Facebook, Friendster ataupun lawan jenis hahaha karena kadang banyak juga murid perempuan sekolahku yang entah berkedok mau mengeprint,mengerjakan tugas ataupun membuka fb disitu haha.
Adapun warnet yang sering aku kunjungi Adalah Broli Net yang berada diutara jalan utama Karanglewas-Ajibarang dan ada juga Light Net di area ruko karanglewas yang cukup terkenal saat itu, dan satu lagi sebuah warnet yang cukup besar di sebelah selatan jalan raya utama Karanglewas-Ajibarang tepatnya sebelum monument jendral soedirman. Itu adalah warnet dimana aku hampir tertangkap tim razia untuk kedua kalinya.
Tempat-tempat tersebut adalah yang biasa aku kunjungi sepulang sekolah pada saat itu pada sekitar tahun 2008 dimana aku masih menjadi siswa kelas 7 SMP, dan sepertinya semua tempat tersebut telah lama tidak digunakan lagi dan bekasnya pun sepertinya sudah tidak ada, mungkin semua orang sudah melupakannya. Karena ketika seminggu yang lalu yakni 23 Agustus 2018 setelah 10 tahun berlalu ketika aku menunggu bus yang akan membawaku ketempat saat ini aku berada aku melihat karanglewas yang telah sangat jauh berbeda dari hari itu, hari dimana karanglewas pernah menjadi saksi bisu tentang pelarian-pelarianku di masa lalu.
Untuk kejadian pertama aku sedang berada di rental game PS di areal ruko bersama teman kelasku seperti Marvi,Egy dll. Kebetulan saat itu adalah hari bebas, karena tidak ada remidi dan kami tidak ada jadwal bertanding di classmate. Sekitar jam 08.30 WIB aku sudah berada di rental PS tsb. Karena saat itu kondisi sekolah sungguh sedang begitu membosankan. Aku begitu menikmati game winning eleven yang di sajikan Play Station tersebut.
Ketika baru setengah jam permainan yakni sekitar pukul 09.00 W.I.B aku berencana ke tempat pengambilan koin untuk menambah waktu bermain. Karena ruko tsb di desain cukup modern sepertihalnya apartemen ataupun mall di Jakarta, aku melihat ada beberapa mobil polisi dari sisi kaca lantai atas tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk rental PS di lantai bawah. Aku yang menyadari hal yang tidak baik akan segera terjadi, dengan segera langsung mengambil tasku dan memberi isyarat kepada kedua temanku untuk segera mengambil langkah seribu, Langkah seribu untuk meninggalkan area ruko secepat mungkin.
Kebetulan di lantai atas ruko tersebut ada toilet dan di sebelahnya ada sebuah pintu yang terlihat usang dan dengan cukup kesulitan dan keadaan yang aku coba untuk tenang akhirnya aku bisa membukanya dan itu adalah pintu keluar. Disitu ada tangga belakang menurun . tempat itu sedikit kumuh seperti gudang yang tidak lama dipakai. Aku terus turun hingga akhirnya aku menemukan pintu keluar belakang ruko yang langsung menghubungkan dengan lahan persawahan yang luas. Aku berlari dan terus menyelinap di pematang sawah dan 1-0. Aku lolos.
Untuk kejadian yang kedua kasusnya hampir sama saat itu Aku bersama Arif dan Khusnul pergi ke warnet yang sebelumnya telah aku ceritakan. hari itu kami pulang lebih awal karena guru ada rapat. Tidak ada hal yang berarti selama kami bermain. Hal ganjil terjadi ketika aku selesai membawar uang sewa warnet dan akan segera pulang. Kaca dan pintu belakang masih menjadi penyelamatku di hari itu. Kaca yang luas dan lebar membuatku mudah dan leluasa melihat lingkungan luar warnet dengan jelas, sehingga dari jangkauan yang cukup jauh sudah jelas bagiku untuk memberi aba-aba kepada arif untuk segera berlari menuju pintu belakang karena 2 mobil polisi dengan sirine telah berhenti dan petugas segera melakukan razia dan tentunya pasti lebih ketat namun aku juga tentunya dalam keadaan yang lebih siap.
Ruangan yang sederhana dan waktu yang tepat bisa membuatku keluar dari pintu belakang dengan cepat. Menuju jalan sempit dan perkampungan padat. Aku lihat arif berlari mengikutiku tapi tidak dengan khusnul, mungin khusnul sudah terlebih dahulu keluar karena ketika aku melihat polisi aku sudah tidak melihat khusnul di dalam warnet tersebut.
Aku berlari menuju gang-gang kecil yang sudah aku hafal dan tujuan akhirnya adalah jalan ke rumah dan aman. Hingga akhirnya warnet itu telah begitu jauh terlewati dan akhirnya 2-0 untukku. Aku menghela nafas panjang, kini aku sudah berada di jalan tepi sungai susukan di belakang sekolahku. Itu adalah satu-satunya jalan terobosan yang biasa aku lalui ketika pulang sekolah.
Aku berhenti di suatu warung di pinggir sungai susukan, Itu adalah warung langgananku ketika pulang sekolah dan mampir membeli es, Warung tanpak sudah sepi. biasanya banyak juga anak perempuan dari sekolahku yang juga pulang jalan kaki karena tinggal di daerah pasir juga sedang ngobrol dan juga ngumpul disitu. Tapi hari itu tidak ada satupun, mungkin mereka sudah pulang dan memang benar ini sudah terlalu sore untuk waktu pembelajaran yang memang berakhir lebih awal.
Aku menghela nafas, lalu menariknya kuat-kuat lalu menghempaskannya. Perjalanan hari itu akhirnya berakhir dan penggrebekanpun telah berakhir dan mungkin memang harus aku akhiri. Setelah 2 peristiwa itu, semua berbeda. Aku pastikan itu adalah hari terakhirku bermain kucing-kucingan dengan macan. Entah kenapa aku menjadi malas pergi lagi ke tempat-tempat tersebut. Aku kembali mengabiskan waktu lebih banyak dirumah seperti dahulu lagi, aku menjadi begitu malas bepergian. Aku keluar ataupun pergi mungkin hanya untuk bermain bola, futsal ataupun mengerjakan tugas. Dan seperti itulah semua berakhir. Karanglewas, Razia, SMP N 4 Purwokerto, Sungai susukan. Semuanya adalah kenangan. Terima kasih pernah ada.
Minggu, 26 Agustus 2018
Daily 20 Akhir Tahun Yang Mencengangkan
Hari demi hari kini telah berlalu, perlahan aku mulai melupakan segala hal buruk yang telah terjadi di waktu sebelumnya. Kini kondisiku telah membaik. Semua kini mulai berjalan seperti biasa dan semestinya. Ditambah kini aku mulai aktif dalam organisasi di sekolah. Pada pertengahan kelas tujuh ini aku dipilih menjadi salah satu pengurus OSIS di sekolahku. Salah satu SMP Negeri di Kota Purwokerto.
Disini kemampuanku untuk bicara didepan banyak orang mulai terlatih. Dari diskusi kelompok hingga pembahasan kegiatan demi kegiatan yang sering diadakan oleh pengurus OSIS di sekolahku. Bagiku menjadi pengurus OSIS bukanlah beban tetapi sebagai amanah sebagai siswa-siswi yang terpilih di sekolah. Salah satu hal yang menyebabkan aku terpilih menjadi anggota karena aku berhasil menjadi juara pertama lomba pidato yang diadakan di sekolah dan juga aku yang menjabat sebagai pengurus kelas.
Setiap awal bulan pengurus OSIS bertugas menjadi petugas upacara bendera dimana aku selalu ditugaskan sebagai pembaca doa. Aku sangat menikmati tugas ini karena bagiku doa adalah segalanya. I believe pray is to answer every problem in my life because pray is mysterious power of Allah SWT. Sebagai seorang beragama doa adalah yang paling utama, tidak hanya dalam satu agama namun untuk semua agama. Meskipun semua mempunyai jalan masing-masing untuk kembali kepada sang pencipta.
Selain menjadi pengurus OSIS aku juga tergabung di tim sepakbola sekolahku. Aku biasa berlatih tiap selasa dan sabtu sore di sebuah Stadion sepakbola yang ada di Karanglewas. Aku biasanya berangkat menggunakan sepeda karena rumahku yang tak begitu jauh dari lapangan tempat aku biasa berlatih. Aku masih ingat bagaimana perjuanganku untuk mengumpulkan uang untuk membeli sepatu bola. Karena tepat ketika masuk SMP aku juga tergabung di salah satu SSB ternama yang cukup terkenal disini yakni SSB Bintang Sembilan.
Aku memutuskan untuk bergabung karena di kampungku sepak bola tidak begitu berkembang. Hanya bermain biasa saja dengan liar tanpa ada pelatihan. Aku ingat sepatu bolaku yang pertama adalah seharga 35.000 yang aku beli di komplek pertokoan didaerah kebondalem dengan membonceng sepeda bersama ayahku selepas berjualan di komplek Pasar Wage Purwokerto. (sekarang entah betul atau tidak aku mendapatkan kabar bahwa tempat tersebut telah digusur karena suatu hal yang tidak aku ketahui dengan pasti).
Jujur aku tidak begitu menikmati dengan pasti akan segala hal yang aku alami pada saat kelas 7. Semua seolah berjalan lebih cepat dari biasanya. Juga kecepatan bus sinar mas yang saat itu aku naiki dari sekolahku menuju salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di wilayah Barlingmascakeb yakni Owabong.
Setiap bulan sekali setelah selesai jam pelajaran di sekolahku ada kegiatan renang. Sekolahku sendiri sudah bekerja sama dengan tempat kolam renang sekaligus lokawisata tersebut. Jadi hampir tiap ada kegiatan renang selalu di laksanakan di tempat tersebut. Kecuali ketika lokawisata tersebebut dalam masa perbaikan infrastruktur ataupun hal lainnya yang tidak memungkinkan untuk dibuka pelayanan.
Meskipun dengan biaya masuk sekaligus transportasi yang hanya sekitar 20.000 rupiah persiswa, tetap saja jumlah itu terasa besar bagiku pada saat itu dengan uang saku seribu ataupun dua ribu perharinya. Sementara ayahkupun tidak selalu memberikanku uang untuk berangkat karena aku akui kondisi perekonomian keluargaku saat itu sangatlah sulit.
Aku bersyukur hampir tiap tahunnya bisa mendapat beasiswa di sekolah sehingga bisa meringankan beban orang tua ku. Membuka kisah lama tentunya akan mengingatkan kembali tentang peristiwa-peristiwa terdahulu sepertihalnya sebuah peristiwa mencengangkan di hari itu, ada hal yang tak pernah aku lupakan ketika suatu waktu di sebuah sore yang mendung aku begitu bahagia ketika aku bisa mengikuti renang dan pergi ke Purbalingga dengan teman-teman di kelasku.
Aku sungguh begitu menyukai perjalanan. Dan aku merasa perjalanan ini akan terasa asik. Sepulang sekolah tepatnya setelah selesai shalat Dzuhur aku dapati semua teman sekolahku telah berhamburan menjuju bus untuk berebut tempat duduk. Hal yang sangat membosankan bagiku. Akhirnya akupun ikut berangkat dengan rombongan. Aku masuk kedalam bus ketika beberapa saat sebelum bus di berangkatkan dengan berebekal uang lima ribu rupiah dengan sebuah botol air mineral yang aku bawa dari rumah sejak berangkat sekolah.
Setelah sampai kami dikumpulkan disebuah kolam renang untuk melakukan peregangan, pembahasan materi serta penilaian. Aku yang sejak kecil terbiasa berendam di sungai dengan aliran deras di kampungku tidak begitu kesulitan dan akhirnya bisa menyelesaikan pernilaian dengan lancar. Penilaianpun berakhir, aku bersyukur karena mendapat nilai yang cukup bagus. Setelah selesai penilaian biasanya guru yang bersangkutan membebaskan kami untuk menikmati wahana yang ada dengan lama waktu dan persetujuan awal yang terlebih dahulu ditentukan misalnya dilarang pergi seorang diri (yang jomblo seneng nih) dilarang hilang hahaha lebih jelasnya dengan peraturan-peraturan standar untuk menjaga keselamatan dan keamanan yang mungkin sudah begitu anda pahami.
Adapun wahana-wahana yang tersedia di Owabong menurutku cukup mewah bahkan sangat mewah jika dibandingkan dengan kolam renang lainnya di wilayah Barlingmascakeb apalagi dibandingkan dengan sungai-sungai di kampungku yang telah begitu banyak aku jelajahi. Wahana-wahana tersebut seperti pelosotan dengan ketinggian sekitar 3 lantai. Ini adalah wahana favoritku saat itu. Lalu ada mangkok tumpah, Kolam Arus dan Pantai Tsunami. Dan nama terakhir adalah yang memberi kesan bagiku yang mungkin akan terus aku kenang sepanjang hidupku.
Mungkin aku tidak ingat begitu banyak karena saat itu kondisiku antara sadar dan tidak sadar. Aku hanya mengingat-ingat yang disampaikan beberapa teman dekatku dengan kata-kata yang bagiku cukup menyedihkan. Saat itu aku sebenarnya sudah berkeliling wahana di sekitar objek wisata. Tapi karena hampir semua siswa belum ada tanda-tanda untuk menyudahi penjelajahan dengan berganti pakaian. Aku dan teman-temanku saat itu memutuskan bermain di Pantai Tsunami karena waktu pulangpun masih cukup lama.
Meskipun namanya pantai tapi tetap saja ini hanyalah pantai buatan dan wahana yang cukup menarik justru pada sebuah haling rintang di samping pantai buatan tersebut. Saat itu aku sedang bermain perang-perangan menggunakan bantal dengan posisi berdiri diatas pipa besi yang dibuat seperti jembatan. Mungkin diameternya sekitar 30cm. Ketika aku lengah aku merasakan sebuah pukulan ringan menggunakan bantal yang sekaligus mebuat keseimbangantubuhku goyah.
Aku kehilangan keseimbangan, aku berfikir akan beruntung jika aku jatuh saja pada kolam tersebut. Tapi kenyataan justru kakiku terpeleset. Beberapa detik kemudian teerjadi benturan yang begitu keras antara dadaku dengan pipa besi tempat aku berpijak, aku terjatuh. Aku sempat merasakan tubuhku kembali terbentur benda keras lainnya sebelum benar-benar jatuh kedalam air. Tapi aku sudah terlanjur sesak nafas terasa begitu sakit dan pandangankupun buram. Semuanya seketika menjadi berwarna hitam.
