Kehidupan

Cara menghasilkan uang dari blog

Jumat, 31 Agustus 2018

Daily 21 Penggrebekan di Karanglewas

Pembelajaran di kelas 7 akhirnya telah benar-benar berakhir. Aku akui kelasku yakni kelas 7B adalah kelas yang paling bandel diantara semua kelas 7 yang ada di sekolah. Bahkan untuk pertandingan sepakbola pun ketika pelajaran olahraga kami bisa mengalahkan kelas 9 karena keberanian dan kebandelannya wkw ga ngaruh juga sih. Sehingga tak heran pada saat classmate untuk perlombaan yang berkaitan dengan kekuatan dan olahraga kelasku selalu menyapu bersih gelar juara.

Meski dibalik semua itu, masalah-masalah yang terjadi di sekolah justru sering terjadi di kelasku. Mungkin guru BK dan guru BP telah melabeli kelasku sebagai public enemy ataupun kelas pembuat onar di sekolah meski pada dasarnya tidak semuanya benar begitu adanya. Bahkan masalah klasik yang begitu kuno seperti perkelahian antar siswa juga senantiasa terjadi di kelas ini, sungguh ini kelas yang pengap keras dan membosankan.

Aku bahkan pernah berharap agar segera naik kelas agar bisa berpisah. Berpisah dengan mereka yang sungguh meresahkan. Aku merasa semakin menjadi badboys ketika mereka tahu aku berasal dari kelas ini, kelas 7B. kelas berandalan bandit. Tapi harus kalian tahu juara 1 lomba mapel untuk salah satu mapel yakni PAI adalah berasal dari kelas ini. Yaitu diriku. Aku tidak sedang membangga-banggakan diriku tapi memang begitulah ketidaksengajaan yang terjadi.

Aku masih ingat saat itu adalah hari kenaikan kelas. Aku dan teman-teman kelas 7B lainnya (hanya anak laki-laki) berkumpul disebuah tempat duduk yang terbuat dari gabungan beberapa bambu di dekat warung kantin sekolah tempat kami biasa brkumpul. Ini adalah moment yang sangat berbeda kami saling meminta maaf atas segala hal yang pernah terjadi selama setahun terakhir selama bersama. Karena banyak sekali kasus yang menimpa kelasku dari perkelahian antar siswa, bolos, bahkan pernah ada yang mengunci salah seorang siswi perempuan kelas sebelah ketika istirahat, meskpiun itu hanya becanda dan hanya sebentar tapi hal itu sukses membuat hampir semua siswa kelasku mendekam di ruang BK.

Tapi tidak denganku. Saat itu terjadi aku sedang pergi karena aku merasa kebisingan adalah hal yang membosankan. Masih banyak lagi hal lagi yang pernah terjadi yang aku tidak bisa ceritakan semuanya. Entah tindak kekerasan, bullying dan hal lainnya mungkin kalian semua juga pernah merasakannya.

Seketika aku teringat juga ketika aku dua kali berhasil kabur dari operasi entah dari satpol PP ataupun dari polisi, tapi yang pasti aku merasa aku berada pada kondisi yang buruk dengan firasat yang tidak baik. Masih teringat dengan pasti di memori ingatanku ketika ibu Anggari selaku guru BK di sekolahku telah mengumumkan ketika hari bebas ataupun pulang lebih awal semua siswa harus pulang kerumah dan mengganti pakaian sekolah terlebih dahulu ketika ingin bermain di tempat umum karena banyaknya razia pelajar yang terjadi di daerahku saat itu.

Tapi dalam benakku aku berfikir dengan pekerjaan polisi yang banyak dan sibuk, mungkin tidak sering atau mungkin hanya sesekali melakukan razia seperti itu. Atau mungkin siasat saja dari para guru untuk menakut-nakuti siswanya agar tidak banyak bermain diluar dan memanfaatkan waktu dengan belajar di rumah karena pada dasarnya ketika pulang gasik, para guru enggan menyebutnya dengan pulang gasik tapi mengganti kata-kata nya menjadi belajar dirumah.

