Persami (Perkemahan sabtu minggu) aku tidak tahu dengan pasti apakah singkatannya seperti itu atau bukan karena aku sungguh begitu malas untuk mengikuti ekskul pramuka yang diwajibkan di sekolahku. Selain sangat membosankan, aku kehilangan satu waktu pentingku di Jum`at sore untuk berlatih di SSB. Bahkan ketika ada pertandingan aku memilih pertandinggan SSB yang menurutku jauh lebih penting, Kurang lebih seperti itulah pemikiranku saat itu.
Padahal kegiatan seperti itu justru dimanfaatkan dengan baik oleh teman-temanku yang lain termasuk Ugy dan Marvi. Itu adalah moment yang sangat pas bagi mereka untuk berkenalan dengan teman baru. Teman yang aku maksud saat ini adalah teman perempuan.
“Mangkat lah yo, nggo hiburan men ora jenuh” kata Marvi yang artinya berangkatlah yo buat hiburan supaya ngga jenuh”
“Sekalian cuci mata sama yang bening” Kata Ugy menyahut.
“Kalau urusan cewe mah kalian kenceng, hahaha ” Balasku sambil tertawa.
Pada saat kelas 7 SMP mereka berdua adalah teman terdekatku di kelas. Marvi adalah teman Madrasahku dari kecil sementara Ugy berasal dari desa Karangnangka, Kedungbanteng. Namun karena dirinya mondok di salah satu pesantren yang ada di desa Pasir membuat dirinya sering datang ke rumahku yang cukup dekat dengan pondok tersebut.
Seperti itulah ketika kami bersama penuh kebahagiaan dan keceriaan, (Ketika SMK Ugy melanjutkan ke sekolah yang berbeda denganku, hingga kontak kami pun terputus. Aku mendapat kabar ketika awal-awal SMK dia sempat mengalami kecelakaan parah di daerah karangsalam hingga koma. Entah benar atau tidak dimanapun kamu sekarang berada semoga senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT aamiin).
Pada akhirnya meskipun mereka terus membujuk aku tetap tidak berangkat. Begitupun dengan Persami. Persami diadakan setiap awal masuk SMP bagi siswa-siswi baru kelas 7. Kegiatan tersebut diadakan dengan maksud agar bisa lebih mengenal dan akrab satu sama lain. Meningkatkan pemahaman tentang kepramukaan dan juga untuk lebih mengenal lagi lingkungan baru di sekolah dan sekitarnya.
Aku sendiri sebenarnya tidak membenci pramuka. Aku justru menyukainya, ketika SD aku pernah mengikuti LT 2 di Pangebatan. Saat itu aku menginap 3 hari 2 malam di Perkemahan. Dan aku sangat menikmati suasananya juga pengalamannya. Banyak teman-teman baru yang aku temui. Apalagi ketika kegiatan mencari jejak. Saat itu hujan turun begitu derasnya di desa pangebatan namun kami tetap melanjutkan keliling kampung ditengah guyuran hujan untuk menyelesaikan game. Andai bisa kembali, mengingatpun tak semuanya. Karena sungguh ini sudah terlalu lama berlalu. Jika mungkin salah satu dari kalian para pembaca dimanapun kalian berada yang sama-sama mengalami petualangan hari itu. Aku harap kalian merindukannya.
Aku sendiri masih penasaran dengan persami di sekolah, meskipun lebih sederhana mungkin akan sedikit mengingatkanku akan kenangan LT 2 saat kelas 5 SD di desa Pangebatan. Sehingga aku putuskan untuk mengikuti persami dengan mendaftar sebagai peserta dengan mengikuti kegiatan Pramuka di Jumat terakhir menjelang persami dengan harapan lain agar di Semester 2 tidak harus mengulang lagi untuk mengikuti ekskul Pramuka.
Aku sadari ketika kegiatan itu aku sedang dalam kondisi yang tidak begitu sehat namun aku memaksakannya untuk tetap berangkat. Dan jumat siang itu dengan penuh perjuangan aku telah berada dikelas lebih awal untuk membahas Persami bersama Riska, Nida dan beberapa teman lain yang telah menungguku. Sementara Marvi dan Ugy kudapati mengobrol bersama Pipin, Reza, Lukman dan Tofa di luar kelas.
Saat itu kami membahas tidak begitu banyak hanya persiapan akhir dan kelengkapan yang akan dibawa sebelum persami. Aku sendiri menamai kelompokku dengan nama kelompok Singa dan untuk perempuan Melati aku tidak tahu alasannya tapi karena memang aturannya untuk laki-laki menggunakan nama hewan dan perempuan menggunakan nama bunga.
Setelah semuanya beres ingin rasanya aku segera menuju parkiran, karena kondisiku yang sudah tidak karuan. Suhu badanku yang sudah meningkat dengan cepatnya hingga pusing yang mulai membayangi bagian kepalaku. Ketika aku hendak mengambil sepeda yang aku bawa ke sekolah, hujan turun dengan derasnya. Karena sudah terlajur basah akhirnya aku segera memakai mantelku dan bergegas pulang.