Kenapa ya? Aku sedikit merasakan ketika banyak orang menggotongku dengan terburu-buru. Tiba-tiba aku merasa dikelilingi banyak orang dengan suara yang ramai. Hingga akhirnya aku bisa sedikit membuka mataku. Aku sudah berada ditempat peristirahatan masih lengkap dengan baju olahraga kuning hijau SMPku yang masih basah. Kudapati Pak Saburo dan Pak Trisno sedang memijat bagian dada dan lambungku.
Jika aku ingat saat itu sakit sekali. Aku telah benar-benar sadar dan aku merasa begitu kesakitan bahkan air mata hampir menetes di pipiku aku mencoba menahannya apalagi banyak siswa mengumpul ingin melihat kondisiku. Aku merasa malu dan terus berpura-pura untuk tetap tegar tanpa memperlihatkan rasa sakit yang teramat sangat dan nafas yang sesak meski aku dapati usahaku gagal total.
Beberapa saat kemudian ketika semua mulai membaik aku dapati banyak siswa telah bersiap pulang. Aku merasa aneh, hari itu kami pulang lebih cepat dari biasanya. Sambil menhan rasa sakit aku segera berganti pakaian untuk segera beristirahat di bus. Aku tidak begitu memikirkan hal lain, aku lelah sekali, aku mau istirahat.
Diperjalanan pulang aku bertanya kepada salah seorang temanku yang duduk di bangku bus yang berada disebelahku. Dia melihat pasti bagaimana kemalangan sore itu terjadi. Katanya aku terpeleset. Aku terjatuh. Tubuhku terbentur pipa besi dengan keras pada bagian dada. Aku terjatuh kedalam kolam dengan kondisi sedikit kejang. Katanya tubuhku sudah pucat sekali. Teman-teman yang berada disitu dengan segera menolongku dan memberi tahu pak guru. Dan seketika terjadi kepanikan diantara teman-teman yang lainnya. Ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Setelah itu pak guru memutuskan untuk menyudahi kegiatan. Semua siswa disuruh berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pulang khawatir ada hal buruk lain yang terjadi. Begitu katanya.
Bus pun terus melaju meninggalkan Purbalingga untuk kembali menuju ke Purwokerto. Menutup cerita di hari itu. Satu persatu cerita pun berakhir hari itu akhirnya pun berlalu hanya menyisahkan kenangan yang masih bisa ku ingat dan akan selalu aku ingat meski hanya sedikit yang teringat. Hari telah berganti, pagi kini telah berganti kembali. Tiba saatnya masa-masa akhir tahun ajaran. Dan di saat itu ketika hari-hari akhir di kelas 7 di akhiri dengan classmate dan happy day seketika berubah menjadi sad day setelah mendapat kabar salah satu teman satu angkatanku ada yang telah berpulang.
Suasana menjadi berkabung seketika. Annisa siswi kelas 7 A yang juga bersebelahan dengan kelasku akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan Leukimia. Meskipun aku tidak begitu akrab namun aku sedikit mengenalnya karena sering berpapasan didepan kelas. Hal itu sukses membuatku tidak bisa tidur, aku terus membayangkannya. Di usia semuda itu maut bisa menjemput kapan saja. Entah kenapa saat itu aku selalu di merasa khawatir. Sebuah pelajaran berharga bagiku yang terus meningatkanku bahwa dunia ini terlalu sebentar, hanya sesaat. Untuk Annisa semoga kau tenang di alam sana. Senantiasa mendapatkan tempat terbaik disisinya. Aamiin
Disini kemampuanku untuk bicara didepan banyak orang mulai terlatih. Dari diskusi kelompok hingga pembahasan kegiatan demi kegiatan yang sering diadakan oleh pengurus OSIS di sekolahku. Bagiku menjadi pengurus OSIS bukanlah beban tetapi sebagai amanah sebagai siswa-siswi yang terpilih di sekolah. Salah satu hal yang menyebabkan aku terpilih menjadi anggota karena aku berhasil menjadi juara pertama lomba pidato yang diadakan di sekolah dan juga aku yang menjabat sebagai pengurus kelas.
Setiap awal bulan pengurus OSIS bertugas menjadi petugas upacara bendera dimana aku selalu ditugaskan sebagai pembaca doa. Aku sangat menikmati tugas ini karena bagiku doa adalah segalanya. I believe pray is to answer every problem in my life because pray is mysterious power of Allah SWT. Sebagai seorang beragama doa adalah yang paling utama, tidak hanya dalam satu agama namun untuk semua agama. Meskipun semua mempunyai jalan masing-masing untuk kembali kepada sang pencipta.
Selain menjadi pengurus OSIS aku juga tergabung di tim sepakbola sekolahku. Aku biasa berlatih tiap selasa dan sabtu sore di sebuah Stadion sepakbola yang ada di Karanglewas. Aku biasanya berangkat menggunakan sepeda karena rumahku yang tak begitu jauh dari lapangan tempat aku biasa berlatih. Aku masih ingat bagaimana perjuanganku untuk mengumpulkan uang untuk membeli sepatu bola. Karena tepat ketika masuk SMP aku juga tergabung di salah satu SSB ternama yang cukup terkenal disini yakni SSB Bintang Sembilan.
Aku memutuskan untuk bergabung karena di kampungku sepak bola tidak begitu berkembang. Hanya bermain biasa saja dengan liar tanpa ada pelatihan. Aku ingat sepatu bolaku yang pertama adalah seharga 35.000 yang aku beli di komplek pertokoan didaerah kebondalem dengan membonceng sepeda bersama ayahku selepas berjualan di komplek Pasar Wage Purwokerto. (sekarang entah betul atau tidak aku mendapatkan kabar bahwa tempat tersebut telah digusur karena suatu hal yang tidak aku ketahui dengan pasti).
Jujur aku tidak begitu menikmati dengan pasti akan segala hal yang aku alami pada saat kelas 7. Semua seolah berjalan lebih cepat dari biasanya. Juga kecepatan bus sinar mas yang saat itu aku naiki dari sekolahku menuju salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di wilayah Barlingmascakeb yakni Owabong.
Setiap bulan sekali setelah selesai jam pelajaran di sekolahku ada kegiatan renang. Sekolahku sendiri sudah bekerja sama dengan tempat kolam renang sekaligus lokawisata tersebut. Jadi hampir tiap ada kegiatan renang selalu di laksanakan di tempat tersebut. Kecuali ketika lokawisata tersebebut dalam masa perbaikan infrastruktur ataupun hal lainnya yang tidak memungkinkan untuk dibuka pelayanan.
Meskipun dengan biaya masuk sekaligus transportasi yang hanya sekitar 20.000 rupiah persiswa, tetap saja jumlah itu terasa besar bagiku pada saat itu dengan uang saku seribu ataupun dua ribu perharinya. Sementara ayahkupun tidak selalu memberikanku uang untuk berangkat karena aku akui kondisi perekonomian keluargaku saat itu sangatlah sulit.
Aku bersyukur hampir tiap tahunnya bisa mendapat beasiswa di sekolah sehingga bisa meringankan beban orang tua ku. Membuka kisah lama tentunya akan mengingatkan kembali tentang peristiwa-peristiwa terdahulu sepertihalnya sebuah peristiwa mencengangkan di hari itu, ada hal yang tak pernah aku lupakan ketika suatu waktu di sebuah sore yang mendung aku begitu bahagia ketika aku bisa mengikuti renang dan pergi ke Purbalingga dengan teman-teman di kelasku.
Aku sungguh begitu menyukai perjalanan. Dan aku merasa perjalanan ini akan terasa asik. Sepulang sekolah tepatnya setelah selesai shalat Dzuhur aku dapati semua teman sekolahku telah berhamburan menjuju bus untuk berebut tempat duduk. Hal yang sangat membosankan bagiku. Akhirnya akupun ikut berangkat dengan rombongan. Aku masuk kedalam bus ketika beberapa saat sebelum bus di berangkatkan dengan berebekal uang lima ribu rupiah dengan sebuah botol air mineral yang aku bawa dari rumah sejak berangkat sekolah.
Setelah sampai kami dikumpulkan disebuah kolam renang untuk melakukan peregangan, pembahasan materi serta penilaian. Aku yang sejak kecil terbiasa berendam di sungai dengan aliran deras di kampungku tidak begitu kesulitan dan akhirnya bisa menyelesaikan pernilaian dengan lancar. Penilaianpun berakhir, aku bersyukur karena mendapat nilai yang cukup bagus. Setelah selesai penilaian biasanya guru yang bersangkutan membebaskan kami untuk menikmati wahana yang ada dengan lama waktu dan persetujuan awal yang terlebih dahulu ditentukan misalnya dilarang pergi seorang diri (yang jomblo seneng nih) dilarang hilang hahaha lebih jelasnya dengan peraturan-peraturan standar untuk menjaga keselamatan dan keamanan yang mungkin sudah begitu anda pahami.
Adapun wahana-wahana yang tersedia di Owabong menurutku cukup mewah bahkan sangat mewah jika dibandingkan dengan kolam renang lainnya di wilayah Barlingmascakeb apalagi dibandingkan dengan sungai-sungai di kampungku yang telah begitu banyak aku jelajahi. Wahana-wahana tersebut seperti pelosotan dengan ketinggian sekitar 3 lantai. Ini adalah wahana favoritku saat itu. Lalu ada mangkok tumpah, Kolam Arus dan Pantai Tsunami. Dan nama terakhir adalah yang memberi kesan bagiku yang mungkin akan terus aku kenang sepanjang hidupku.
Mungkin aku tidak ingat begitu banyak karena saat itu kondisiku antara sadar dan tidak sadar. Aku hanya mengingat-ingat yang disampaikan beberapa teman dekatku dengan kata-kata yang bagiku cukup menyedihkan. Saat itu aku sebenarnya sudah berkeliling wahana di sekitar objek wisata. Tapi karena hampir semua siswa belum ada tanda-tanda untuk menyudahi penjelajahan dengan berganti pakaian. Aku dan teman-temanku saat itu memutuskan bermain di Pantai Tsunami karena waktu pulangpun masih cukup lama.
Meskipun namanya pantai tapi tetap saja ini hanyalah pantai buatan dan wahana yang cukup menarik justru pada sebuah haling rintang di samping pantai buatan tersebut. Saat itu aku sedang bermain perang-perangan menggunakan bantal dengan posisi berdiri diatas pipa besi yang dibuat seperti jembatan. Mungkin diameternya sekitar 30cm. Ketika aku lengah aku merasakan sebuah pukulan ringan menggunakan bantal yang sekaligus mebuat keseimbangantubuhku goyah.
Aku kehilangan keseimbangan, aku berfikir akan beruntung jika aku jatuh saja pada kolam tersebut. Tapi kenyataan justru kakiku terpeleset. Beberapa detik kemudian teerjadi benturan yang begitu keras antara dadaku dengan pipa besi tempat aku berpijak, aku terjatuh. Aku sempat merasakan tubuhku kembali terbentur benda keras lainnya sebelum benar-benar jatuh kedalam air. Tapi aku sudah terlanjur sesak nafas terasa begitu sakit dan pandangankupun buram. Semuanya seketika menjadi berwarna hitam.
Kenapa ya? Aku sedikit merasakan ketika banyak orang menggotongku dengan terburu-buru. Tiba-tiba aku merasa dikelilingi banyak orang dengan suara yang ramai. Hingga akhirnya aku bisa sedikit membuka mataku. Aku sudah berada ditempat peristirahatan masih lengkap dengan baju olahraga kuning hijau SMPku yang masih basah. Kudapati Pak Saburo dan Pak Trisno sedang memijat bagian dada dan lambungku.
Jika aku ingat saat itu sakit sekali. Aku telah benar-benar sadar dan aku merasa begitu kesakitan bahkan air mata hampir menetes di pipiku aku mencoba menahannya apalagi banyak siswa mengumpul ingin melihat kondisiku. Aku merasa malu dan terus berpura-pura untuk tetap tegar tanpa memperlihatkan rasa sakit yang teramat sangat dan nafas yang sesak meski aku dapati usahaku gagal total.
Beberapa saat kemudian ketika semua mulai membaik aku dapati banyak siswa telah bersiap pulang. Aku merasa aneh, hari itu kami pulang lebih cepat dari biasanya. Sambil menhan rasa sakit aku segera berganti pakaian untuk segera beristirahat di bus. Aku tidak begitu memikirkan hal lain, aku lelah sekali, aku mau istirahat.
Diperjalanan pulang aku bertanya kepada salah seorang temanku yang duduk di bangku bus yang berada disebelahku. Dia melihat pasti bagaimana kemalangan sore itu terjadi. Katanya aku terpeleset. Aku terjatuh. Tubuhku terbentur pipa besi dengan keras pada bagian dada. Aku terjatuh kedalam kolam dengan kondisi sedikit kejang. Katanya tubuhku sudah pucat sekali. Teman-teman yang berada disitu dengan segera menolongku dan memberi tahu pak guru. Dan seketika terjadi kepanikan diantara teman-teman yang lainnya. Ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Setelah itu pak guru memutuskan untuk menyudahi kegiatan. Semua siswa disuruh berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pulang khawatir ada hal buruk lain yang terjadi. Begitu katanya.
Bus pun terus melaju meninggalkan Purbalingga untuk kembali menuju ke Purwokerto. Menutup cerita di hari itu. Satu persatu cerita pun berakhir hari itu akhirnya pun berlalu hanya menyisahkan kenangan yang masih bisa ku ingat dan akan selalu aku ingat meski hanya sedikit yang teringat. Hari telah berganti, pagi kini telah berganti kembali. Tiba saatnya masa-masa akhir tahun ajaran. Dan di saat itu ketika hari-hari akhir di kelas 7 di akhiri dengan classmate dan happy day seketika berubah menjadi sad day setelah mendapat kabar salah satu teman satu angkatanku ada yang telah berpulang.