Memang bagiku itu strategi yang cukup tepat begitu halnya denganku ketika sudah sampai rumah dan mengganti baju, rasanya begitu malas untuk bermain. Karena rental PS dan Warnet yang ada letaknya cukup jauh berada di kampung sebelah. Teman-teman lainpun akan susah untuk kembali dikumpulkan ketika sudah kembali kerumah masing-masing karena pada saat itu fasilitas handphone juga masih minoritas dan aku juga belum mempunyainya.

Untuk mengumpulkan dan mencari waktu yang tepat untuk bermain dan berkumpul pun serasa hanya membuang waktu sehingga aku lebih memilih langsung ke daerah warnet ataupun rental PS yang ada di karanglewas sebagai sasaran utama ketika pulang gasik karena jaraknya hanya sekitar 4 menit waktu tempuh lari jogging dari kelasku di SMP.

Aku biasanya bermain di tempat rental PS di ruko sebelum pasar Karanglewas, jika bosan bermain Play Station aku memutuskan pergi ke warnet dan di warnet itulah aku mulai mengenal Facebook, Friendster ataupun lawan jenis hahaha karena kadang banyak juga murid perempuan sekolahku yang entah berkedok mau mengeprint,mengerjakan tugas ataupun membuka fb disitu haha.

Adapun warnet yang sering aku kunjungi Adalah Broli Net yang berada diutara jalan utama Karanglewas-Ajibarang dan ada juga Light Net di area ruko karanglewas yang cukup terkenal saat itu, dan satu lagi sebuah warnet yang cukup besar di sebelah selatan jalan raya utama Karanglewas-Ajibarang tepatnya sebelum monument jendral soedirman. Itu adalah warnet dimana aku hampir tertangkap tim razia untuk kedua kalinya.

Tempat-tempat tersebut adalah yang biasa aku kunjungi sepulang sekolah pada saat itu pada sekitar tahun 2008 dimana aku masih menjadi siswa kelas 7 SMP, dan sepertinya semua tempat tersebut telah lama tidak digunakan lagi dan bekasnya pun sepertinya sudah tidak ada, mungkin semua orang sudah melupakannya. Karena ketika seminggu yang lalu yakni 23 Agustus 2018 setelah 10 tahun berlalu ketika aku menunggu bus yang akan membawaku ketempat saat ini aku berada aku melihat karanglewas yang telah sangat jauh berbeda dari hari itu, hari dimana karanglewas pernah menjadi saksi bisu tentang pelarian-pelarianku di masa lalu.

Untuk kejadian pertama aku sedang berada di rental game PS di areal ruko bersama teman kelasku seperti Marvi,Egy dll. Kebetulan saat itu adalah hari bebas, karena tidak ada remidi dan kami tidak ada jadwal bertanding di classmate. Sekitar jam 08.30 WIB aku sudah berada di rental PS tsb. Karena saat itu kondisi sekolah sungguh sedang begitu membosankan. Aku begitu menikmati game winning eleven yang di sajikan Play Station tersebut.

Ketika baru setengah jam permainan yakni sekitar pukul 09.00 W.I.B aku berencana ke tempat pengambilan koin untuk menambah waktu bermain. Karena ruko tsb di desain cukup modern sepertihalnya apartemen ataupun mall di Jakarta, aku melihat ada beberapa mobil polisi dari sisi kaca lantai atas tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk rental PS di lantai bawah. Aku yang menyadari hal yang tidak baik akan segera terjadi, dengan segera langsung mengambil tasku dan memberi isyarat kepada kedua temanku untuk segera mengambil langkah seribu, Langkah seribu untuk meninggalkan area ruko secepat mungkin.