Meskipun pada dasarnya aku tidak akan menerobos walaupun memakai mantel sekalipun.
Setidaknya aku masih memiliki tenaga hingga semuanya terasa gelap. Yap, sepeda usang yang aku kendarai menabrak truk. Entah darimana datangnya aku tak dapat mengingatnya hanya aliran hujan deras yang terdengar begitu jelas di telingaku bersama rasa sakit perih, aku ingin istirahat.
Aku lupa, aku tidak begitu ingat yang telah terjadi.
Bahkan aku lupa jika esoknya adalah kegiatan persami. Orang tuaku tidak sempat mengabarkan satu orangpun temanku tentang apa yang telah terjadi. Mungkin mereka mengira aku sengaja tidak berangkat karena malas untuk mengikutinya. Hingga kabar itu datang. Kabar yang menyisakan kesedihan karena kudapati beberapa hari selanjutnya aku tetap tidak ada di kelas karena sebelumnya aku hampir tidak pernah bolos mengikuti pelajaran ketika di kelas.
Waktu berlalu, akhirnya aku masuk kembali ke sekolah dengan rasa yang berbeda. Aku kadang merasa sakit dibagian ulu hatiku ataupun kadang di bagian dada. (aku tidak bisa mengingat dengan pasti tapi sepertinya ini juga berkaitan dengan perisiwa yang terjadi di kolam renang Owabong sore itu yang akan aku tuliskan pada cerita selanjutnya).
Aku menghabiskan banyak waktu disekolah hanya dengan tiduran di UKS atau bahkan sampai ketiduran ketika kudapati dikelas teman-teman yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing. Ataupun kadang ketika kondisiku begitu buruk aku diantarkan oleh guru pulang ke rumah. Dan yang paling teringat adalah pak Saburo guru yang harusnya sudah pensiun namun tetap membantu mengabdi di sekolah, dengan motor sederhana beliau mengantarkanku kerumah. Beliau sendiri meninggal ketika aku kelas 8 atau 9. Beliau adalah guru olahragaku dikelas 7. Pelajaran yang paling aku sukai. Kini beliau telah lama meninggalkan dunia ini. Semoga amal ibadahnya diterima dan segala dosanya dapat terampuni.
Kini aku sadari malam yang aku tunggu itu telah berlalu 2 minggu yang lalu. Keadaanku sendiri disitu begitu menyiksa aku masih lemas, luka ringan setelah kecelakaan telah sembuh namun tidak bebeapa pada bagian dalam. Ditambah eyangku yang merawatku saat itu salah memberikan obat hingga dosis itu terlalu tinggi. Jantungku berdetak sangat kencang suhu badanku begitu tinggi bahkan hingga semalaman aku tidak bisa memejamkan mata.
Hari itu aku sadari adalah fase terparah dalam hidupku. Aku bersyukur masih diberi nafas hingga saat ini saat dimana aku masih bisa menuliskan kisah ini. Sungguh aku tak ingin mengingatnya. Saat itu aku sudah berfikir begitu buruk tentang diriku aku merasa malaikat maut telah begitu dekat denganku.
Kesadaranku antara sadar dan tidak sadar, mungkin saat itu orangtuaku pun bergantian menjagaku sepanjang malam karena saat itu aku sungguh takut dan sangat takut. Aku tidak ingin seorangpun meninggalkanku seorang diri. Aku ingin ditemani, keinginan yang sangat tidak biasa bagiku untuk aku sampaikan.
Dalam keadaan serba tidak karuan itu banyak kembali muncul bayanganku ketika bermain bola ataupun mengejar laying-layang di lapangan, bermain di sawah. Dan entah air mata mengalir dengan sendirinya dari bola mataku. Hingga waktu membawaku pada kesadaran penuh, Allah SWT masih punya jalan lain, aku mengambil langkah seribu untuk kembali mengerjar apa yang selama ini aku tetinggal dan berlalu.
Persami, Malam yang ditunggu-tunggu, fase parah. Akhirnya semuapun pergi bersama dengan jalannya sang waktu .
Kehidupan
Rabu, 18 Juli 2018
Minggu, 08 Juli 2018
Daily 18 Purwokerto With Memory
Purwokerto, 10 huruf namun berjuta ceria. Sebuah kota dimana aku tumbuh dan di besarkan. Banyak orang di tempat tersebut berkata, “Bahagia itu sederhana”. Sebuah frase dimana untuk bahagia kita tidak butuh adanya mall mewah. Meski pada kenyataannya tepatnya hampir 4 tahun ketika aku telah meninggalkan kota tersebut, terpampanglah Rita Supermall yang megah menjulang ditengah-tengah ataupun pusat kota kecil tersebut yang sekaligus mengubah trending story dari quotes yang cukup boomming kala itu yakni Purwokerto, kota kecil sejuta cerita menjadi foto selfie ataupun candid dengan latar lingkungan Rita Supermall sebagai backgroundnya.