Suasana menjadi berkabung seketika. Annisa siswi kelas 7 A yang juga bersebelahan dengan kelasku akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan Leukimia. Meskipun aku tidak begitu akrab namun aku sedikit mengenalnya karena sering berpapasan didepan kelas. Hal itu sukses membuatku tidak bisa tidur, aku terus membayangkannya. Di usia semuda itu maut bisa menjemput kapan saja. Entah kenapa saat itu aku selalu di merasa khawatir. Sebuah pelajaran berharga bagiku yang terus meningatkanku bahwa dunia ini terlalu sebentar, hanya sesaat. Untuk Annisa semoga kau tenang di alam sana. Senantiasa mendapatkan tempat terbaik disisinya. Aamiin
Rabu, 18 Juli 2018
Daily 19 Kecelakaan Sebelum Malam Persami
Persami (Perkemahan sabtu minggu) aku tidak tahu dengan pasti apakah singkatannya seperti itu atau bukan karena aku sungguh begitu malas untuk mengikuti ekskul pramuka yang diwajibkan di sekolahku. Selain sangat membosankan, aku kehilangan satu waktu pentingku di Jum`at sore untuk berlatih di SSB. Bahkan ketika ada pertandingan aku memilih pertandinggan SSB yang menurutku jauh lebih penting, Kurang lebih seperti itulah pemikiranku saat itu.
Padahal kegiatan seperti itu justru dimanfaatkan dengan baik oleh teman-temanku yang lain termasuk Ugy dan Marvi. Itu adalah moment yang sangat pas bagi mereka untuk berkenalan dengan teman baru. Teman yang aku maksud saat ini adalah teman perempuan.
“Mangkat lah yo, nggo hiburan men ora jenuh” kata Marvi yang artinya berangkatlah yo buat hiburan supaya ngga jenuh”
“Sekalian cuci mata sama yang bening” Kata Ugy menyahut.
“Kalau urusan cewe mah kalian kenceng, hahaha ” Balasku sambil tertawa.
Pada saat kelas 7 SMP mereka berdua adalah teman terdekatku di kelas. Marvi adalah teman Madrasahku dari kecil sementara Ugy berasal dari desa Karangnangka, Kedungbanteng. Namun karena dirinya mondok di salah satu pesantren yang ada di desa Pasir membuat dirinya sering datang ke rumahku yang cukup dekat dengan pondok tersebut. Seperti itulah ketika kami bersama penuh kebahagiaan dan keceriaan, (Ketika SMK Ugy melanjutkan ke sekolah yang berbeda denganku, hingga kontak kami pun terputus. Aku mendapat kabar ketika awal-awal SMK dia sempat mengalami kecelakaan parah di daerah karangsalam hingga koma. Entah benar atau tidak dimanapun kamu sekarang berada semoga senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT aamiin).
Pada akhirnya meskipun mereka terus membujuk aku tetap tidak berangkat. Begitupun dengan Persami. Persami diadakan setiap awal masuk SMP bagi siswa-siswi baru kelas 7. Kegiatan tersebut diadakan dengan maksud agar bisa lebih mengenal dan akrab satu sama lain. Meningkatkan pemahaman tentang kepramukaan dan juga untuk lebih mengenal lagi lingkungan baru di sekolah dan sekitarnya.
Aku sendiri sebenarnya tidak membenci pramuka. Aku justru menyukainya, ketika SD aku pernah mengikuti LT 2 di Pangebatan. Saat itu aku menginap 3 hari 2 malam di Perkemahan. Dan aku sangat menikmati suasananya juga pengalamannya. Banyak teman-teman baru yang aku temui. Apalagi ketika kegiatan mencari jejak. Saat itu hujan turun begitu derasnya di desa pangebatan namun kami tetap melanjutkan keliling kampung ditengah guyuran hujan untuk menyelesaikan game. Andai bisa kembali, mengingatpun tak semuanya. Karena sungguh ini sudah terlalu lama berlalu. Jika mungkin salah satu dari kalian para pembaca dimanapun kalian berada yang sama-sama mengalami petualangan hari itu. Aku harap kalian merindukannya.
Aku sendiri masih penasaran dengan persami di sekolah, meskipun lebih sederhana mungkin akan sedikit mengingatkanku akan kenangan LT 2 saat kelas 5 SD di desa Pangebatan. Sehingga aku putuskan untuk mengikuti persami dengan mendaftar sebagai peserta dengan mengikuti kegiatan Pramuka di Jumat terakhir menjelang persami dengan harapan lain agar di Semester 2 tidak harus mengulang lagi untuk mengikuti ekskul Pramuka.
Aku sadari ketika kegiatan itu aku sedang dalam kondisi yang tidak begitu sehat namun aku memaksakannya untuk tetap berangkat. Dan jumat siang itu dengan penuh perjuangan aku telah berada dikelas lebih awal untuk membahas Persami bersama Riska, Nida dan beberapa teman lain yang telah menungguku. Sementara Marvi dan Ugy kudapati mengobrol bersama Pipin, Reza, Lukman dan Tofa di luar kelas.
Saat itu kami membahas tidak begitu banyak hanya persiapan akhir dan kelengkapan yang akan dibawa sebelum persami. Aku sendiri menamai kelompokku dengan nama kelompok Singa dan untuk perempuan Melati aku tidak tahu alasannya tapi karena memang aturannya untuk laki-laki menggunakan nama hewan dan perempuan menggunakan nama bunga.
Setelah semuanya beres ingin rasanya aku segera menuju parkiran, karena kondisiku yang sudah tidak karuan. Suhu badanku yang sudah meningkat dengan cepatnya hingga pusing yang mulai membayangi bagian kepalaku. Ketika aku hendak mengambil sepeda yang aku bawa ke sekolah, hujan turun dengan derasnya. Karena sudah terlajur basah akhirnya aku segera memakai mantelku dan bergegas pulang.
Meskipun pada dasarnya aku tidak akan menerobos walaupun memakai mantel sekalipun. Setidaknya aku masih memiliki tenaga hingga semuanya terasa gelap. Yap, sepeda usang yang aku kendarai menabrak truk. Entah darimana datangnya aku tak dapat mengingatnya hanya aliran hujan deras yang terdengar begitu jelas di telingaku bersama rasa sakit perih, aku ingin istirahat. Aku lupa, aku tidak begitu ingat yang telah terjadi.
Bahkan aku lupa jika esoknya adalah kegiatan persami. Orang tuaku tidak sempat mengabarkan satu orangpun temanku tentang apa yang telah terjadi. Mungkin mereka mengira aku sengaja tidak berangkat karena malas untuk mengikutinya. Hingga kabar itu datang. Kabar yang menyisakan kesedihan karena kudapati beberapa hari selanjutnya aku tetap tidak ada di kelas karena sebelumnya aku hampir tidak pernah bolos mengikuti pelajaran ketika di kelas.
Waktu berlalu, akhirnya aku masuk kembali ke sekolah dengan rasa yang berbeda. Aku kadang merasa sakit dibagian ulu hatiku ataupun kadang di bagian dada. (aku tidak bisa mengingat dengan pasti tapi sepertinya ini juga berkaitan dengan perisiwa yang terjadi di kolam renang Owabong sore itu yang akan aku tuliskan pada cerita selanjutnya).
Aku menghabiskan banyak waktu disekolah hanya dengan tiduran di UKS atau bahkan sampai ketiduran ketika kudapati dikelas teman-teman yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing. Ataupun kadang ketika kondisiku begitu buruk aku diantarkan oleh guru pulang ke rumah. Dan yang paling teringat adalah pak Saburo guru yang harusnya sudah pensiun namun tetap membantu mengabdi di sekolah, dengan motor sederhana beliau mengantarkanku kerumah. Beliau sendiri meninggal ketika aku kelas 8 atau 9. Beliau adalah guru olahragaku dikelas 7. Pelajaran yang paling aku sukai. Kini beliau telah lama meninggalkan dunia ini. Semoga amal ibadahnya diterima dan segala dosanya dapat terampuni.
Kini aku sadari malam yang aku tunggu itu telah berlalu 2 minggu yang lalu. Keadaanku sendiri disitu begitu menyiksa aku masih lemas, luka ringan setelah kecelakaan telah sembuh namun tidak bebeapa pada bagian dalam. Ditambah eyangku yang merawatku saat itu salah memberikan obat hingga dosis itu terlalu tinggi. Jantungku berdetak sangat kencang suhu badanku begitu tinggi bahkan hingga semalaman aku tidak bisa memejamkan mata. Hari itu aku sadari adalah fase terparah dalam hidupku. Aku bersyukur masih diberi nafas hingga saat ini saat dimana aku masih bisa menuliskan kisah ini. Sungguh aku tak ingin mengingatnya. Saat itu aku sudah berfikir begitu buruk tentang diriku aku merasa malaikat maut telah begitu dekat denganku.
Kesadaranku antara sadar dan tidak sadar, mungkin saat itu orangtuaku pun bergantian menjagaku sepanjang malam karena saat itu aku sungguh takut dan sangat takut. Aku tidak ingin seorangpun meninggalkanku seorang diri. Aku ingin ditemani, keinginan yang sangat tidak biasa bagiku untuk aku sampaikan. Dalam keadaan serba tidak karuan itu banyak kembali muncul bayanganku ketika bermain bola ataupun mengejar laying-layang di lapangan, bermain di sawah. Dan entah air mata mengalir dengan sendirinya dari bola mataku. Hingga waktu membawaku pada kesadaran penuh, Allah SWT masih punya jalan lain, aku mengambil langkah seribu untuk kembali mengerjar apa yang selama ini aku tetinggal dan berlalu. Persami, Malam yang ditunggu-tunggu, fase parah. Akhirnya semuapun pergi bersama dengan jalannya sang waktu .
“Mangkat lah yo, nggo hiburan men ora jenuh” kata Marvi yang artinya berangkatlah yo buat hiburan supaya ngga jenuh”
“Sekalian cuci mata sama yang bening” Kata Ugy menyahut.
“Kalau urusan cewe mah kalian kenceng, hahaha ” Balasku sambil tertawa.
Pada saat kelas 7 SMP mereka berdua adalah teman terdekatku di kelas. Marvi adalah teman Madrasahku dari kecil sementara Ugy berasal dari desa Karangnangka, Kedungbanteng. Namun karena dirinya mondok di salah satu pesantren yang ada di desa Pasir membuat dirinya sering datang ke rumahku yang cukup dekat dengan pondok tersebut. Seperti itulah ketika kami bersama penuh kebahagiaan dan keceriaan, (Ketika SMK Ugy melanjutkan ke sekolah yang berbeda denganku, hingga kontak kami pun terputus. Aku mendapat kabar ketika awal-awal SMK dia sempat mengalami kecelakaan parah di daerah karangsalam hingga koma. Entah benar atau tidak dimanapun kamu sekarang berada semoga senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT aamiin).
Pada akhirnya meskipun mereka terus membujuk aku tetap tidak berangkat. Begitupun dengan Persami. Persami diadakan setiap awal masuk SMP bagi siswa-siswi baru kelas 7. Kegiatan tersebut diadakan dengan maksud agar bisa lebih mengenal dan akrab satu sama lain. Meningkatkan pemahaman tentang kepramukaan dan juga untuk lebih mengenal lagi lingkungan baru di sekolah dan sekitarnya.
Aku sendiri sebenarnya tidak membenci pramuka. Aku justru menyukainya, ketika SD aku pernah mengikuti LT 2 di Pangebatan. Saat itu aku menginap 3 hari 2 malam di Perkemahan. Dan aku sangat menikmati suasananya juga pengalamannya. Banyak teman-teman baru yang aku temui. Apalagi ketika kegiatan mencari jejak. Saat itu hujan turun begitu derasnya di desa pangebatan namun kami tetap melanjutkan keliling kampung ditengah guyuran hujan untuk menyelesaikan game. Andai bisa kembali, mengingatpun tak semuanya. Karena sungguh ini sudah terlalu lama berlalu. Jika mungkin salah satu dari kalian para pembaca dimanapun kalian berada yang sama-sama mengalami petualangan hari itu. Aku harap kalian merindukannya.
Aku sendiri masih penasaran dengan persami di sekolah, meskipun lebih sederhana mungkin akan sedikit mengingatkanku akan kenangan LT 2 saat kelas 5 SD di desa Pangebatan. Sehingga aku putuskan untuk mengikuti persami dengan mendaftar sebagai peserta dengan mengikuti kegiatan Pramuka di Jumat terakhir menjelang persami dengan harapan lain agar di Semester 2 tidak harus mengulang lagi untuk mengikuti ekskul Pramuka.
Aku sadari ketika kegiatan itu aku sedang dalam kondisi yang tidak begitu sehat namun aku memaksakannya untuk tetap berangkat. Dan jumat siang itu dengan penuh perjuangan aku telah berada dikelas lebih awal untuk membahas Persami bersama Riska, Nida dan beberapa teman lain yang telah menungguku. Sementara Marvi dan Ugy kudapati mengobrol bersama Pipin, Reza, Lukman dan Tofa di luar kelas.
Saat itu kami membahas tidak begitu banyak hanya persiapan akhir dan kelengkapan yang akan dibawa sebelum persami. Aku sendiri menamai kelompokku dengan nama kelompok Singa dan untuk perempuan Melati aku tidak tahu alasannya tapi karena memang aturannya untuk laki-laki menggunakan nama hewan dan perempuan menggunakan nama bunga.
Setelah semuanya beres ingin rasanya aku segera menuju parkiran, karena kondisiku yang sudah tidak karuan. Suhu badanku yang sudah meningkat dengan cepatnya hingga pusing yang mulai membayangi bagian kepalaku. Ketika aku hendak mengambil sepeda yang aku bawa ke sekolah, hujan turun dengan derasnya. Karena sudah terlajur basah akhirnya aku segera memakai mantelku dan bergegas pulang.
Meskipun pada dasarnya aku tidak akan menerobos walaupun memakai mantel sekalipun. Setidaknya aku masih memiliki tenaga hingga semuanya terasa gelap. Yap, sepeda usang yang aku kendarai menabrak truk. Entah darimana datangnya aku tak dapat mengingatnya hanya aliran hujan deras yang terdengar begitu jelas di telingaku bersama rasa sakit perih, aku ingin istirahat. Aku lupa, aku tidak begitu ingat yang telah terjadi.
Bahkan aku lupa jika esoknya adalah kegiatan persami. Orang tuaku tidak sempat mengabarkan satu orangpun temanku tentang apa yang telah terjadi. Mungkin mereka mengira aku sengaja tidak berangkat karena malas untuk mengikutinya. Hingga kabar itu datang. Kabar yang menyisakan kesedihan karena kudapati beberapa hari selanjutnya aku tetap tidak ada di kelas karena sebelumnya aku hampir tidak pernah bolos mengikuti pelajaran ketika di kelas.
Waktu berlalu, akhirnya aku masuk kembali ke sekolah dengan rasa yang berbeda. Aku kadang merasa sakit dibagian ulu hatiku ataupun kadang di bagian dada. (aku tidak bisa mengingat dengan pasti tapi sepertinya ini juga berkaitan dengan perisiwa yang terjadi di kolam renang Owabong sore itu yang akan aku tuliskan pada cerita selanjutnya).
Aku menghabiskan banyak waktu disekolah hanya dengan tiduran di UKS atau bahkan sampai ketiduran ketika kudapati dikelas teman-teman yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing. Ataupun kadang ketika kondisiku begitu buruk aku diantarkan oleh guru pulang ke rumah. Dan yang paling teringat adalah pak Saburo guru yang harusnya sudah pensiun namun tetap membantu mengabdi di sekolah, dengan motor sederhana beliau mengantarkanku kerumah. Beliau sendiri meninggal ketika aku kelas 8 atau 9. Beliau adalah guru olahragaku dikelas 7. Pelajaran yang paling aku sukai. Kini beliau telah lama meninggalkan dunia ini. Semoga amal ibadahnya diterima dan segala dosanya dapat terampuni.
Kini aku sadari malam yang aku tunggu itu telah berlalu 2 minggu yang lalu. Keadaanku sendiri disitu begitu menyiksa aku masih lemas, luka ringan setelah kecelakaan telah sembuh namun tidak bebeapa pada bagian dalam. Ditambah eyangku yang merawatku saat itu salah memberikan obat hingga dosis itu terlalu tinggi. Jantungku berdetak sangat kencang suhu badanku begitu tinggi bahkan hingga semalaman aku tidak bisa memejamkan mata. Hari itu aku sadari adalah fase terparah dalam hidupku. Aku bersyukur masih diberi nafas hingga saat ini saat dimana aku masih bisa menuliskan kisah ini. Sungguh aku tak ingin mengingatnya. Saat itu aku sudah berfikir begitu buruk tentang diriku aku merasa malaikat maut telah begitu dekat denganku.
Kesadaranku antara sadar dan tidak sadar, mungkin saat itu orangtuaku pun bergantian menjagaku sepanjang malam karena saat itu aku sungguh takut dan sangat takut. Aku tidak ingin seorangpun meninggalkanku seorang diri. Aku ingin ditemani, keinginan yang sangat tidak biasa bagiku untuk aku sampaikan. Dalam keadaan serba tidak karuan itu banyak kembali muncul bayanganku ketika bermain bola ataupun mengejar laying-layang di lapangan, bermain di sawah. Dan entah air mata mengalir dengan sendirinya dari bola mataku. Hingga waktu membawaku pada kesadaran penuh, Allah SWT masih punya jalan lain, aku mengambil langkah seribu untuk kembali mengerjar apa yang selama ini aku tetinggal dan berlalu. Persami, Malam yang ditunggu-tunggu, fase parah. Akhirnya semuapun pergi bersama dengan jalannya sang waktu .
Minggu, 08 Juli 2018
Daily 18 Purwokerto With Memory
Purwokerto, 10 huruf namun berjuta ceria. Sebuah kota dimana aku tumbuh dan di besarkan. Banyak orang di tempat tersebut berkata, “Bahagia itu sederhana”. Sebuah frase dimana untuk bahagia kita tidak butuh adanya mall mewah. Meski pada kenyataannya tepatnya hampir 4 tahun ketika aku telah meninggalkan kota tersebut, terpampanglah Rita Supermall yang megah menjulang ditengah-tengah ataupun pusat kota kecil tersebut yang sekaligus mengubah trending story dari quotes yang cukup boomming kala itu yakni Purwokerto, kota kecil sejuta cerita menjadi foto selfie ataupun candid dengan latar lingkungan Rita Supermall sebagai backgroundnya.
Meskipun cukup tenar dan sangat hitz aku tidak begitu berminat ke mall tersebut bukan karena sudah bosan dengan hal seperti itu di Jakarta ataupun Cilegon, tapi jujur aku begitu malas keluar rumah jika memang tidak ada hal yang begitu penting ataupun mendesak. Tapi sebenarnya pada kesempatan ini aku tidak akan membahas terlalu banyak tentang itu. Aku hanya akan sedikit mengenang tentang hal-hal sederhana yang pernah terjadi antara diriku dengan kota itu dimasa lalu.
Sambil menikmati hidangan es cokelat yang aku pesan di salah satu café yang tidak pernah aku kenal sebelumnya selama aku bersekolah dan tinggal di kota Purwokerto. Wkwk.taukah kamu tenang 4 huruf tersebut? Aku sedang tidak tersenyum apalagi tertawa. Wkwk adalah nama dari caf tersebut. WKWK aku tak tahu apa maksud dari nama itu tapi siapapun yang pertama merancanakan dan memiliki ide untuk memakai nama itu dengan seluruh jiwa dan raga aku begitu mengapresiasinya.
Karena menurutku itu adalah nama yang anti mainstream dan jauh dari kesan norak sekaligus unik. Bukan karena itu adalah 4 kata ketika aku berpura-pura bahagia saat menulis chat dan aku mendapati balasan yang sangat membosankan bagiku.
Aku pandangi jalanan kota itu dari dalam café hingga tanpa sadar rintikan air dari langit turun dengan derasnya. Hujan yang turun sore itu memudahkanku untuk mengingat kenangan demi kenangan yang seakan kembali muncul bersama rinikan air yang turun dari langit itu. Entah aku begitu menyukai suasana ini, Hujan dingin dan sejuk. Sekaligus untuk perpisahan lagi karena esok aku harus memacu motorku 505km ke ujung barat pulau jawa yakni kota Cilegon.
Bayangan-bayangan yang telah lama menghilangpun kini seolah muncul kembali. Tentang roda mas,Gramedia,Kebondalem tempat dimana banyak aku habiskan waktuku kala putih abu-abu. Ataupun daerah karanglewas tempatku biasa nngkrong bersama teman-temanku setelah pulang SMP. Terlalu banyak jika harus aku ceritakan. Dan sungguh aku rindu, aku sadari semua telah banyak berubah, orang-orangnya juga sudah berbeda. Kadang ketika aku berada di kota ini aku selalu merasa ada yang hilang. Aku selalu seperti merasa mencari sesuatu. Entah seseorang ataupun suatu tempat. Entahlah.
Meskipun cukup tenar dan sangat hitz aku tidak begitu berminat ke mall tersebut bukan karena sudah bosan dengan hal seperti itu di Jakarta ataupun Cilegon, tapi jujur aku begitu malas keluar rumah jika memang tidak ada hal yang begitu penting ataupun mendesak. Tapi sebenarnya pada kesempatan ini aku tidak akan membahas terlalu banyak tentang itu. Aku hanya akan sedikit mengenang tentang hal-hal sederhana yang pernah terjadi antara diriku dengan kota itu dimasa lalu.
Sambil menikmati hidangan es cokelat yang aku pesan di salah satu café yang tidak pernah aku kenal sebelumnya selama aku bersekolah dan tinggal di kota Purwokerto. Wkwk.taukah kamu tenang 4 huruf tersebut? Aku sedang tidak tersenyum apalagi tertawa. Wkwk adalah nama dari caf tersebut. WKWK aku tak tahu apa maksud dari nama itu tapi siapapun yang pertama merancanakan dan memiliki ide untuk memakai nama itu dengan seluruh jiwa dan raga aku begitu mengapresiasinya.
Karena menurutku itu adalah nama yang anti mainstream dan jauh dari kesan norak sekaligus unik. Bukan karena itu adalah 4 kata ketika aku berpura-pura bahagia saat menulis chat dan aku mendapati balasan yang sangat membosankan bagiku.
Aku pandangi jalanan kota itu dari dalam café hingga tanpa sadar rintikan air dari langit turun dengan derasnya. Hujan yang turun sore itu memudahkanku untuk mengingat kenangan demi kenangan yang seakan kembali muncul bersama rinikan air yang turun dari langit itu. Entah aku begitu menyukai suasana ini, Hujan dingin dan sejuk. Sekaligus untuk perpisahan lagi karena esok aku harus memacu motorku 505km ke ujung barat pulau jawa yakni kota Cilegon.
Bayangan-bayangan yang telah lama menghilangpun kini seolah muncul kembali. Tentang roda mas,Gramedia,Kebondalem tempat dimana banyak aku habiskan waktuku kala putih abu-abu. Ataupun daerah karanglewas tempatku biasa nngkrong bersama teman-temanku setelah pulang SMP. Terlalu banyak jika harus aku ceritakan. Dan sungguh aku rindu, aku sadari semua telah banyak berubah, orang-orangnya juga sudah berbeda. Kadang ketika aku berada di kota ini aku selalu merasa ada yang hilang. Aku selalu seperti merasa mencari sesuatu. Entah seseorang ataupun suatu tempat. Entahlah.
Minggu, 10 Juni 2018
Daily 17 Kehidupan Remajaku
Tahun 2008 itulah awal dari perubahan pertama dalam hidupku, sebuah masa dimana akhirnya aku menjejakan kaki di bangku SMP. Akupun membuka lembaran baruku, aku tak lagi satu sekolah dengan Vian. Teman sebangku ketika SD sekaligus teman petamaku, meskipun tidak lagi satu sekolah namun kami masih sering bermain bersama karena rumah kami yang dekat.
Game Wining Eleven Petualangan ataupun lain sebagainnya masih selalu menghiasi masa SMP kami. Saat itu juga kami bergabung disalah satu SSB terbaik yang ada di daerah kami yakni SSB Bintang Sembilan. Meskipun jarak yang cukup jauh namun kami tak peduli bagaimana caranya agar mimpi dan cita-cita kami menjadi pesepakbola profesional terwujud.
Selain rutin berlatih di SSB, aku juga mengikuti Ekstrakulikuler Sepak Bola di Sekolahku dengan harapan bisa masuk menjadi tim utama sekolah. Meskipun pada akhirnya gagal, aku mendapat kesempatan seleksi di cabang lain yakni atletik namun masih gagal lagi ketika aku hanya berada di posisi kedua di sekolahku.
Dan beginilah aku tumbuh, kehidupan remajaku tak jauh dari sepakbola ataupun bermain game, tiap sore liburan atau pun waktu luang entah bulan ramadhan ataupun siang hari aku tak peduli haha Bagiku sepak bola adalah hal yang begitu indah, sebuah kerja sama kekompakan yang disetiap tempat kita selalu bertemu lawan dan kawan baru yang pada akhirnya saling mengenal dan berteman baik.
Sementara kedua orangtuaku adalah orang yang sedang bekerja keras untuk menghidupi buah hatinya sehingga bahkan aku hanya memiliki waktu yang sedikit sekali bersama mereka.
Dengan kesibukan mereka aku lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah. Dengan bermain dengan maianan koleksiku ataupun pergi berkeliling kerumah teman yang sekiranya bisa didatangi untuk diajak bermain meskipun kadang aku dapati harus kembali pulang ketika orang tua mereka menyuruhnya tidur siang.
Aku yang kurang terpantau oleh pengawasan orang tua tumbuh mengalir sepertihalnya anak-anak pada umunya. Mengalir mengikuti irama sang waktu. Meski sebenarnya kebebasan itu tak juga sepenuhnya bebas, apalagi ketika ibuku berada dirumah. Untuk meninggalkan rumah saja adalah sebuah misi tingkat dewa yang kadang tak pernah aku bisa selesaikan. Bahkan hingga akhir SMP aku sadari aku sangat jarang bermain pada malam hari. Hingga mungkin berdampak sampai sekarang kadang timbul rasa malas ketika keluar malam hari meskipun pada dasarnya aku merasa begitu senang ketika aku dapati aku telah berada diluar rumah.
Kurang lebih dalam keadaan seperti itulah aku dibesarkan. Menjadi seorang remaja biasa seperti remaja pada umumnya. yang bisa merasa bosan, merasa kacau merasa jenuh dan merasa lapar. hingga akhirnya tanpa sengaja ketiduran hahaha
Setelah itu aku memulai hari- awal di SMP dengan penuh keceriaan gelak tawa dengan teman-teman baru. Saat itu juga aku mulai mengenal dunia luar. ini terjadi ketika pertemuanku kembali dengan Marvi serong teman madrasahku yang dulu keluar dan kini kita kembali bertemu di SMP yang sana. Dari dialah aku mulai mengerti tentang kelap kelipnya kehidupan malam yang terjadi di kota Purwoketo.
Dan kalau tidak salah saat itu ketika kelas 8 kami sempat membuat sebuah geng bernama The Cute Boys meski pada kenyataannya hanya aku disitu yang baby face haha Gerombolan geng kami cukup tenar di sekolah, entah kadang dikenal baik ataupun buruk. terserah itu hak semua orang untuk menilai tapi pada dasarnya karena sebagian besar dari kami adalah pengurus OSIS di sekolah termasuk juga diriku. Sehingga kami dengan mudahnya bisa dikenali, terutama pada teman satu angkatan dan adik kelas.
Masa ini juga yang sukses mengubah pribadiku yang introvert menjadi terbuka, masa ini juga yang mungkin membuatku kehilangan salah satu hal yang paling berharga dalam hidupku yang nanti akan aku ceritakan pada kisah selanjutnya. Hingga akhirnya bakat seniku mumcul di masa ini, kini bukan hanya sepak bola yang muncul dalam hidupku tapi aku juga tergabung dalam sebuah grup band di sekolah kami yang kami beri nama D'rick.
Bersama D`rick biasanya aku rutin berlatih setiap sabtu sore sepulang sekolah di sebuah Studio Musik di daerah Rejasari yang bernama Legos Studio Musik. Setiap pelajaran seni musik aku selalu membawa gitar kesekolah. Gitar itu adalah pemberian kakakku. Meskipun hanya sebuah gitar biasa aku begitu menyukainnya.
Ketika jam kosong ataupun istirahat kami biasa bernyanyi di Kelas. Lagu masa-masa sekolah yang sedang booming saat itu yakni Kita Selamanya yang di populerkan oleh Bondan fade 2 Black menjadi penghibur ditengah kejenuhan, hal itu kami lakukan hingga hari-hari akhir di masa SMP yakni dimana kita akan menghadapi sebuah tantangan terakhir di bangku SMP yakni Ujian Akhir.
Dan hal yang terakhir adalah final pertandingan Sepakbola antar kelas di semester 1 yang menjadi turnamen Sepakbola terakhir bagi siswa yang sudah kelas 9. Tak pernah ada yang meperhitungkan kelasku saat itu yakni 9c selain jumlah siswa laki-laki yang sedikit juga postur kami yang jauh lebih kecil dari pemain kelas 9 di kelas-kelas yang lain. Namun kadang yang diremehkan bisa berubah menjadi menakutkan, karena pada kenyataan kami berhasil melangkah hingga final. atau mungkin karena tiap tim diisi dari 2 kelas, sesuai urutan.
Dan pertandingan final sepakbola putra kelas 9 adalah hal yang paling ditunggu. Semua murid baik laki-laki ataupun perempuan telah memadati lapangan sekolah atau ada juga yang melihat dari lantai atas. Aku sendiri masih begitu mengingat atmosfer saat itu yang begitu seru ramai dan meriah.
Aku begitu merindukan pertandingan ini, pertandingan final gabungan kelas 9C dan 9D melawan gabungan kelas 9G dan 9H SMPN 4 Purwokerto 2010. Khamim anak kelas 9D yang selaku mantan ketua OSIS yang mengoordinir strategi di tim kami. Pemain di timku sendiri pada babak pertama didominasi anak kelas D, Hanya ada aku, Riyan dan Wuri yang sebagai penjaga gawang diturunkan sebagai starter, sementara 2 pemain andalan lain yakni Gita dan Yosi disimpan di bangku cadangan. Pada kesempatan itu adalah terakhir kalinya aku berduet kembali dengan Tembol di lini depan, Partner bermainku tahun lalu ketika berada di kelas yang sama yakni 8c, sekarang dia berada di kelas 9D. Dia salah satu pemain sepak bola terbaik yang ada di sekolah, permainannya sangat mirip karakter Kojiro Hyuga dalam serial anime Captain Tsubasa. Tapi yang buruk dari dia, dia adalah siswa tunggakan yang bermasalah, ketika di kelas 8 kelasku kalah di semifinal karena dia dipanggil guru BK, saat itu aku tidak bisa berbuat banyak dan gagal mengembangkan permainan. Karena aku sadari di kelas 8c tim sangat bertumpu hanya pada kami berdua, berbeda dengan saat ini. Namun pertandingan final itulah menjadi yang terakhir, setelah itu aku tidak melihatnya lagi disekolah, entah dia keluar atau di keluarkan.
Pertandingan berlangsung dengan intensitas tinggi, Tembol dijaga dengan sangat ketat, aku juga sempat mempunyai beberapa peluang namun belum mampu aku konversikan menjadi goal, Timku mendominasi pertandingan, namun hingga babak pertama berakhir skor masih imbang tanpa goal. Saat menjelang babak kedua, Harys anak kelas 9D yang juga temanku di SSB, mengatakan kepadaku. Andai aku bisa masuk tim dan berada di posisimu pasti aku akan sangat bersemangat, Hampir semua siswa sekolah menyaksikan, katanya kepadaku.
Aku sangat termotivasi, dan berusaha mengerahkan kemampuanku dibabak kedua yang telah di mulai. Setelah melewati beberapa pemain lewat sebuah umpan terobosan aku berhasil mengirim bola datar yang bisa di konversi oleh Tembol menjadi gol, Semua bersorak. Pertandingan semakin ramai dan aku bermain semakin menjadi. Namun justru hal yang kurang diinginkan terjadi, Dipertengahan babak kedua aku digantikan karena Cidera, aku bertabrakan dengan pemain lawan dan salah jatuh.
Menjelang akhir laga hal yg berbeda terjadi, Adit temanku dari kecil, menggagalkan kemenangan kelasku gabungan C dan D. Saat itu adalah pertandingan yang sangat kami tunggu, dari kelas 7 kami selalu berbeda kelas, sehingga selalu menunggu moment untuk berhadapan. Akhirya dioertandingan itulah kami bertanding.
Pertandingan itupun berakhir kelasku kalah melalui drama adu pinalty, namun aku cukup bahagia meski tidak mencetak goal difinal namun masih bisa menjebolkan bola itu hingga pecak sebanyak dua kali dalam satu pertandingan final haha jangan di contoh
Hari-hari penuh keceriaan itu berakhir, Purwokerto 4 juni 2011 itu adalah hari yang berbeda ketika semua kebahagiaan itu kini hanya tinggal kenangan, ya itu adalah hari perpisahan sekolah untuk mengenng masa-masa itu aku sempat menuliskan sebuah lagu seperti Awal Sebuah Cerita, Perjalananku, dan Catatan Terakhirku di Spenpa. meskipun mungkin ancur tapi bodoamat dah itu kan karryaku jadi sukka-suka aku yah hehe
Game Wining Eleven Petualangan ataupun lain sebagainnya masih selalu menghiasi masa SMP kami. Saat itu juga kami bergabung disalah satu SSB terbaik yang ada di daerah kami yakni SSB Bintang Sembilan. Meskipun jarak yang cukup jauh namun kami tak peduli bagaimana caranya agar mimpi dan cita-cita kami menjadi pesepakbola profesional terwujud.
Selain rutin berlatih di SSB, aku juga mengikuti Ekstrakulikuler Sepak Bola di Sekolahku dengan harapan bisa masuk menjadi tim utama sekolah. Meskipun pada akhirnya gagal, aku mendapat kesempatan seleksi di cabang lain yakni atletik namun masih gagal lagi ketika aku hanya berada di posisi kedua di sekolahku.
Dan beginilah aku tumbuh, kehidupan remajaku tak jauh dari sepakbola ataupun bermain game, tiap sore liburan atau pun waktu luang entah bulan ramadhan ataupun siang hari aku tak peduli haha Bagiku sepak bola adalah hal yang begitu indah, sebuah kerja sama kekompakan yang disetiap tempat kita selalu bertemu lawan dan kawan baru yang pada akhirnya saling mengenal dan berteman baik.
Sementara kedua orangtuaku adalah orang yang sedang bekerja keras untuk menghidupi buah hatinya sehingga bahkan aku hanya memiliki waktu yang sedikit sekali bersama mereka.
Dengan kesibukan mereka aku lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah. Dengan bermain dengan maianan koleksiku ataupun pergi berkeliling kerumah teman yang sekiranya bisa didatangi untuk diajak bermain meskipun kadang aku dapati harus kembali pulang ketika orang tua mereka menyuruhnya tidur siang.
Aku yang kurang terpantau oleh pengawasan orang tua tumbuh mengalir sepertihalnya anak-anak pada umunya. Mengalir mengikuti irama sang waktu. Meski sebenarnya kebebasan itu tak juga sepenuhnya bebas, apalagi ketika ibuku berada dirumah. Untuk meninggalkan rumah saja adalah sebuah misi tingkat dewa yang kadang tak pernah aku bisa selesaikan. Bahkan hingga akhir SMP aku sadari aku sangat jarang bermain pada malam hari. Hingga mungkin berdampak sampai sekarang kadang timbul rasa malas ketika keluar malam hari meskipun pada dasarnya aku merasa begitu senang ketika aku dapati aku telah berada diluar rumah.
Kurang lebih dalam keadaan seperti itulah aku dibesarkan. Menjadi seorang remaja biasa seperti remaja pada umumnya. yang bisa merasa bosan, merasa kacau merasa jenuh dan merasa lapar. hingga akhirnya tanpa sengaja ketiduran hahaha
Setelah itu aku memulai hari- awal di SMP dengan penuh keceriaan gelak tawa dengan teman-teman baru. Saat itu juga aku mulai mengenal dunia luar. ini terjadi ketika pertemuanku kembali dengan Marvi serong teman madrasahku yang dulu keluar dan kini kita kembali bertemu di SMP yang sana. Dari dialah aku mulai mengerti tentang kelap kelipnya kehidupan malam yang terjadi di kota Purwoketo.
Dan kalau tidak salah saat itu ketika kelas 8 kami sempat membuat sebuah geng bernama The Cute Boys meski pada kenyataannya hanya aku disitu yang baby face haha Gerombolan geng kami cukup tenar di sekolah, entah kadang dikenal baik ataupun buruk. terserah itu hak semua orang untuk menilai tapi pada dasarnya karena sebagian besar dari kami adalah pengurus OSIS di sekolah termasuk juga diriku. Sehingga kami dengan mudahnya bisa dikenali, terutama pada teman satu angkatan dan adik kelas.
Masa ini juga yang sukses mengubah pribadiku yang introvert menjadi terbuka, masa ini juga yang mungkin membuatku kehilangan salah satu hal yang paling berharga dalam hidupku yang nanti akan aku ceritakan pada kisah selanjutnya. Hingga akhirnya bakat seniku mumcul di masa ini, kini bukan hanya sepak bola yang muncul dalam hidupku tapi aku juga tergabung dalam sebuah grup band di sekolah kami yang kami beri nama D'rick.
Bersama D`rick biasanya aku rutin berlatih setiap sabtu sore sepulang sekolah di sebuah Studio Musik di daerah Rejasari yang bernama Legos Studio Musik. Setiap pelajaran seni musik aku selalu membawa gitar kesekolah. Gitar itu adalah pemberian kakakku. Meskipun hanya sebuah gitar biasa aku begitu menyukainnya.
Ketika jam kosong ataupun istirahat kami biasa bernyanyi di Kelas. Lagu masa-masa sekolah yang sedang booming saat itu yakni Kita Selamanya yang di populerkan oleh Bondan fade 2 Black menjadi penghibur ditengah kejenuhan, hal itu kami lakukan hingga hari-hari akhir di masa SMP yakni dimana kita akan menghadapi sebuah tantangan terakhir di bangku SMP yakni Ujian Akhir.
Dan hal yang terakhir adalah final pertandingan Sepakbola antar kelas di semester 1 yang menjadi turnamen Sepakbola terakhir bagi siswa yang sudah kelas 9. Tak pernah ada yang meperhitungkan kelasku saat itu yakni 9c selain jumlah siswa laki-laki yang sedikit juga postur kami yang jauh lebih kecil dari pemain kelas 9 di kelas-kelas yang lain. Namun kadang yang diremehkan bisa berubah menjadi menakutkan, karena pada kenyataan kami berhasil melangkah hingga final. atau mungkin karena tiap tim diisi dari 2 kelas, sesuai urutan.
Dan pertandingan final sepakbola putra kelas 9 adalah hal yang paling ditunggu. Semua murid baik laki-laki ataupun perempuan telah memadati lapangan sekolah atau ada juga yang melihat dari lantai atas. Aku sendiri masih begitu mengingat atmosfer saat itu yang begitu seru ramai dan meriah.
Aku begitu merindukan pertandingan ini, pertandingan final gabungan kelas 9C dan 9D melawan gabungan kelas 9G dan 9H SMPN 4 Purwokerto 2010. Khamim anak kelas 9D yang selaku mantan ketua OSIS yang mengoordinir strategi di tim kami. Pemain di timku sendiri pada babak pertama didominasi anak kelas D, Hanya ada aku, Riyan dan Wuri yang sebagai penjaga gawang diturunkan sebagai starter, sementara 2 pemain andalan lain yakni Gita dan Yosi disimpan di bangku cadangan. Pada kesempatan itu adalah terakhir kalinya aku berduet kembali dengan Tembol di lini depan, Partner bermainku tahun lalu ketika berada di kelas yang sama yakni 8c, sekarang dia berada di kelas 9D. Dia salah satu pemain sepak bola terbaik yang ada di sekolah, permainannya sangat mirip karakter Kojiro Hyuga dalam serial anime Captain Tsubasa. Tapi yang buruk dari dia, dia adalah siswa tunggakan yang bermasalah, ketika di kelas 8 kelasku kalah di semifinal karena dia dipanggil guru BK, saat itu aku tidak bisa berbuat banyak dan gagal mengembangkan permainan. Karena aku sadari di kelas 8c tim sangat bertumpu hanya pada kami berdua, berbeda dengan saat ini. Namun pertandingan final itulah menjadi yang terakhir, setelah itu aku tidak melihatnya lagi disekolah, entah dia keluar atau di keluarkan.
Pertandingan berlangsung dengan intensitas tinggi, Tembol dijaga dengan sangat ketat, aku juga sempat mempunyai beberapa peluang namun belum mampu aku konversikan menjadi goal, Timku mendominasi pertandingan, namun hingga babak pertama berakhir skor masih imbang tanpa goal. Saat menjelang babak kedua, Harys anak kelas 9D yang juga temanku di SSB, mengatakan kepadaku. Andai aku bisa masuk tim dan berada di posisimu pasti aku akan sangat bersemangat, Hampir semua siswa sekolah menyaksikan, katanya kepadaku.
Aku sangat termotivasi, dan berusaha mengerahkan kemampuanku dibabak kedua yang telah di mulai. Setelah melewati beberapa pemain lewat sebuah umpan terobosan aku berhasil mengirim bola datar yang bisa di konversi oleh Tembol menjadi gol, Semua bersorak. Pertandingan semakin ramai dan aku bermain semakin menjadi. Namun justru hal yang kurang diinginkan terjadi, Dipertengahan babak kedua aku digantikan karena Cidera, aku bertabrakan dengan pemain lawan dan salah jatuh.
Menjelang akhir laga hal yg berbeda terjadi, Adit temanku dari kecil, menggagalkan kemenangan kelasku gabungan C dan D. Saat itu adalah pertandingan yang sangat kami tunggu, dari kelas 7 kami selalu berbeda kelas, sehingga selalu menunggu moment untuk berhadapan. Akhirya dioertandingan itulah kami bertanding.
Pertandingan itupun berakhir kelasku kalah melalui drama adu pinalty, namun aku cukup bahagia meski tidak mencetak goal difinal namun masih bisa menjebolkan bola itu hingga pecak sebanyak dua kali dalam satu pertandingan final haha jangan di contoh
Hari-hari penuh keceriaan itu berakhir, Purwokerto 4 juni 2011 itu adalah hari yang berbeda ketika semua kebahagiaan itu kini hanya tinggal kenangan, ya itu adalah hari perpisahan sekolah untuk mengenng masa-masa itu aku sempat menuliskan sebuah lagu seperti Awal Sebuah Cerita, Perjalananku, dan Catatan Terakhirku di Spenpa. meskipun mungkin ancur tapi bodoamat dah itu kan karryaku jadi sukka-suka aku yah hehe
Daily 16 - Matahari Tengelam, Itu Arah Jalan Pulang
Aku mencoba mengingat-ingat lagi segala yang pernah terjadi, Ingatan seseorang memang sangat terbatas bukan hanya untuk mengingat yang telah begitu lama terlewati. Sesuatu yang terjadi 1 bulan bahkan 1 minggu yang lalu tak pernah dapat kita ingat dengan pasti.
Namun bagiku masa lalu adalah hal yang paling berharga, sebuah kenangan yang memberi pelajaran bahwasannya hidup ini begitu indah. Baru saja aku membaca ceritaku di daily 15 tentang perjumpaanku dengan orang misterius di sebuah lahan persawahan yang kini telah menjadi perumahan yang indah.
Beberapa bulan setelah itu adalah kenaikan kelas 6 di sekolahku. Tak banyak hal yang terjadi ketika aku duduk di kelas 6 sekolah dasar. Sebagian besar waktuku aku gunakan untuk latihan sepak bola dan jadwal les padat menghadapi UN. Hanya ada satu kejadian unik yang akan selalu aku ingat, bahkan mungkin untuk seumur hidupku.
Saat itu aku dan rombongan teman kelasku pergi menggunakan sepeda ke GOR satria untuk melihat pertandingan volly antar sekolah dasar sekabupaten Banyumas. Sekolahku adalah sekolah yang cukup berkembang dalam bidang olah raga, Hampir tiap tahun menjadi juara kecamatan dan mewakili di tingkat kabupaten.
Namun selang berjalannya sang waktu, semua itu kini hanya tinggal sejarah. Pada saat itu sekolahku gagal dalam kejuaraan sekabupaten Banyumas tersebut. Selepas itu kami tidak langsung pulang kerumah. kami mempunyai rencana lain untuk berkunjung ke tempat guru walikelas kami yaitu bapak Widadi yang tinggal didaerah Kembaran Purwokerto.
Saat itu sebenarnya aku sama sekali tidak pernah pergi jauh selain dengan orang tuaku. Jangankan kota Purwokerto, desaku saja belum semuanya terjamah olehku. Yang aku ingat saat itu adalah ketika pulang langit mendung dan hujan turun dengan deras. Teman temanku mengayuh sepedanya dengan cepat dan sialnya rantai sepedaku selalu saja terlepas, dan aku pun kehilangan jejak dari mereka dan yah aku tersesat. Sendiri, entah dimana, dan saat itu aku hampir menangis wkwk Aku menanyakan kepada orang-orang namun orang-orang selalu memberi jawaban yang tak pernah aku mengerti, karena aku memang belum mengetahui lingkungan sekitar dan parahnya aku tersesat di daerah yang jauh dari kampungku tanpa memberi ijin akan pergi kepada kedua orang tuaku.
Bahkan uang satu rupiahpun sama sekali tidak aku bawa. Aku mencoba tetap tenang dengan mengingat ingat ketika berangkat menuju arah timur. maka untuk kembali aku terus mengayuh sepedaku ke arah barat bersamaan dengan rintikan hujan yang mulai reda.
Hari mulai beranjak senja, matahari pun kini mulai tenggelam, aku terus berusaha untuk mengayuh sepedaku kebarat mengikuti tenggelamnya matahari sore itu. Matahari yang tenggelam, mungkin itulah jalan pulang. Saat itu sungguh aku sudah pasrah, aku serahkan semuanya kepasa Allah SWT. Dan benar saja entah keajaiban atau bagaimana aku akhirnya bisa menemukan jalan untuk sampai kerumah. Padahal untuk sekarang saja ketika di bangku kuliah aku masih belum memahami daerah itu. justru ketika sekolah dasar aku pernah melewati semua itu, seorang anak kecil yang melawan hujan dengan sepeda usangnya untuk bisa pulang kerumah ketika dalam perjalanan tertinggal dari teman-temannya.
Sepulangnnya aku hanya menceritakan kejadian ini kepada bapak ku. Beliau hampir tidak percaya haha tapi inilah aku dengan segala kenekatan dimasa kecilku untuk mengetahui hal baru. Beberapa bulan setelahnya adalah hari kelulusan sekolah dasar, meskipun bagiku nilaiku tidak begitu memuaskan setidaknya aku masih bisa di terima di SMP N 4 Purwokerto sesuai keinginan orang tuaku. dan akupun harus berpisah dengan sebagian teman-temanku yang melanjutkan SMP di tempat yang berbedabeda.
Begitupun dengan Alwi teman yang pada akhirnya begitu akrab denganku di akhir masa sekolah dasar harus berpisah ketika dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah lain didaerah kedungbanteng, meskipun demikian pada akhir sekolah dasar inilah banyak kisah persahabatan antara aku dan Alwi, tentunya selain karena ikut di tim SSB (Sekolah Sepak Bola) yang sama, kami juga rutin berlatih sepakbola di lapangan yang ada di kampung kami tiap sore.
Kurang lebih seperti inilah masa akhir sekolah dasarku, begitu banyak hal yang mungkin sederhana namun sangat berarti. Kebahagiaan, keceriaan, perselisihan, pertentangan dan prestasi. Semua seolah berjalan tanpa rekayasa. Sebuah hal yang begitu sangat dirindukan. Untukku.
Namun bagiku masa lalu adalah hal yang paling berharga, sebuah kenangan yang memberi pelajaran bahwasannya hidup ini begitu indah. Baru saja aku membaca ceritaku di daily 15 tentang perjumpaanku dengan orang misterius di sebuah lahan persawahan yang kini telah menjadi perumahan yang indah.
Beberapa bulan setelah itu adalah kenaikan kelas 6 di sekolahku. Tak banyak hal yang terjadi ketika aku duduk di kelas 6 sekolah dasar. Sebagian besar waktuku aku gunakan untuk latihan sepak bola dan jadwal les padat menghadapi UN. Hanya ada satu kejadian unik yang akan selalu aku ingat, bahkan mungkin untuk seumur hidupku.
Saat itu aku dan rombongan teman kelasku pergi menggunakan sepeda ke GOR satria untuk melihat pertandingan volly antar sekolah dasar sekabupaten Banyumas. Sekolahku adalah sekolah yang cukup berkembang dalam bidang olah raga, Hampir tiap tahun menjadi juara kecamatan dan mewakili di tingkat kabupaten.
Namun selang berjalannya sang waktu, semua itu kini hanya tinggal sejarah. Pada saat itu sekolahku gagal dalam kejuaraan sekabupaten Banyumas tersebut. Selepas itu kami tidak langsung pulang kerumah. kami mempunyai rencana lain untuk berkunjung ke tempat guru walikelas kami yaitu bapak Widadi yang tinggal didaerah Kembaran Purwokerto.
Saat itu sebenarnya aku sama sekali tidak pernah pergi jauh selain dengan orang tuaku. Jangankan kota Purwokerto, desaku saja belum semuanya terjamah olehku. Yang aku ingat saat itu adalah ketika pulang langit mendung dan hujan turun dengan deras. Teman temanku mengayuh sepedanya dengan cepat dan sialnya rantai sepedaku selalu saja terlepas, dan aku pun kehilangan jejak dari mereka dan yah aku tersesat. Sendiri, entah dimana, dan saat itu aku hampir menangis wkwk Aku menanyakan kepada orang-orang namun orang-orang selalu memberi jawaban yang tak pernah aku mengerti, karena aku memang belum mengetahui lingkungan sekitar dan parahnya aku tersesat di daerah yang jauh dari kampungku tanpa memberi ijin akan pergi kepada kedua orang tuaku.
Bahkan uang satu rupiahpun sama sekali tidak aku bawa. Aku mencoba tetap tenang dengan mengingat ingat ketika berangkat menuju arah timur. maka untuk kembali aku terus mengayuh sepedaku ke arah barat bersamaan dengan rintikan hujan yang mulai reda.
Hari mulai beranjak senja, matahari pun kini mulai tenggelam, aku terus berusaha untuk mengayuh sepedaku kebarat mengikuti tenggelamnya matahari sore itu. Matahari yang tenggelam, mungkin itulah jalan pulang. Saat itu sungguh aku sudah pasrah, aku serahkan semuanya kepasa Allah SWT. Dan benar saja entah keajaiban atau bagaimana aku akhirnya bisa menemukan jalan untuk sampai kerumah. Padahal untuk sekarang saja ketika di bangku kuliah aku masih belum memahami daerah itu. justru ketika sekolah dasar aku pernah melewati semua itu, seorang anak kecil yang melawan hujan dengan sepeda usangnya untuk bisa pulang kerumah ketika dalam perjalanan tertinggal dari teman-temannya.
Sepulangnnya aku hanya menceritakan kejadian ini kepada bapak ku. Beliau hampir tidak percaya haha tapi inilah aku dengan segala kenekatan dimasa kecilku untuk mengetahui hal baru. Beberapa bulan setelahnya adalah hari kelulusan sekolah dasar, meskipun bagiku nilaiku tidak begitu memuaskan setidaknya aku masih bisa di terima di SMP N 4 Purwokerto sesuai keinginan orang tuaku. dan akupun harus berpisah dengan sebagian teman-temanku yang melanjutkan SMP di tempat yang berbedabeda.
Begitupun dengan Alwi teman yang pada akhirnya begitu akrab denganku di akhir masa sekolah dasar harus berpisah ketika dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah lain didaerah kedungbanteng, meskipun demikian pada akhir sekolah dasar inilah banyak kisah persahabatan antara aku dan Alwi, tentunya selain karena ikut di tim SSB (Sekolah Sepak Bola) yang sama, kami juga rutin berlatih sepakbola di lapangan yang ada di kampung kami tiap sore.
Kurang lebih seperti inilah masa akhir sekolah dasarku, begitu banyak hal yang mungkin sederhana namun sangat berarti. Kebahagiaan, keceriaan, perselisihan, pertentangan dan prestasi. Semua seolah berjalan tanpa rekayasa. Sebuah hal yang begitu sangat dirindukan. Untukku.
Minggu, 27 Mei 2018
My Life Journey In Banten Province
Mungkin seharusnaya ini adalah tulisan pertamaku ketika memulai membuka lembaran baru disini. Sebuah tempat yang terletak di paling ujung barat dari wilayah Pulau Jawa. Sebelumnya aku tak pernah sedikitpun memiliki niatan untuk menuliskan ini karena rencana awalku hanya akan berada di tempat ini tak lebih dari satu tahun. Namun tak terasa hampir 3 tahun sudah aku berada disini dan ketika perkuliahan memasuki semester 2 aku berniat untuk menuliskan kenangan demi kenangan ini di blog Pribadiku.
Semua berawal ketika sekitar pertengahan tahun 2015 sepulang aku resign dari Pekerjaanku sebelumnya di Jakarta Selatan. Aku memutuskan untuk kembali ke kota kelahiranku yakni kota Purwokerto. Hampir setahun sudah aku menyelesaikan pendidikanku disalah satu SMK Negeri di kota tersebut. Aku yang saat itu telah berhenti bekerja hanya menghabiskan waktu untuk membantu Almarhum pamanku yang bekerja sebagai pengrajin besi. (Sudah diceritakan di kisah sebelumnya pamanku meninggal karena sakit beberapa bulan ketika aku baru beberapa bulan bekerja di tempat kerja yang sekarang di Kota Cilegon Banten) Selain membantu Almarhum pamanku ketika sore hari aku aktif mengikuti organisasi ataupun acara keagamaan yang ada di desaku.
Sambil kembali mencari pekerjaan akhirnya aku mendapat SMS dari salah seroang teman kelasku sewaktu SMK. dan akupun iseng mencobanya dan alhamdulillah dari ratusan pendaftar aaku termasuk 1 diantara 9 orang yang berhasil lolos seleksi kerja.
28 Juli 2015 akhinya aku kembali meninggalkan Purwokerto untuk menuju ke kota Cilegon tempat dimana aku mendapatkan penempatan kerja. Itulah pertama kalinya aku menginjalan kaki di Provinsi Banten. Disebuah daerah bernama Pelabuhan Paku, Anyer. sekitar pukul 8 Malam Waktu setempat.
Sebulan pertama aku lewati dengan begitu memprihatinkan, kerjaan yang berat lokasi kost yang cukup jauh dari tempat kerja hingga sisa uang yang tidak mencukupi untuk kebutuhan selama sebulan. Tapi alunan ombak dan kesejukan suasana pantai anyer selalu memotivasiku untuk tidak pernah mengeluh.
Perlahan tapi pasti kesulitan itupun berakhir dan dengan segala kesabaran hidupku berubah menjadi lebih baik. Tahun-tahun pertamaku di Banten aku habiskan dengan segala penasaran yang ada, menjelajah lingkungan sekitar dan berbaur dengan masyarakat sekelilingnya.
Hingga akhirnya aku meninggalakan Anyer untuk mencari tempat kost yang lebih dekat dari tempat kerja yakni kota Cilegon, segala kenangan tentang senja, pantai, ombak Pulau Sanghiang dan kehidupan pesisir kini berganti menuju daerah Kawasan Industri yang padat. Saat itu aku menempati kost di daerah Kawasan Industri KBS Cigading Cilegon. Cukup lama aku menempati kost di daerah KBS dari akhir 2015 hingga sekitar 2 bulan lalu di awal Tahun 2018.
Dan sekarang aku menempati kost di komplek Samangraya Kota Cilegon, dari lingkungan Industri yang panas dan berdebu kini aku mencari kehidupan, lingkungan dan suasana baru di lingkungan Padat Penduduk.
Orang-orang baru silih berganti datang dan pergi, menjadikan sebuah pengalaman dan pelajaran. Sepertihalnya di Kampus, di Tahun keduaku di Banten aku melanjutkan pendidikanku di jenjang perkuliahan , aku kini telah berstatus sebagai Mahasiswa Semester 2 di Universitas Bina Bangsa Banten. Banyak cerita dan pelajaran hidup yang tak terduga yang mungkin akan aku tulis dalam tulisan selanjutnya. Mungkin inilah kisah singkat awal perjalananku di tempat yang suatu saat akan terkenang ini. My LIFE Journey In Banten Province :)
Minggu, 18 Februari 2018
Chord Gitar Sore Yang Indah
intro Am D G
Am D G Em
Pernah kulewati senja hari yang sunyi
Am D D
Jauh denga sahabat sejati
Am D G Em
Hanya gitar ini, nada-nada sunyi
Am D D
Menanti hujan sore ini
Am D G Em
Rintik hujan yang indah berganti menemani
Am D G
Penyejuk dikala sendiri
Am D G Em
Burung-burung telah pergi bungapun mekar kembali
Am D G
Disaat hujan telah berhenti
Reff :
Am D G Em
Mungkin hanya senandung ini aku bernyanyi
Am D G
Untukmu dan sore yang indah
Am D G Em
Kan ku ukirkan kata indahnya hari ini
Am D G
Untukmu dan sore yang indah
Musik Am D G Em
Am D g
Am D G Em
When 3 years come too fast and you will go again
Am D G
For me and my story is last
Am D G Em
Burung-burung telah pergi bungapun mekar kembali
Am D G
Disaat hujan telah berhenti
Back to Reff 2x
Outtro
Am D G Em
Am D G
Lagu ini saya buat pada sekitar bulan Januari 2014, Saat itu kota Purwokerto sedang diguyur hujan dengan begitu derasnya, hingga seragam OSIS yang aku kenakan pun basah kuyup sepulang dari sekolah. Dan sekarang aku kadang begitu merindukan masa-masa itu, kota Purwokerto yang gerimis sewaktu sore, hujan-hujanan sepulang sekolah, main band futsal dan lapangan sepak bola, tiap sudut tempat dan jalanan yang sering aku lalui dan semua cerita yang pernah ada.
Aku begitu merindukannya hingga kini rentang jarak ratusan kilometer yang membentang dari titik nol kilometer Pantai Anyer Banten-Purwokerto menjadi kenyataan yang harus aku hadapi. Mungkin semua orang dikota itu dan semua kisah indah itu perlahan mulai melupakanku namun aku takan pernah melupakannya. Sebagai salah satu kota terindah yang pernah aku tinggali.
Dan pada akhir bulan itu tepatnya Senin 27 Januari 2014, beberapa minggu menjelang ujian praktek sekolah. Aku mendengar kabar yang tak pernah aku lupakan seumur hidup. kabar itu adalah kematianmu, meskipun kita tidak satu sekolah, kamu adalah perempuan pertama yang membuatku mengerti bahwasannya masa SMK adalah masa yang indah. kamu yang pertama aku kenal di putih abu-abu. Kamu yang lupa aku ucapkan salam kenal, dan kamu yang tak sempat mengucapkanku selamat tinggal. Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal kamu ya kamu. Sebuah rasa yang tak pernah aku ungkapkan dan kini telah aku lupakan. tapi tidak dengan tempat itu, karanglewas. Tempat dimana kamu meninggalkanku untuk terakhir kalinya dan ternyata untuk selamanya. Semoga tenang disana ya.
Tahun 2014 yah aku merasa semua cerita memang telah berakhir di tahun 2014, seperti status facebook yang aku posting satu tahun sebelumnya. "Semuanya, akan menjadi satu tahun terakhir yang singkat". itu adalah tahun terakhirku tinggal di kota Purwokerto, namun aku selalu merasa hidupku telah berakhir pada saat itu. atau aku tak ingin ending yang seperti ini?
Seingatku saat itu aku mulai putus harapan, hidupku tak lagi termotivasi apalagi untuk menulis lagu. Padahal pada kenyataannya ini adalah awal dimana aku mengejar impian dan cita-citaku. Aku sudah berada pada cerita kehidupan yang berbeda, mungkin 3,5 tahun kedepan aku juga harus meninggalkan Kota Serang,Kota Cilegon dan tentunya Pantai Anyer yang penuh cerita.
Entah apa yang akan terjadi kedepannya aku tak pernah tau, pasti Tuhan punya jalan cerita yang baik. Mungkin benar aku tak harus selalu memikirkannya karena pada kenyataanya yang terjadi adalah sebuah hal yang tak pernah sedikitpun aku pikirkan. sungguh hidup ini indah, begitupun cerita hidupku, cerita-cerita indah yang penah aku lalui. Karena memang semuanyapun tidak harus berakhir bahagia. kita hanya cukup meikmatinya, dengan senyuman tentunya hehehe
Senin, 05 Februari 2018
Terima Kasih Bu Silin Semoga Tenang disana
Sejenak aku teringat kembali kenangan lama. Sebuah cerita sekitar 7 Tahun lalu. Pada pertengahan tahun 2011 dimana pertama kali aku memasuki lingkungan baru yang tak pernah aku tahu menghaddirkan begitu banyak cerita indah di massa selanjutnya. Tempat itu adalah SMK N 2 Purwokerto. Salah satu tempat terindah yang pernah aku temui sepanjang hidup.
Ya saat itulah aku pernama kalinya memasuki SMK N 2 Purwokerto sebagai salah satu siswa di jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik.Cerita berawal pada sebuah kegiatan bernama Masa Orientasi Siswa dimana ada salah satu guru yang membawakan sebuah materi yakni ibu Silin Indriyani. aku yang duduk di bangku paling depan mendengarkan materi dengan baik. Dan tak terasa waktu itu telah berakhir.
KBM Pun di mulai saat itu salah satu guru yang memberi materi saat mos Yakni Bu Silin Indriyani menjadi salah satu guru yang mengajar di kelasku. beliau mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Aku yang juga sebagai Santri Madrasah menjadikanku siswa yang paling menonjol di kelas. Bahkan sering juga aku membantu teman yang lain di kelas apabila ada materi yang belum di pahami. 2 Tahun beliau mengajarku karena dengan banyaknya kelas dan jurusan di kelas 12 beliau mengajar dikelas lain. Namun Selama 3 tahun itu Alhamdulillah untuk mata Pelajaran PAI nilaiku selalu tertinggi di kelas.
Aku teringat ketika mengajar beliau selalu membuat suasana yang berbeda dalam hatiku, kadang berdebar, takut ataupun membuat mata ku berkaca-kaca dengan sendirinya. Beliau selalu mengingatkan akan kematian, sesuatu yang paling dekat dengan kita. Dan entah hal itu lah yang membuat diriku berubah sepenuhnya. Untuk selalu menjalankan kewajibannya tanpa melewatkan yang sunnahnya.
Aku juga ingat ketika menjelang pelajaran berakhir beliau selalu memberikan kesempatan untuk bertanya dan sharing tentang hal yang berhubungan dengan agama. Sebuah kesempatan yang benar-benar aku manfaatkan untuk belajar dan memahami ilmu agama lebih jauh.
Menjelang petengahan tahun 2014 aku akhirnya menyelesaikan pendidikan di SMK N 2 Purwokerto, aku pun berpamitan dengan beliau untuk meminta doa restu karena tepat beberapa hari sebelum perpisahan sekolah aku akan mengikuti BIMBEK DI PT ASTRA HONDA MOTOR.
Sebuah masa peralihan yang tak mudah dari status pelajar menjadi karyawan.
Setahun setelah lulus tepatnya pada tahun 2015 tiba-tiba beliau menyapaku lewat sebuah pesan singkat di Facebook. Dan itulah percakapan terakhir sebelum kini beliau kembali untuk menghadap Allah SWT. Mungkin saya bukanlah murid ibu yang terbaik tapi bu guru adalah salah satu guru terbaik yang pernah saya temui. Selamat jalan bu, tenang disana. Semoga diampuni segala khilafnya dan semoga mendapat tempat terbaik disisi Allah SWT. Terima kasih atas semua pesan dan nasehatnya. Insyallah saya akan mengamalkan semua ilmu yang telah engkau ajarkan. Allohuma firlaha warhamha waafina fafuanha, lahulfatihah..







Sabtu, 06 Januari 2018
Setetes Embun (Perjalanan Yang Kelam) - MY LIFE JOURNEY IN BANTEN PROVINCE PART 4
Kota Cilegon, Desember 2017
Jika banyak orang mengatakan rasa sakit karena cinta jauh lebih sakit daripada sakit yang sesungguhnya maka bagiku itu adalah sebuah kesalahan besar. Ya sangat besar. Aku berfikir demikian karena aku merasakan keduanya, sakit karena dikhianati ataupun ditinggalkan kekasih, sakit karena selalu di abaikan seseorang yang kita cintai dan sebuah rasa sakit yang terasa sangat yang seringkali menyerang tubuhku. Jika sakit karena cinta semua akan hilang ketika kita menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan. Cukup Allah SWT yang kamu cintai seutuhnya maka selamanya hidupmu akan tenang dan damai.
Tapi kali ini aku tidak akan membahas sakit yang ini, karena sakit yang disebabkan karena perasaan terhadap seseorang bukanlah sebuah hal yang harus di rasakan sakit. Justru kita harusnya bahagia karena sudah bertemu dengan orang sebaik dia meskipun pada akhirnya dia memilih pergi karena mungkin saja itulah jalan hidup yang telah Allah SWT tentukan.
Menjelang 2 minggu terakhir di bulan desember 3 kali sudah aku masuk klinik, entah kenapa insom selalu menyerangku. kondisi kesehatanku begitu buruk. Aku tak ingat berapa bungkus obat yang telah aku habiskan,tetapi yang terjadi hampir tak pernah ada perubahan yang berarti. ketika malam mulai larut suhu tubuhku meninggi dengan begitu cepatnya. Tubuhku kadang begitu panas dan lemah. Hingga mata ini akan terpejam aku seolah didatangi mimpi buruk dan aku sangat sulit untuk keluar dari mimpi tersebut. ketika aku bisa keluar dari mimpi itu aku terbangun dan waktu masih menunjukan waktu sepertiga malam. akupun mencoba tidur lagi namun badan terasa tidak karuan, semua seolah menjadi satu kesatuan yang absrak. Aku berusaha menahannya sekuat mungkin, rasa sakit yang teramat itu berasar dari sebuah organ dalam tubuhku yakni otak, ketika aku memikirkan sesuatu rasa sakit di bagian kepala itu semakin bertambah.
Anehnya ketika pagi hari rasa sakit itu berangsur berkurang, dan semua yang terjadi semalam selalu saja sangat sulit aku ingat. Yang aku rasakan hanya rasa sakit pada tubuh yang teramat. Meskipun tak lebih dari 2 jam aku tertidur paginya tetap aku paksakan untuk berangkat bekerja. Semua tak banyak berubah hanya rasa lemas dan nafsu makanku yang hilang.
ketika malamnya rasa sakit itu datang lagi, kali ini tidak hanya di bagian pusat kepala, tapi bagian perut. Entah ketika siang aku tak merasakan apa-apa namun ketika malam kondisi ini begitu buruk. Sakit di perut itu teramat sakit, aku tak tahu apa penyebabnya, dan sungguh sakit ini begitu menyiksa. Ingin aku meminta pertolongan kepada seseorang karena aku sadari hanya ada aku di kostan ini,sementara teman satu kostku sedang bekerja shift malam.
Aku mencoba menahan namun aku tak kuat lagi, berpindah dari kamar depan ke belakang, mencari minyak kayu putih, berpindah lagi ingin rasanya mencari minum. Hingga untuk mengambil air minum rasanya tidak kuat lagi. Apa yang terjadi? Kenapa aku menjadi selemah ini? Rasa sakit itu terus menyerang hingga Pagi menjelang dan aku tertidur dengan sendirinya karena kondisi tubuh yang sangat menurun.
Pada tanggal 20-21 Desember kondisiku lebih baik, kali ini aku tertidur dengan waktu sedikit lebih lama. Aku besyukur karena pada tanggal 23 aku harus bertolak ke kota Purwokerto. Sebuah daerah yang menyisakan begitu banyak cerita di masa laluku, selain Kota Solo.
Jum`at 22 Desember 2017, setelah sekian lama aku tidak masuk kuliah akhirnya aku kembali ke kampus. Aku sangat senang berkumpul dengan teman-teman kelas yang selalu memberikan keceriaan di hari-hariku kini. Malam itu hanya ada satu mata perkuliahan yakni MK Bahasa Indonesia, ini adalah pelajaran yang sangat aku gemari ketika SMK juga SMP. Selepas sakit yang cukup panjang aku tertinggal begitu jauh dalam materi perkuliahan hingga aku tidak ingat ada presentasi hari ini. Sebuah presentasi tentang menyimak dimana 5 mahasiswa harus presentasi jika ingin mendapatkan nilai A. Satu persatu teman kelasku mulai mempresentasikan simakannya, waktu demi waktu aku curi untuk merangkum sebuah buku tentang penulis yang mengguncangkan dunia. Buku itu memang selalu aku bawa bersama tasbih yang ada di tas bagian dalam. Aku tertarik pada kisah salah satu penulis dalam buku itu yakni JK rowling.
Ketika giliran orang kelima atau terakhir, aku bergegas untuk mengajukan diri dan mempresentasikan autobiografi dari JK Rowling dan ternyata aku mendapat penilaian lebih dari dosen. Dan menjelang perkuliahan usai dosen memberitahukan jika nilaiku terbaik di kelas hingga saat ini. Alhamdulillah aku sangat bersyukur. Namun aku tahu diatas langit masih ada langit, dan kali ini aku teringat kembali akan rasa sakit.
Sekitar jam 11 malam aku sampai di kostanku sepulang kuliah, aku harus beristirahat besok adalah perjalanan panjang ke Purwokerto Jawa Tengah, kampung halamanku. Namun sakit itu muncul lagi, setelah sekitar 2 hari menghilang tetapi ketika tengah malam badanku kembali diserang demam yang tinggi. kakiku begitu dingin hingga aku berlari ke dapur menghangatkan air untuk mengkompres. Kondisiku kembali menurun drastis. Begitu buruk ini situasi yang buruk dan waktu menunjukan setengah 3 pagi tetapi demam belum juga turun. Aku hampir meneteskan air mata. Bagaimanapun aku harus tidur, untuk melupakan sakit ini bagaimana besok sampai aku tidak masuk kerja padahal hari selanjutnya aku mengambil cuti untuk ke kampung halaman. Cuti 2 hari yang telah aku perjuangkan? atau aku kembali untuk sekedar di UGD. Entahlah ini begitu buruk, bahkan untuk memikirkan apapun dan waktu terus berjalan dan akupun tertidur. Meskipun tidak sampai 1 jam.
Paginya aku bergegas pergi ke tempat kerja, aku tahu hari ini tidak begitu banyak pekerjaan sehingga aku masih bisa berangkat dengan kondisiku yang buruk. Gerimis meenyelimuti hari ini, kota Cilegon Serang dan Tanggerang pun akhirnya terlewati.
Bus Primajasa yang aku tumpangi kini mulai melesat menuju terminal kampung rambutan tampat aku turun. Aku segera mencari loket pemberangkatan bus jurusan Purwokero. Tapi sial agen telah dikuasai calo, dan bahkan hampir semua. Beberapa agen yang dipercaya pun telah penuh. Masa iya Jakarta - Purwokerto 350.000 seharga kereta eksekutif? hahaha ada - ada saja.
Aku keluarkan smartphoneku mencari info tentang agen tapi tujuanku berubah ke grab yang akan membawaku menuju terminal Pulau Gebang dengan waktu yang semakin berjalan. Perjalanan terhambat ketika supir grab tidak memiliki sisa pulsa E-Tol hingga membuat waktu terlewat begitu saja.
Jam 10 malam akhirnya aku sampai di Terminal Pulau Gebang, dan seperti yang diduga kondisinya begitu ramai dan bus sudah banyak yang penuh. Aku mendapatkan Bus Jurusan Jogja dengan tiket seharga 200.000. Aku mendapatkan tiket ketika semua pembayaran telah beres. Bus hampir berangkat dan aku hampir ribut dengan pengurus bus tersebut. Bagaimana tidak, aku membayar 200.000 sama dengan semua penumpang yang lain. Bahkan sebelumnya saya disuruh membayar 225.000. Dalam persetujuan aku mendapat tempat duduk dan ternyata apa? SAYA TIDAK MENDAPAT TEMPAT DUDUK DAN DI PAKSA DUDUK DI TANGGA BUS. Parahnya uang tidak dapat aku ambil kembali. Separah inikah orang bekerja apakah harus menipu orang lain? Tapi kenapa harus disaat kondisi seperti ini? Ya Allah, kuatkanlah aku.
Daripada kondisi memburuk, aku tetap menaiki dan duduk di tangga bus tempat penumpang menaiki bus. Dingin sesak dan pengat, dan aku pastikan malam ini pun aku kembali tidak akan memejamkan mata. Semua rasa pasti sudah anda bayangkan dalam kondisi tidak sehat 2 malam tidak tidur dan melakukan perjalanan sejauh ini, dan berada di tempat yang sangat tidak layak dan berbahaya. aah sudahlah aku tidak peduli.
Kondisi bus juga sangat buruk mesin yang sudah down, AC yang kehabisan freon dan sopir yang masih tahap belajar menjadikan sebuah perjalanan yang memuakkan. Semogaa ini segera berakhir.
Hingga pagi menjelang aku masih berada pada posisi yang tidak menyamankan, hingga aku sadari kini aku berada di Bumiayu Jawa Tengah. Bus kembali berhenti untuk rehat, daripada membuang waktu aku segera turun dan mencari bus lokal yang menuju ke Purwokerto.
Setetes embun menandakan hari telah pagi kembali, membasahi dedauanan di sebuah daerah yang sejuk dengan aroma pegunungan juga pedesaan. Setetes embun yang menghilangkan satu cerita di kota yang jauh disana.
Aku amati lingkungan sekitar terlalu banyak yang berubah hingga tanpa aku sadari aku telah sampai pada suasana pagi yang tenang dan damai, aku merasa badanku begitu lemas dan semuanya begitu berat.
Tak banyak yang aku lakukan selama di Purwokerto, aku hanya menghabiskan waktu yang singkat ini dirumah. Bayangan RSUD ataupun UGB semakin menghilang, kini aku lebih baik. Dan di hari terakhir aku sempatkan waktu untuk menggunjungi hutan pinus serang. Sebuah daerah sejuk di Purbalingga Jawa Tengah. Suasana yang begitu menenangkan, Serang yang berbeda dengan Serang yang jauh disana. Tak ada lagi toll, flyover, ataupun kemacetan yang begitu parah.
Biasanya ketika pulang ke kota ini selalu aku sempatkan untuk menemui seseorang, namun setetes embun kala pagi itu mengingatkan akan semua yang telah berlalu dan telah begitu lama terlewati. bahkan dengan rasa sakit di tubuh ini. Harus aku sadari semua telah berubah, dan banyak cerita baru telah tertulis ketika aku tak lagi ada disini. Bayangan tentang seseorangpun semakin menghilang bersama kelap-kelipnya lampu malam kota Purwokerto yang mulai padam.
Rabu, 27 Desember 2017 aku kembali ke Banten dengan mengendarai sepeda motor, berharap menghilangkan sakit di tubuh ini. Perasaan berat kembali muncul ketika akan meninggalkan kota kelahiran yang penuh kenangan ini. Aku kendarai motor dengan kencang hingga berasa melayang-layang di Pantura. Motor melaju dengan sangat cepat bahkan tubuh ini seperti telah diterbangkan oleh angin. Aku tau jika sedikit tergelincir atau bahkan terjatuh aku bisa mati. Tapi hidup dan mati adalah kuasa Allah, semua orangpun akan mati. Aku sadari tubuh ini seperti terus melayang terbawa angin, Ini adalah kebebasan, inilah perjalanan seorang lelaki. Sesungguhnya laki-laki diciptakan bukan untuk menjadi manusia yang lemah. Ketika sampai Jakarta aku sempat kehilangan arah hingga akhirnya sampai di tangerang sekitar jam 1 malam.
Aku lebih lagi menancap motor dengan lebih kencang karena waktu yang sudah larut, jalanan yang sangat sepi dan juga begal yang banyak berkeliaran di daerah sini. Sesaat tubuhku dihantui dua kekhawatiran. Namun aku langsung saja buang dua kekhawatiran itu.
Aku teringat ketika beberapa kali seperti dihadapkan pada sebuah bayangan orang menyeberang jalan di sepanjang jalur pantura. Jalur rawan kecelakaan yang merupakan penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Aku hanya berdoa sepanjang jalan dan berusaha selalu fokus dan menghilangkan kantuk karena sekali jatuh mungkin semua bisa berakhir. FOKUS, FOKUS, FOKUS!! aku harus selalu fokus melawan rasa kantuk lelah juga jalan yang tak terlihat dengan begitu jelas.
Sekitar setengah tiga pagi aku sampai pada kostanku di Kota Cilegon,Banten. kurang dari 13 jam waktu yang di tempuh ketika aku berngkat dari kota Purwokerto pada jam 2 siang. Sebuah perjalanan yang tak selambat biasanya. Sebuah perjalanan yang entah sampai kapan harus aku jalani. Perjalanan panjang 4 Provinsi yang tak pernah aku pikirkan.
Tak ada lagi kenngan dengan seseorang, setiap orang datang dan pergi dengan begitu cepat dan pada akhirnya yang tersisa hanya diri kita sendiri. Kini aku telah kembali menjalani kehidupanku seperti biasa di Kota Cilegon Banten. Menjalani rutinitas kehidupan yang padat dengan sakit di tubuh yang sering kali muncul untuk menjadikan cerita lain yang membuat jalan hidup ini menjadilebih indah.
Kadang aku ingin kembali ke masa lalu, sebagai seorang Sticker yang tak pernah lelah untuk berlari, penyerang dengan daya jelajah dan akurasi goal tinggi. Seorang anak lelaki kecil yang tersenyum gembira ketika mampu mencetak goal untuk kelasnya ataupun desanya. Namun semuanya harus terpaksa terhenti, aku telah pergi jauh dan semakin terlupakan. sebuah masa yang hanya bisa aku kenang, tapi aku ingat ada seorang yang selalu mengatakan untuk jangan pernah memikirkan lagi masa lalu karena yang kita hadapi ada saat ini. Semmua yang berakhir ya sudah berakhir. Akan terlupa dengan sendiriya. Andaikan aku bisa kembali.
Fase Baru Kehidupan (Masa Awal Perkuliahan) - MY LIFE JOURNEY IN BANTEN PROVINCE Part 3
Ini adalah fase yang pernah aku impikan sebagai suatu kebahagiaan, sebagai masa yang indah. Yah dulu aku berfikir seperti itu. Sebagai lelaki yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu, tak pernah dalam anganku sedikitpun bermimpi untuk melanjutkan kuliah. Dulu, yah ketika untuk menyelesaikan SMK saja semuanya sudah terombang ambing.
Bahkan sejak memasuki masa SMK pun sebenarnya aku sudah bekerja, sepulang sekolah ataupun saat hari libur aku selalu membantu almarhum pamanku di besalen. Dan uang itu aku kumpulkan untuk membeli handphone seperti yang dimiliki semua teman kelasku. Untuk saling SMSan dan sebagainya.
Bulan demi bulan berlalu menjelang kenaikan kelas 2 SMK akhirnya aku memiliki sebuah handphone Nokia bekas, itulah hape pertamaku. Namun baru beberapa minggu handphone itu tak sengaja jatuh karena kondisi rumah yang gelap karena saat itu aku baru pulang mengaji di pondok dan waktu sudah larut malam. Aku sengaja tidak menyalakan lampu karena takut membangunkan orang tuaku. Dan akhirnya handphone itu rusak, mungkin karena kondisinya bekas sehingga tidak bisa diperbaiki lagi aku sangat sedih. Hingga menjelang kunjungan industry waktu dimana semua siswa menikmati liburan dan pelajaran baru study banding di Jakarta, ini adalah moment yang harusnya aku kenang, tapi sayang di moment seperti ini aku tidak memiliki handphone bahkan untuk mengabari keluarga dirumah atau siapapun.
Begitupun di sekolah, aku sering di panggil wali kelas karena tidak pernah mengambil raport, biaya SPP ataupun sebagainya masih banyak yang tertunggak, namun aku bersyukur karena beasiswa supersemar menyelamatkanku.
Aku teringat ketika sepulang sekolah kondisi rumah tak seperti biasanya, tanpak lebih kacau. Aku tahu ada yang tidak beres, aku merasakan orang-orang telah datang dan meninggalkan rumahku. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dan sebuah berita yang membuat detak jantungku lebih cepat dari biasanya. Ya sebuah kabar yang tak begitu baik, namun aku masih bersyukur karena ayahku masih di beri umur panjang. Beliau terjatuh dari pohon yang cukup tinggi, untung banyak warga sekitar yang memberi pertolongan. Namun tetap saja sepertinya beberapa bagian tubuhnya mengalami keretakan.
Setelah itu aku sama sekali tidak meminta uang kepada ayah ataupun ibuku, setiap hari aku berangkat sekolah dengan sepeda usang yang remnya telah rusak. Perjalanan dari rumahku ke sekolah cukup jauh, namun semangat membuatku menghilangkan semua kelelahan itu.
Massa putih abu-abu adalah masa yang indah, dan cinta monyet pun kadang sering muncul pada masa itu. Dan setiap cowo pasti akan berusaha terlihat perfek ataupun maksimal di depan wanita. Dan rasa itu kadang membuatku menjadi sangat minder, aku yang berangkat dengan sepeda usang sementara mereka menggunakan motor yang bagus. Juga kadang banyak banyak siswi yang melihatku dengan tatapan aneh ketika angkot yang mereka tumpangi menyalip sepeda usangku. Mungkin itu tatapankasihan, tapi entah tatapan kasihan ataupun apa aku tak peduli, aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Ketika ayah ataupun ibuku memberikan saku aku tak pernah memakainya untuk mwmbeli jajan, ketika aku ingat buku LKSku banyak yang belum dibayar. Saat istirahat aku hanya menghabiskan waktu di masjid ataupun perpustakaan sekolah.
Dan tak terasa masa itu telah terlewati, hidupku telah jauh berubah tapi entah kenapa terkadang aku rindu masa itu?
Kini aku punya handphone baru yang canggih, Motor Besar yang aku beli dari hasil kerjaku di PT. bukan sepeda usang tanpa rem lagi. Tapi kenapa? Karena sesungguhnya hidup di kampung sendiri bersama keluarga selalu lebih indah daripada menyepi sendiri jauh di kota Orang.
Dan setelah menjadi karyawan tetap aku memutuskan melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Serang, Banten. Jarak tempat kost hingga kampus jika lancer bisa ditempuh dengan waktu 1 jam. Aku memilih mengambil kampus tersebut karena akreditasinya yang cukup baik. Sehingga karena niat tak apalah, meski dengan jarak yang jauh. Lagipula aku pernah menjalani hidup yang berat ketika SMK.
Namun aku tak tahu entah pilihan ini benar atau salah tapi inilah jalan hidup yang telah aku pilih. Baru di awal perkuliahan kuliahku sangat berantakan, bukan karena aku lelah ataupun mengeluh, tapi karena jadwal kerjaku yang menjadi lebih padat dan banyak waktu bentrok ketika aku bekerja saat shift sore.
Ketika pekerjaan lancar, 16.30 aku meninggalkan pabrik, dan sampai di kost jam 16.45 tanpa istirahat aku bergegas mandi dan sholat ashar. Setelah itu aku langsung berangkat kuliah, dan biasanya dengan kecepatan penuh aku sampai di kampus ketika waktu maghrib. Atau terkadang bebeapa menit sebelum perkuliahan pertama dimulai pada pukul 18.30.
Lelahnya bekerja dan jarak yang sangat jauh membuatku tanpak kacau di kelas, tapi aku tak peduli. Meskipun absenku terburuk, namun aku bersyukur aku salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik di kelas. Aku selalu mempelajari materi di internet karena keadaan, hingga beberapa teman kelasku heran kenapa aku yang tidak pernah masuk dapat megerjakan dengan baik tugas-tugas yang dibeikan dosen.
Tapi tak selamanya juga begitu, tetap saja sekali tertinggal lama-kelamaan bisa saja aku tertinggal dari yang lain. Karena setiap dosen memiliki persepsi yang berbeda, ada yang kritis dengan memahami kemampuan mahasiswanya dan banyak pula yang hanya berpedoman pada absen. Semuanaya aku serahkan kepada yang diatas, kepada Tuhan yang lebih mengatur segalanya. Aku hanya bisa berusha dan berdoa.
Ketika awal perkuliahan aku sempat memiliki target untuk menjadi mahasiswa terbaik minimal untuk satu prodi. Tapi jika seperti ini sepertinya kesempatan hanya 0,0001%. Tapi tetaplah Allah SWT yang mengatur. Aku hanya berharap bisa menyelesaikan kuliah dengan nilai yang baik. Apalagi dengan sekarang kondisiku yang sering sakit-sakitan, aku tak memaksakan diri lagi, aku tak menuntut lebih. Aku harap orangtuaku tak pernah mengetahui hal ini. karena aku akan menikmatinya, sebuah masa, waktu kurang lebih 4 tahun dan dikota yang baru ini. Masa yang hanya datang sekali ini saja, masa yang suatu saat hanya bisa aku kenang. Kini aku hanya menjalani setiap inci kehidupan detik demi detiknya dengan sebaik mungkin, Semoga Allah SWT senantiiasa memberikan keberkahan dan lindungannya, Aamiin aamiin ya rabbal alamiin
Langganan:
Postingan (Atom)