Kebetulan di lantai atas ruko tersebut ada toilet dan di sebelahnya ada sebuah pintu yang terlihat usang dan dengan cukup kesulitan dan keadaan yang aku coba untuk tenang akhirnya aku bisa membukanya dan itu adalah pintu keluar. Disitu ada tangga belakang menurun . tempat itu sedikit kumuh seperti gudang yang tidak lama dipakai. Aku terus turun hingga akhirnya aku menemukan pintu keluar belakang ruko yang langsung menghubungkan dengan lahan persawahan yang luas. Aku berlari dan terus menyelinap di pematang sawah dan 1-0. Aku lolos.

Untuk kejadian yang kedua kasusnya hampir sama saat itu Aku bersama Arif dan Khusnul pergi ke warnet yang sebelumnya telah aku ceritakan. hari itu kami pulang lebih awal karena guru ada rapat. Tidak ada hal yang berarti selama kami bermain. Hal ganjil terjadi ketika aku selesai membawar uang sewa warnet dan akan segera pulang. Kaca dan pintu belakang masih menjadi penyelamatku di hari itu. Kaca yang luas dan lebar membuatku mudah dan leluasa melihat lingkungan luar warnet dengan jelas, sehingga dari jangkauan yang cukup jauh sudah jelas bagiku untuk memberi aba-aba kepada arif untuk segera berlari menuju pintu belakang karena 2 mobil polisi dengan sirine telah berhenti dan petugas segera melakukan razia dan tentunya pasti lebih ketat namun aku juga tentunya dalam keadaan yang lebih siap.

Ruangan yang sederhana dan waktu yang tepat bisa membuatku keluar dari pintu belakang dengan cepat. Menuju jalan sempit dan perkampungan padat. Aku lihat arif berlari mengikutiku tapi tidak dengan khusnul, mungin khusnul sudah terlebih dahulu keluar karena ketika aku melihat polisi aku sudah tidak melihat khusnul di dalam warnet tersebut.

Aku berlari menuju gang-gang kecil yang sudah aku hafal dan tujuan akhirnya adalah jalan ke rumah dan aman. Hingga akhirnya warnet itu telah begitu jauh terlewati dan akhirnya 2-0 untukku. Aku menghela nafas panjang, kini aku sudah berada di jalan tepi sungai susukan di belakang sekolahku. Itu adalah satu-satunya jalan terobosan yang biasa aku lalui ketika pulang sekolah.

Aku berhenti di suatu warung di pinggir sungai susukan, Itu adalah warung langgananku ketika pulang sekolah dan mampir membeli es, Warung tanpak sudah sepi. biasanya banyak juga anak perempuan dari sekolahku yang juga pulang jalan kaki karena tinggal di daerah pasir juga sedang ngobrol dan juga ngumpul disitu. Tapi hari itu tidak ada satupun, mungkin mereka sudah pulang dan memang benar ini sudah terlalu sore untuk waktu pembelajaran yang memang berakhir lebih awal.

Aku menghela nafas, lalu menariknya kuat-kuat lalu menghempaskannya. Perjalanan hari itu akhirnya berakhir dan penggrebekanpun telah berakhir dan mungkin memang harus aku akhiri. Setelah 2 peristiwa itu, semua berbeda. Aku pastikan itu adalah hari terakhirku bermain kucing-kucingan dengan macan. Entah kenapa aku menjadi malas pergi lagi ke tempat-tempat tersebut. Aku kembali mengabiskan waktu lebih banyak dirumah seperti dahulu lagi, aku menjadi begitu malas bepergian. Aku keluar ataupun pergi mungkin hanya untuk bermain bola, futsal ataupun mengerjakan tugas. Dan seperti itulah semua berakhir. Karanglewas, Razia, SMP N 4 Purwokerto, Sungai susukan. Semuanya adalah kenangan. Terima kasih pernah ada.