Meskipun cukup tenar dan sangat hitz aku tidak begitu berminat ke mall tersebut bukan karena sudah bosan dengan hal seperti itu di Jakarta ataupun Cilegon, tapi jujur aku begitu malas keluar rumah jika memang tidak ada hal yang begitu penting ataupun mendesak. Tapi sebenarnya pada kesempatan ini aku tidak akan membahas terlalu banyak tentang itu. Aku hanya akan sedikit mengenang tentang hal-hal sederhana yang pernah terjadi antara diriku dengan kota itu dimasa lalu.
Sambil menikmati hidangan es cokelat yang aku pesan di salah satu café yang tidak pernah aku kenal sebelumnya selama aku bersekolah dan tinggal di kota Purwokerto. Wkwk.taukah kamu tenang 4 huruf tersebut? Aku sedang tidak tersenyum apalagi tertawa. Wkwk adalah nama dari caf tersebut. WKWK aku tak tahu apa maksud dari nama itu tapi siapapun yang pertama merancanakan dan memiliki ide untuk memakai nama itu dengan seluruh jiwa dan raga aku begitu mengapresiasinya.
Karena menurutku itu adalah nama yang anti mainstream dan jauh dari kesan norak sekaligus unik. Bukan karena itu adalah 4 kata ketika aku berpura-pura bahagia saat menulis chat dan aku mendapati balasan yang sangat membosankan bagiku.
Aku pandangi jalanan kota itu dari dalam café hingga tanpa sadar rintikan air dari langit turun dengan derasnya. Hujan yang turun sore itu memudahkanku untuk mengingat kenangan demi kenangan yang seakan kembali muncul bersama rinikan air yang turun dari langit itu. Entah aku begitu menyukai suasana ini, Hujan dingin dan sejuk. Sekaligus untuk perpisahan lagi karena esok aku harus memacu motorku 505km ke ujung barat pulau jawa yakni kota Cilegon.
Bayangan-bayangan yang telah lama menghilangpun kini seolah muncul kembali. Tentang roda mas,Gramedia,Kebondalem tempat dimana banyak aku habiskan waktuku kala putih abu-abu. Ataupun daerah karanglewas tempatku biasa nngkrong bersama teman-temanku setelah pulang SMP. Terlalu banyak jika harus aku ceritakan. Dan sungguh aku rindu, aku sadari semua telah banyak berubah, orang-orangnya juga sudah berbeda. Kadang ketika aku berada di kota ini aku selalu merasa ada yang hilang. Aku selalu seperti merasa mencari sesuatu. Entah seseorang ataupun suatu tempat. Entahlah.
Meskipun cukup tenar dan sangat hitz aku tidak begitu berminat ke mall tersebut bukan karena sudah bosan dengan hal seperti itu di Jakarta ataupun Cilegon, tapi jujur aku begitu malas keluar rumah jika memang tidak ada hal yang begitu penting ataupun mendesak. Tapi sebenarnya pada kesempatan ini aku tidak akan membahas terlalu banyak tentang itu. Aku hanya akan sedikit mengenang tentang hal-hal sederhana yang pernah terjadi antara diriku dengan kota itu dimasa lalu.
Sambil menikmati hidangan es cokelat yang aku pesan di salah satu café yang tidak pernah aku kenal sebelumnya selama aku bersekolah dan tinggal di kota Purwokerto. Wkwk.taukah kamu tenang 4 huruf tersebut? Aku sedang tidak tersenyum apalagi tertawa. Wkwk adalah nama dari caf tersebut. WKWK aku tak tahu apa maksud dari nama itu tapi siapapun yang pertama merancanakan dan memiliki ide untuk memakai nama itu dengan seluruh jiwa dan raga aku begitu mengapresiasinya.
Karena menurutku itu adalah nama yang anti mainstream dan jauh dari kesan norak sekaligus unik. Bukan karena itu adalah 4 kata ketika aku berpura-pura bahagia saat menulis chat dan aku mendapati balasan yang sangat membosankan bagiku.
Aku pandangi jalanan kota itu dari dalam café hingga tanpa sadar rintikan air dari langit turun dengan derasnya. Hujan yang turun sore itu memudahkanku untuk mengingat kenangan demi kenangan yang seakan kembali muncul bersama rinikan air yang turun dari langit itu. Entah aku begitu menyukai suasana ini, Hujan dingin dan sejuk. Sekaligus untuk perpisahan lagi karena esok aku harus memacu motorku 505km ke ujung barat pulau jawa yakni kota Cilegon.
Bayangan-bayangan yang telah lama menghilangpun kini seolah muncul kembali. Tentang roda mas,Gramedia,Kebondalem tempat dimana banyak aku habiskan waktuku kala putih abu-abu. Ataupun daerah karanglewas tempatku biasa nngkrong bersama teman-temanku setelah pulang SMP. Terlalu banyak jika harus aku ceritakan. Dan sungguh aku rindu, aku sadari semua telah banyak berubah, orang-orangnya juga sudah berbeda. Kadang ketika aku berada di kota ini aku selalu merasa ada yang hilang. Aku selalu seperti merasa mencari sesuatu. Entah seseorang ataupun suatu tempat. Entahlah.
Langganan:
Postingan (Atom)