Pembelajaran di kelas 7 akhirnya telah benar-benar berakhir. Aku akui kelasku yakni kelas 7B adalah kelas yang paling bandel diantara semua kelas 7 yang ada di sekolah. Bahkan untuk pertandingan sepakbola pun ketika pelajaran olahraga kami bisa mengalahkan kelas 9 karena keberanian dan kebandelannya wkw ga ngaruh juga sih. Sehingga tak heran pada saat classmate untuk perlombaan yang berkaitan dengan kekuatan dan olahraga kelasku selalu menyapu bersih gelar juara.
Meski dibalik semua itu, masalah-masalah yang terjadi di sekolah justru sering terjadi di kelasku. Mungkin guru BK dan guru BP telah melabeli kelasku sebagai public enemy ataupun kelas pembuat onar di sekolah meski pada dasarnya tidak semuanya benar begitu adanya.
Bahkan masalah klasik yang begitu kuno seperti perkelahian antar siswa juga senantiasa terjadi di kelas ini, sungguh ini kelas yang pengap keras dan membosankan.
Aku bahkan pernah berharap agar segera naik kelas agar bisa berpisah. Berpisah dengan mereka yang sungguh meresahkan. Aku merasa semakin menjadi badboys ketika mereka tahu aku berasal dari kelas ini, kelas 7B. kelas berandalan bandit. Tapi harus kalian tahu juara 1 lomba mapel untuk salah satu mapel yakni PAI adalah berasal dari kelas ini. Yaitu diriku. Aku tidak sedang membangga-banggakan diriku tapi memang begitulah ketidaksengajaan yang terjadi.
Aku masih ingat saat itu adalah hari kenaikan kelas. Aku dan teman-teman kelas 7B lainnya (hanya anak laki-laki) berkumpul disebuah tempat duduk yang terbuat dari gabungan beberapa bambu di dekat warung kantin sekolah tempat kami biasa brkumpul. Ini adalah moment yang sangat berbeda kami saling meminta maaf atas segala hal yang pernah terjadi selama setahun terakhir selama bersama. Karena banyak sekali kasus yang menimpa kelasku dari perkelahian antar siswa, bolos, bahkan pernah ada yang mengunci salah seorang siswi perempuan kelas sebelah ketika istirahat, meskpiun itu hanya becanda dan hanya sebentar tapi hal itu sukses membuat hampir semua siswa kelasku mendekam di ruang BK.
Tapi tidak denganku. Saat itu terjadi aku sedang pergi karena aku merasa kebisingan adalah hal yang membosankan.
Masih banyak lagi hal lagi yang pernah terjadi yang aku tidak bisa ceritakan semuanya. Entah tindak kekerasan, bullying dan hal lainnya mungkin kalian semua juga pernah merasakannya.
Seketika aku teringat juga ketika aku dua kali berhasil kabur dari operasi entah dari satpol PP ataupun dari polisi, tapi yang pasti aku merasa aku berada pada kondisi yang buruk dengan firasat yang tidak baik.
Masih teringat dengan pasti di memori ingatanku ketika ibu Anggari selaku guru BK di sekolahku telah mengumumkan ketika hari bebas ataupun pulang lebih awal semua siswa harus pulang kerumah dan mengganti pakaian sekolah terlebih dahulu ketika ingin bermain di tempat umum karena banyaknya razia pelajar yang terjadi di daerahku saat itu.
Tapi dalam benakku aku berfikir dengan pekerjaan polisi yang banyak dan sibuk, mungkin tidak sering atau mungkin hanya sesekali melakukan razia seperti itu. Atau mungkin siasat saja dari para guru untuk menakut-nakuti siswanya agar tidak banyak bermain diluar dan memanfaatkan waktu dengan belajar di rumah karena pada dasarnya ketika pulang gasik, para guru enggan menyebutnya dengan pulang gasik tapi mengganti kata-kata nya menjadi belajar dirumah.
Memang bagiku itu strategi yang cukup tepat begitu halnya denganku ketika sudah sampai rumah dan mengganti baju, rasanya begitu malas untuk bermain. Karena rental PS dan Warnet yang ada letaknya cukup jauh berada di kampung sebelah. Teman-teman lainpun akan susah untuk kembali dikumpulkan ketika sudah kembali kerumah masing-masing karena pada saat itu fasilitas handphone juga masih minoritas dan aku juga belum mempunyainya.
Untuk mengumpulkan dan mencari waktu yang tepat untuk bermain dan berkumpul pun serasa hanya membuang waktu sehingga aku lebih memilih langsung ke daerah warnet ataupun rental PS yang ada di karanglewas sebagai sasaran utama ketika pulang gasik karena jaraknya hanya sekitar 4 menit waktu tempuh lari jogging dari kelasku di SMP.
Aku biasanya bermain di tempat rental PS di ruko sebelum pasar Karanglewas, jika bosan bermain Play Station aku memutuskan pergi ke warnet dan di warnet itulah aku mulai mengenal Facebook, Friendster ataupun lawan jenis hahaha karena kadang banyak juga murid perempuan sekolahku yang entah berkedok mau mengeprint,mengerjakan tugas ataupun membuka fb disitu haha.
Adapun warnet yang sering aku kunjungi Adalah Broli Net yang berada diutara jalan utama Karanglewas-Ajibarang dan ada juga Light Net di area ruko karanglewas yang cukup terkenal saat itu, dan satu lagi sebuah warnet yang cukup besar di sebelah selatan jalan raya utama Karanglewas-Ajibarang tepatnya sebelum monument jendral soedirman. Itu adalah warnet dimana aku hampir tertangkap tim razia untuk kedua kalinya.