Minggu, 26 Agustus 2018

Daily 20 Akhir Tahun Yang Mencengangkan

Hari demi hari kini telah berlalu, perlahan aku mulai melupakan segala hal buruk yang telah terjadi di waktu sebelumnya. Kini kondisiku telah membaik. Semua kini mulai berjalan seperti biasa dan semestinya. Ditambah kini aku mulai aktif dalam organisasi di sekolah. Pada pertengahan kelas tujuh ini aku dipilih menjadi salah satu pengurus OSIS di sekolahku. Salah satu SMP Negeri di Kota Purwokerto.

Disini kemampuanku untuk bicara didepan banyak orang mulai terlatih. Dari diskusi kelompok hingga pembahasan kegiatan demi kegiatan yang sering diadakan oleh pengurus OSIS di sekolahku. Bagiku menjadi pengurus OSIS bukanlah beban tetapi sebagai amanah sebagai siswa-siswi yang terpilih di sekolah. Salah satu hal yang menyebabkan aku terpilih menjadi anggota karena aku berhasil menjadi juara pertama lomba pidato yang diadakan di sekolah dan juga aku yang menjabat sebagai pengurus kelas.

Setiap awal bulan pengurus OSIS bertugas menjadi petugas upacara bendera dimana aku selalu ditugaskan sebagai pembaca doa. Aku sangat menikmati tugas ini karena bagiku doa adalah segalanya. I believe pray is to answer every problem in my life because pray is mysterious power of Allah SWT. Sebagai seorang beragama doa adalah yang paling utama, tidak hanya dalam satu agama namun untuk semua agama. Meskipun semua mempunyai jalan masing-masing untuk kembali kepada sang pencipta.

Selain menjadi pengurus OSIS aku juga tergabung di tim sepakbola sekolahku. Aku biasa berlatih tiap selasa dan sabtu sore di sebuah Stadion sepakbola yang ada di Karanglewas. Aku biasanya berangkat menggunakan sepeda karena rumahku yang tak begitu jauh dari lapangan tempat aku biasa berlatih. Aku masih ingat bagaimana perjuanganku untuk mengumpulkan uang untuk membeli sepatu bola. Karena tepat ketika masuk SMP aku juga tergabung di salah satu SSB ternama yang cukup terkenal disini yakni SSB Bintang Sembilan.

Aku memutuskan untuk bergabung karena di kampungku sepak bola tidak begitu berkembang. Hanya bermain biasa saja dengan liar tanpa ada pelatihan. Aku ingat sepatu bolaku yang pertama adalah seharga 35.000 yang aku beli di komplek pertokoan didaerah kebondalem dengan membonceng sepeda bersama ayahku selepas berjualan di komplek Pasar Wage Purwokerto. (sekarang entah betul atau tidak aku mendapatkan kabar bahwa tempat tersebut telah digusur karena suatu hal yang tidak aku ketahui dengan pasti).

Jujur aku tidak begitu menikmati dengan pasti akan segala hal yang aku alami pada saat kelas 7. Semua seolah berjalan lebih cepat dari biasanya. Juga kecepatan bus sinar mas yang saat itu aku naiki dari sekolahku menuju salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di wilayah Barlingmascakeb yakni Owabong.

Setiap bulan sekali setelah selesai jam pelajaran di sekolahku ada kegiatan renang. Sekolahku sendiri sudah bekerja sama dengan tempat kolam renang sekaligus lokawisata tersebut. Jadi hampir tiap ada kegiatan renang selalu di laksanakan di tempat tersebut. Kecuali ketika lokawisata tersebebut dalam masa perbaikan infrastruktur ataupun hal lainnya yang tidak memungkinkan untuk dibuka pelayanan.

Meskipun dengan biaya masuk sekaligus transportasi yang hanya sekitar 20.000 rupiah persiswa, tetap saja jumlah itu terasa besar bagiku pada saat itu dengan uang saku seribu ataupun dua ribu perharinya. Sementara ayahkupun tidak selalu memberikanku uang untuk berangkat karena aku akui kondisi perekonomian keluargaku saat itu sangatlah sulit.

Aku bersyukur hampir tiap tahunnya bisa mendapat beasiswa di sekolah sehingga bisa meringankan beban orang tua ku. Membuka kisah lama tentunya akan mengingatkan kembali tentang peristiwa-peristiwa terdahulu sepertihalnya sebuah peristiwa mencengangkan di hari itu, ada hal yang tak pernah aku lupakan ketika suatu waktu di sebuah sore yang mendung aku begitu bahagia ketika aku bisa mengikuti renang dan pergi ke Purbalingga dengan teman-teman di kelasku.

Aku sungguh begitu menyukai perjalanan. Dan aku merasa perjalanan ini akan terasa asik. Sepulang sekolah tepatnya setelah selesai shalat Dzuhur aku dapati semua teman sekolahku telah berhamburan menjuju bus untuk berebut tempat duduk. Hal yang sangat membosankan bagiku. Akhirnya akupun ikut berangkat dengan rombongan. Aku masuk kedalam bus ketika beberapa saat sebelum bus di berangkatkan dengan berebekal uang lima ribu rupiah dengan sebuah botol air mineral yang aku bawa dari rumah sejak berangkat sekolah.

Setelah sampai kami dikumpulkan disebuah kolam renang untuk melakukan peregangan, pembahasan materi serta penilaian. Aku yang sejak kecil terbiasa berendam di sungai dengan aliran deras di kampungku tidak begitu kesulitan dan akhirnya bisa menyelesaikan pernilaian dengan lancar. Penilaianpun berakhir, aku bersyukur karena mendapat nilai yang cukup bagus. Setelah selesai penilaian biasanya guru yang bersangkutan membebaskan kami untuk menikmati wahana yang ada dengan lama waktu dan persetujuan awal yang terlebih dahulu ditentukan misalnya dilarang pergi seorang diri (yang jomblo seneng nih) dilarang hilang hahaha lebih jelasnya dengan peraturan-peraturan standar untuk menjaga keselamatan dan keamanan yang mungkin sudah begitu anda pahami.

Adapun wahana-wahana yang tersedia di Owabong menurutku cukup mewah bahkan sangat mewah jika dibandingkan dengan kolam renang lainnya di wilayah Barlingmascakeb apalagi dibandingkan dengan sungai-sungai di kampungku yang telah begitu banyak aku jelajahi. Wahana-wahana tersebut seperti pelosotan dengan ketinggian sekitar 3 lantai. Ini adalah wahana favoritku saat itu. Lalu ada mangkok tumpah, Kolam Arus dan Pantai Tsunami. Dan nama terakhir adalah yang memberi kesan bagiku yang mungkin akan terus aku kenang sepanjang hidupku.

Mungkin aku tidak ingat begitu banyak karena saat itu kondisiku antara sadar dan tidak sadar. Aku hanya mengingat-ingat yang disampaikan beberapa teman dekatku dengan kata-kata yang bagiku cukup menyedihkan. Saat itu aku sebenarnya sudah berkeliling wahana di sekitar objek wisata. Tapi karena hampir semua siswa belum ada tanda-tanda untuk menyudahi penjelajahan dengan berganti pakaian. Aku dan teman-temanku saat itu memutuskan bermain di Pantai Tsunami karena waktu pulangpun masih cukup lama.

Meskipun namanya pantai tapi tetap saja ini hanyalah pantai buatan dan wahana yang cukup menarik justru pada sebuah haling rintang di samping pantai buatan tersebut. Saat itu aku sedang bermain perang-perangan menggunakan bantal dengan posisi berdiri diatas pipa besi yang dibuat seperti jembatan. Mungkin diameternya sekitar 30cm. Ketika aku lengah aku merasakan sebuah pukulan ringan menggunakan bantal yang sekaligus mebuat keseimbangantubuhku goyah.

Aku kehilangan keseimbangan, aku berfikir akan beruntung jika aku jatuh saja pada kolam tersebut. Tapi kenyataan justru kakiku terpeleset. Beberapa detik kemudian teerjadi benturan yang begitu keras antara dadaku dengan pipa besi tempat aku berpijak, aku terjatuh. Aku sempat merasakan tubuhku kembali terbentur benda keras lainnya sebelum benar-benar jatuh kedalam air. Tapi aku sudah terlanjur sesak nafas terasa begitu sakit dan pandangankupun buram. Semuanya seketika menjadi berwarna hitam.

Kenapa ya? Aku sedikit merasakan ketika banyak orang menggotongku dengan terburu-buru. Tiba-tiba aku merasa dikelilingi banyak orang dengan suara yang ramai. Hingga akhirnya aku bisa sedikit membuka mataku. Aku sudah berada ditempat peristirahatan masih lengkap dengan baju olahraga kuning hijau SMPku yang masih basah. Kudapati Pak Saburo dan Pak Trisno sedang memijat bagian dada dan lambungku.

Jika aku ingat saat itu sakit sekali. Aku telah benar-benar sadar dan aku merasa begitu kesakitan bahkan air mata hampir menetes di pipiku aku mencoba menahannya apalagi banyak siswa mengumpul ingin melihat kondisiku. Aku merasa malu dan terus berpura-pura untuk tetap tegar tanpa memperlihatkan rasa sakit yang teramat sangat dan nafas yang sesak meski aku dapati usahaku gagal total.

Beberapa saat kemudian ketika semua mulai membaik aku dapati banyak siswa telah bersiap pulang. Aku merasa aneh, hari itu kami pulang lebih cepat dari biasanya. Sambil menhan rasa sakit aku segera berganti pakaian untuk segera beristirahat di bus. Aku tidak begitu memikirkan hal lain, aku lelah sekali, aku mau istirahat.

Diperjalanan pulang aku bertanya kepada salah seorang temanku yang duduk di bangku bus yang berada disebelahku. Dia melihat pasti bagaimana kemalangan sore itu terjadi. Katanya aku terpeleset. Aku terjatuh. Tubuhku terbentur pipa besi dengan keras pada bagian dada. Aku terjatuh kedalam kolam dengan kondisi sedikit kejang. Katanya tubuhku sudah pucat sekali. Teman-teman yang berada disitu dengan segera menolongku dan memberi tahu pak guru. Dan seketika terjadi kepanikan diantara teman-teman yang lainnya. Ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Setelah itu pak guru memutuskan untuk menyudahi kegiatan. Semua siswa disuruh berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pulang khawatir ada hal buruk lain yang terjadi. Begitu katanya.

Bus pun terus melaju meninggalkan Purbalingga untuk kembali menuju ke Purwokerto. Menutup cerita di hari itu. Satu persatu cerita pun berakhir hari itu akhirnya pun berlalu hanya menyisahkan kenangan yang masih bisa ku ingat dan akan selalu aku ingat meski hanya sedikit yang teringat. Hari telah berganti, pagi kini telah berganti kembali. Tiba saatnya masa-masa akhir tahun ajaran. Dan di saat itu ketika hari-hari akhir di kelas 7 di akhiri dengan classmate dan happy day seketika berubah menjadi sad day setelah mendapat kabar salah satu teman satu angkatanku ada yang telah berpulang.

Suasana menjadi berkabung seketika. Annisa siswi kelas 7 A yang juga bersebelahan dengan kelasku akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan Leukimia. Meskipun aku tidak begitu akrab namun aku sedikit mengenalnya karena sering berpapasan didepan kelas. Hal itu sukses membuatku tidak bisa tidur, aku terus membayangkannya. Di usia semuda itu maut bisa menjemput kapan saja. Entah kenapa saat itu aku selalu di merasa khawatir. Sebuah pelajaran berharga bagiku yang terus meningatkanku bahwa dunia ini terlalu sebentar, hanya sesaat. Untuk Annisa semoga kau tenang di alam sana. Senantiasa mendapatkan tempat terbaik disisinya. Aamiin