Tempat-tempat tersebut adalah yang biasa aku kunjungi sepulang sekolah pada saat itu pada sekitar tahun 2008 dimana aku masih menjadi siswa kelas 7 SMP, dan sepertinya semua tempat tersebut telah lama tidak digunakan lagi dan bekasnya pun sepertinya sudah tidak ada, mungkin semua orang sudah melupakannya. Karena ketika seminggu yang lalu yakni 23 Agustus 2018 setelah 10 tahun berlalu ketika aku menunggu bus yang akan membawaku ketempat saat ini aku berada aku melihat karanglewas yang telah sangat jauh berbeda dari hari itu, hari dimana karanglewas pernah menjadi saksi bisu tentang pelarian-pelarianku di masa lalu.
Untuk kejadian pertama aku sedang berada di rental game PS di areal ruko bersama teman kelasku seperti Marvi,Egy dll. Kebetulan saat itu adalah hari bebas, karena tidak ada remidi dan kami tidak ada jadwal bertanding di classmate. Sekitar jam 08.30 WIB aku sudah berada di rental PS tsb. Karena saat itu kondisi sekolah sungguh sedang begitu membosankan. Aku begitu menikmati game winning eleven yang di sajikan Play Station tersebut.
Ketika baru setengah jam permainan yakni sekitar pukul 09.00 W.I.B aku berencana ke tempat pengambilan koin untuk menambah waktu bermain. Karena ruko tsb di desain cukup modern sepertihalnya apartemen ataupun mall di Jakarta, aku melihat ada beberapa mobil polisi dari sisi kaca lantai atas tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk rental PS di lantai bawah. Aku yang menyadari hal yang tidak baik akan segera terjadi, dengan segera langsung mengambil tasku dan memberi isyarat kepada kedua temanku untuk segera mengambil langkah seribu, Langkah seribu untuk meninggalkan area ruko secepat mungkin.
Kebetulan di lantai atas ruko tersebut ada toilet dan di sebelahnya ada sebuah pintu yang terlihat usang dan dengan cukup kesulitan dan keadaan yang aku coba untuk tenang akhirnya aku bisa membukanya dan itu adalah pintu keluar. Disitu ada tangga belakang menurun . tempat itu sedikit kumuh seperti gudang yang tidak lama dipakai. Aku terus turun hingga akhirnya aku menemukan pintu keluar belakang ruko yang langsung menghubungkan dengan lahan persawahan yang luas. Aku berlari dan terus menyelinap di pematang sawah dan 1-0. Aku lolos.
Untuk kejadian yang kedua kasusnya hampir sama saat itu Aku bersama Arif dan Khusnul pergi ke warnet yang sebelumnya telah aku ceritakan. hari itu kami pulang lebih awal karena guru ada rapat. Tidak ada hal yang berarti selama kami bermain. Hal ganjil terjadi ketika aku selesai membawar uang sewa warnet dan akan segera pulang. Kaca dan pintu belakang masih menjadi penyelamatku di hari itu. Kaca yang luas dan lebar membuatku mudah dan leluasa melihat lingkungan luar warnet dengan jelas, sehingga dari jangkauan yang cukup jauh sudah jelas bagiku untuk memberi aba-aba kepada arif untuk segera berlari menuju pintu belakang karena 2 mobil polisi dengan sirine telah berhenti dan petugas segera melakukan razia dan tentunya pasti lebih ketat namun aku juga tentunya dalam keadaan yang lebih siap.
Ruangan yang sederhana dan waktu yang tepat bisa membuatku keluar dari pintu belakang dengan cepat. Menuju jalan sempit dan perkampungan padat. Aku lihat arif berlari mengikutiku tapi tidak dengan khusnul, mungin khusnul sudah terlebih dahulu keluar karena ketika aku melihat polisi aku sudah tidak melihat khusnul di dalam warnet tersebut.
Aku berlari menuju gang-gang kecil yang sudah aku hafal dan tujuan akhirnya adalah jalan ke rumah dan aman. Hingga akhirnya warnet itu telah begitu jauh terlewati dan akhirnya 2-0 untukku. Aku menghela nafas panjang, kini aku sudah berada di jalan tepi sungai susukan di belakang sekolahku. Itu adalah satu-satunya jalan terobosan yang biasa aku lalui ketika pulang sekolah.
Aku berhenti di suatu warung di pinggir sungai susukan, Itu adalah warung langgananku ketika pulang sekolah dan mampir membeli es, Warung tanpak sudah sepi. biasanya banyak juga anak perempuan dari sekolahku yang juga pulang jalan kaki karena tinggal di daerah pasir juga sedang ngobrol dan juga ngumpul disitu. Tapi hari itu tidak ada satupun, mungkin mereka sudah pulang dan memang benar ini sudah terlalu sore untuk waktu pembelajaran yang memang berakhir lebih awal.
Aku menghela nafas, lalu menariknya kuat-kuat lalu menghempaskannya. Perjalanan hari itu akhirnya berakhir dan penggrebekanpun telah berakhir dan mungkin memang harus aku akhiri.
Setelah 2 peristiwa itu, semua berbeda. Aku pastikan itu adalah hari terakhirku bermain kucing-kucingan dengan macan. Entah kenapa aku menjadi malas pergi lagi ke tempat-tempat tersebut. Aku kembali mengabiskan waktu lebih banyak dirumah seperti dahulu lagi, aku menjadi begitu malas bepergian. Aku keluar ataupun pergi mungkin hanya untuk bermain bola, futsal ataupun mengerjakan tugas. Dan seperti itulah semua berakhir. Karanglewas, Razia, SMP N 4 Purwokerto, Sungai susukan. Semuanya adalah kenangan. Terima kasih pernah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar