Tahun 2008 itulah awal dari perubahan pertama dalam hidupku, sebuah masa dimana akhirnya aku menjejakan kaki di bangku SMP. Akupun membuka lembaran baruku, aku tak lagi satu sekolah dengan Vian. Teman sebangku ketika SD sekaligus teman petamaku, meskipun tidak lagi satu sekolah namun kami masih sering bermain bersama karena rumah kami yang dekat.
Game Wining Eleven Petualangan ataupun lain sebagainnya masih selalu menghiasi masa SMP kami. Saat itu juga kami bergabung disalah satu SSB terbaik yang ada di daerah kami yakni SSB Bintang Sembilan. Meskipun jarak yang cukup jauh namun kami tak peduli bagaimana caranya agar mimpi dan cita-cita kami menjadi pesepakbola profesional terwujud.
Selain rutin berlatih di SSB, aku juga mengikuti Ekstrakulikuler Sepak Bola di Sekolahku dengan harapan bisa masuk menjadi tim utama sekolah. Meskipun pada akhirnya gagal, aku mendapat kesempatan seleksi di cabang lain yakni atletik namun masih gagal lagi ketika aku hanya berada di posisi kedua di sekolahku.
Dan beginilah aku tumbuh, kehidupan remajaku tak jauh dari sepakbola ataupun bermain game, tiap sore liburan atau pun waktu luang entah bulan ramadhan ataupun siang hari aku tak peduli haha
Bagiku sepak bola adalah hal yang begitu indah, sebuah kerja sama kekompakan yang disetiap tempat kita selalu bertemu lawan dan kawan baru yang pada akhirnya saling mengenal dan berteman baik.
Sementara kedua orangtuaku adalah orang yang sedang bekerja keras untuk menghidupi buah hatinya sehingga bahkan aku hanya memiliki waktu yang sedikit sekali bersama mereka.
Dengan kesibukan mereka aku lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di rumah. Dengan bermain dengan maianan koleksiku ataupun pergi berkeliling kerumah teman yang sekiranya bisa didatangi untuk diajak bermain meskipun kadang aku dapati harus kembali pulang ketika orang tua mereka menyuruhnya tidur siang.
Aku yang kurang terpantau oleh pengawasan orang tua tumbuh mengalir sepertihalnya anak-anak pada umunya. Mengalir mengikuti irama sang waktu.
Meski sebenarnya kebebasan itu tak juga sepenuhnya bebas, apalagi ketika ibuku berada dirumah. Untuk meninggalkan rumah saja adalah sebuah misi tingkat dewa yang kadang tak pernah aku bisa selesaikan. Bahkan hingga akhir SMP aku sadari aku sangat jarang bermain pada malam hari. Hingga mungkin berdampak sampai sekarang kadang timbul rasa malas ketika keluar malam hari meskipun pada dasarnya aku merasa begitu senang ketika aku dapati aku telah berada diluar rumah.
Kurang lebih dalam keadaan seperti itulah aku dibesarkan. Menjadi seorang remaja biasa seperti remaja pada umumnya. yang bisa merasa bosan, merasa kacau merasa jenuh dan merasa lapar. hingga akhirnya tanpa sengaja ketiduran hahaha
Setelah itu aku memulai hari- awal di SMP dengan penuh keceriaan gelak tawa dengan teman-teman baru. Saat itu juga aku mulai mengenal dunia luar. ini terjadi ketika pertemuanku kembali dengan Marvi serong teman madrasahku yang dulu keluar dan kini kita kembali bertemu di SMP yang sana. Dari dialah aku mulai mengerti tentang kelap kelipnya kehidupan malam yang terjadi di kota Purwoketo.
Dan kalau tidak salah saat itu ketika kelas 8 kami sempat membuat sebuah geng bernama The Cute Boys meski pada kenyataannya hanya aku disitu yang baby face haha
Gerombolan geng kami cukup tenar di sekolah, entah kadang dikenal baik ataupun buruk. terserah itu hak semua orang untuk menilai tapi pada dasarnya karena sebagian besar dari kami adalah pengurus OSIS di sekolah termasuk juga diriku. Sehingga kami dengan mudahnya bisa dikenali, terutama pada teman satu angkatan dan adik kelas.
Masa ini juga yang sukses mengubah pribadiku yang introvert menjadi terbuka, masa ini juga yang mungkin membuatku kehilangan salah satu hal yang paling berharga dalam hidupku yang nanti akan aku ceritakan pada kisah selanjutnya.
Hingga akhirnya bakat seniku mumcul di masa ini, kini bukan hanya sepak bola yang muncul dalam hidupku tapi aku juga tergabung dalam sebuah grup band di sekolah kami yang kami beri nama D'rick.
Bersama D`rick biasanya aku rutin berlatih setiap sabtu sore sepulang sekolah di sebuah Studio Musik di daerah Rejasari yang bernama Legos Studio Musik. Setiap pelajaran seni musik aku selalu membawa gitar kesekolah. Gitar itu adalah pemberian kakakku. Meskipun hanya sebuah gitar biasa aku begitu menyukainnya.
Ketika jam kosong ataupun istirahat kami biasa bernyanyi di Kelas. Lagu masa-masa sekolah yang sedang booming saat itu yakni Kita Selamanya yang di populerkan oleh Bondan fade 2 Black menjadi penghibur ditengah kejenuhan, hal itu kami lakukan hingga hari-hari akhir di masa SMP yakni dimana kita akan menghadapi sebuah tantangan terakhir di bangku SMP yakni Ujian Akhir.
Dan hal yang terakhir adalah final pertandingan Sepakbola antar kelas di semester 1 yang menjadi turnamen Sepakbola terakhir bagi siswa yang sudah kelas 9. Tak pernah ada yang meperhitungkan kelasku saat itu yakni 9c selain jumlah siswa laki-laki yang sedikit juga postur kami yang jauh lebih kecil dari pemain kelas 9 di kelas-kelas yang lain.
Namun kadang yang diremehkan bisa berubah menjadi menakutkan, karena pada kenyataan kami berhasil melangkah hingga final. atau mungkin karena tiap tim diisi dari 2 kelas, sesuai urutan.
Dan pertandingan final sepakbola putra kelas 9 adalah hal yang paling ditunggu. Semua murid baik laki-laki ataupun perempuan telah memadati lapangan sekolah atau ada juga yang melihat dari lantai atas. Aku sendiri masih begitu mengingat atmosfer saat itu yang begitu seru ramai dan meriah.
Aku begitu merindukan pertandingan ini, pertandingan final gabungan kelas 9C dan 9D melawan gabungan kelas 9G dan 9H SMPN 4 Purwokerto 2010. Khamim anak kelas 9D yang selaku mantan ketua OSIS yang mengoordinir strategi di tim kami. Pemain di timku sendiri pada babak pertama didominasi anak kelas D, Hanya ada aku, Riyan dan Wuri yang sebagai penjaga gawang diturunkan sebagai starter, sementara 2 pemain andalan lain yakni Gita dan Yosi disimpan di bangku cadangan. Pada kesempatan itu adalah terakhir kalinya aku berduet kembali dengan Tembol di lini depan, Partner bermainku tahun lalu ketika berada di kelas yang sama yakni 8c, sekarang dia berada di kelas 9D. Dia salah satu pemain sepak bola terbaik yang ada di sekolah, permainannya sangat mirip karakter Kojiro Hyuga dalam serial anime Captain Tsubasa. Tapi yang buruk dari dia, dia adalah siswa tunggakan yang bermasalah, ketika di kelas 8 kelasku kalah di semifinal karena dia dipanggil guru BK, saat itu aku tidak bisa berbuat banyak dan gagal mengembangkan permainan. Karena aku sadari di kelas 8c tim sangat bertumpu hanya pada kami berdua, berbeda dengan saat ini. Namun pertandingan final itulah menjadi yang terakhir, setelah itu aku tidak melihatnya lagi disekolah, entah dia keluar atau di keluarkan.
Pertandingan berlangsung dengan intensitas tinggi, Tembol dijaga dengan sangat ketat, aku juga sempat mempunyai beberapa peluang namun belum mampu aku konversikan menjadi goal, Timku mendominasi pertandingan, namun hingga babak pertama berakhir skor masih imbang tanpa goal. Saat menjelang babak kedua, Harys anak kelas 9D yang juga temanku di SSB, mengatakan kepadaku. Andai aku bisa masuk tim dan berada di posisimu pasti aku akan sangat bersemangat, Hampir semua siswa sekolah menyaksikan, katanya kepadaku.
Aku sangat termotivasi, dan berusaha mengerahkan kemampuanku dibabak kedua yang telah di mulai. Setelah melewati beberapa pemain lewat sebuah umpan terobosan aku berhasil mengirim bola datar yang bisa di konversi oleh Tembol menjadi gol, Semua bersorak. Pertandingan semakin ramai dan aku bermain semakin menjadi. Namun justru hal yang kurang diinginkan terjadi, Dipertengahan babak kedua aku digantikan karena Cidera, aku bertabrakan dengan pemain lawan dan salah jatuh.
Menjelang akhir laga hal yg berbeda terjadi, Adit temanku dari kecil, menggagalkan kemenangan kelasku gabungan C dan D. Saat itu adalah pertandingan yang sangat kami tunggu, dari kelas 7 kami selalu berbeda kelas, sehingga selalu menunggu moment untuk berhadapan. Akhirya dioertandingan itulah kami bertanding.
Pertandingan itupun berakhir kelasku kalah melalui drama adu pinalty, namun aku cukup bahagia meski tidak mencetak goal difinal namun masih bisa menjebolkan bola itu hingga pecak sebanyak dua kali dalam satu pertandingan final haha jangan di contoh
Hari-hari penuh keceriaan itu berakhir, Purwokerto 4 juni 2011 itu adalah hari yang berbeda ketika semua kebahagiaan itu kini hanya tinggal kenangan, ya itu adalah hari perpisahan sekolah untuk mengenng masa-masa itu aku sempat menuliskan sebuah lagu seperti Awal Sebuah Cerita, Perjalananku, dan Catatan Terakhirku di Spenpa. meskipun mungkin ancur tapi bodoamat dah itu kan karryaku jadi sukka-suka aku yah hehe
Kehidupan
Minggu, 10 Juni 2018
Daily 16 - Matahari Tengelam, Itu Arah Jalan Pulang
Aku mencoba mengingat-ingat lagi segala yang pernah terjadi, Ingatan seseorang memang sangat terbatas bukan hanya untuk mengingat yang telah begitu lama terlewati. Sesuatu yang terjadi 1 bulan bahkan 1 minggu yang lalu tak pernah dapat kita ingat dengan pasti.
Namun bagiku masa lalu adalah hal yang paling berharga, sebuah kenangan yang memberi pelajaran bahwasannya hidup ini begitu indah. Baru saja aku membaca ceritaku di daily 15 tentang perjumpaanku dengan orang misterius di sebuah lahan persawahan yang kini telah menjadi perumahan yang indah.
Beberapa bulan setelah itu adalah kenaikan kelas 6 di sekolahku. Tak banyak hal yang terjadi ketika aku duduk di kelas 6 sekolah dasar. Sebagian besar waktuku aku gunakan untuk latihan sepak bola dan jadwal les padat menghadapi UN. Hanya ada satu kejadian unik yang akan selalu aku ingat, bahkan mungkin untuk seumur hidupku.
Saat itu aku dan rombongan teman kelasku pergi menggunakan sepeda ke GOR satria untuk melihat pertandingan volly antar sekolah dasar sekabupaten Banyumas. Sekolahku adalah sekolah yang cukup berkembang dalam bidang olah raga, Hampir tiap tahun menjadi juara kecamatan dan mewakili di tingkat kabupaten.
Namun selang berjalannya sang waktu, semua itu kini hanya tinggal sejarah. Pada saat itu sekolahku gagal dalam kejuaraan sekabupaten Banyumas tersebut. Selepas itu kami tidak langsung pulang kerumah. kami mempunyai rencana lain untuk berkunjung ke tempat guru walikelas kami yaitu bapak Widadi yang tinggal didaerah Kembaran Purwokerto.
Saat itu sebenarnya aku sama sekali tidak pernah pergi jauh selain dengan orang tuaku. Jangankan kota Purwokerto, desaku saja belum semuanya terjamah olehku. Yang aku ingat saat itu adalah ketika pulang langit mendung dan hujan turun dengan deras. Teman temanku mengayuh sepedanya dengan cepat dan sialnya rantai sepedaku selalu saja terlepas, dan aku pun kehilangan jejak dari mereka dan yah aku tersesat. Sendiri, entah dimana, dan saat itu aku hampir menangis wkwk Aku menanyakan kepada orang-orang namun orang-orang selalu memberi jawaban yang tak pernah aku mengerti, karena aku memang belum mengetahui lingkungan sekitar dan parahnya aku tersesat di daerah yang jauh dari kampungku tanpa memberi ijin akan pergi kepada kedua orang tuaku.
Bahkan uang satu rupiahpun sama sekali tidak aku bawa. Aku mencoba tetap tenang dengan mengingat ingat ketika berangkat menuju arah timur. maka untuk kembali aku terus mengayuh sepedaku ke arah barat bersamaan dengan rintikan hujan yang mulai reda.
Hari mulai beranjak senja, matahari pun kini mulai tenggelam, aku terus berusaha untuk mengayuh sepedaku kebarat mengikuti tenggelamnya matahari sore itu. Matahari yang tenggelam, mungkin itulah jalan pulang. Saat itu sungguh aku sudah pasrah, aku serahkan semuanya kepasa Allah SWT. Dan benar saja entah keajaiban atau bagaimana aku akhirnya bisa menemukan jalan untuk sampai kerumah. Padahal untuk sekarang saja ketika di bangku kuliah aku masih belum memahami daerah itu. justru ketika sekolah dasar aku pernah melewati semua itu, seorang anak kecil yang melawan hujan dengan sepeda usangnya untuk bisa pulang kerumah ketika dalam perjalanan tertinggal dari teman-temannya.
Sepulangnnya aku hanya menceritakan kejadian ini kepada bapak ku. Beliau hampir tidak percaya haha tapi inilah aku dengan segala kenekatan dimasa kecilku untuk mengetahui hal baru. Beberapa bulan setelahnya adalah hari kelulusan sekolah dasar, meskipun bagiku nilaiku tidak begitu memuaskan setidaknya aku masih bisa di terima di SMP N 4 Purwokerto sesuai keinginan orang tuaku. dan akupun harus berpisah dengan sebagian teman-temanku yang melanjutkan SMP di tempat yang berbedabeda.
Begitupun dengan Alwi teman yang pada akhirnya begitu akrab denganku di akhir masa sekolah dasar harus berpisah ketika dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah lain didaerah kedungbanteng, meskipun demikian pada akhir sekolah dasar inilah banyak kisah persahabatan antara aku dan Alwi, tentunya selain karena ikut di tim SSB (Sekolah Sepak Bola) yang sama, kami juga rutin berlatih sepakbola di lapangan yang ada di kampung kami tiap sore.
Kurang lebih seperti inilah masa akhir sekolah dasarku, begitu banyak hal yang mungkin sederhana namun sangat berarti. Kebahagiaan, keceriaan, perselisihan, pertentangan dan prestasi. Semua seolah berjalan tanpa rekayasa. Sebuah hal yang begitu sangat dirindukan. Untukku.
Namun bagiku masa lalu adalah hal yang paling berharga, sebuah kenangan yang memberi pelajaran bahwasannya hidup ini begitu indah. Baru saja aku membaca ceritaku di daily 15 tentang perjumpaanku dengan orang misterius di sebuah lahan persawahan yang kini telah menjadi perumahan yang indah.
Beberapa bulan setelah itu adalah kenaikan kelas 6 di sekolahku. Tak banyak hal yang terjadi ketika aku duduk di kelas 6 sekolah dasar. Sebagian besar waktuku aku gunakan untuk latihan sepak bola dan jadwal les padat menghadapi UN. Hanya ada satu kejadian unik yang akan selalu aku ingat, bahkan mungkin untuk seumur hidupku.
Saat itu aku dan rombongan teman kelasku pergi menggunakan sepeda ke GOR satria untuk melihat pertandingan volly antar sekolah dasar sekabupaten Banyumas. Sekolahku adalah sekolah yang cukup berkembang dalam bidang olah raga, Hampir tiap tahun menjadi juara kecamatan dan mewakili di tingkat kabupaten.
Namun selang berjalannya sang waktu, semua itu kini hanya tinggal sejarah. Pada saat itu sekolahku gagal dalam kejuaraan sekabupaten Banyumas tersebut. Selepas itu kami tidak langsung pulang kerumah. kami mempunyai rencana lain untuk berkunjung ke tempat guru walikelas kami yaitu bapak Widadi yang tinggal didaerah Kembaran Purwokerto.
Saat itu sebenarnya aku sama sekali tidak pernah pergi jauh selain dengan orang tuaku. Jangankan kota Purwokerto, desaku saja belum semuanya terjamah olehku. Yang aku ingat saat itu adalah ketika pulang langit mendung dan hujan turun dengan deras. Teman temanku mengayuh sepedanya dengan cepat dan sialnya rantai sepedaku selalu saja terlepas, dan aku pun kehilangan jejak dari mereka dan yah aku tersesat. Sendiri, entah dimana, dan saat itu aku hampir menangis wkwk Aku menanyakan kepada orang-orang namun orang-orang selalu memberi jawaban yang tak pernah aku mengerti, karena aku memang belum mengetahui lingkungan sekitar dan parahnya aku tersesat di daerah yang jauh dari kampungku tanpa memberi ijin akan pergi kepada kedua orang tuaku.
Bahkan uang satu rupiahpun sama sekali tidak aku bawa. Aku mencoba tetap tenang dengan mengingat ingat ketika berangkat menuju arah timur. maka untuk kembali aku terus mengayuh sepedaku ke arah barat bersamaan dengan rintikan hujan yang mulai reda.
Hari mulai beranjak senja, matahari pun kini mulai tenggelam, aku terus berusaha untuk mengayuh sepedaku kebarat mengikuti tenggelamnya matahari sore itu. Matahari yang tenggelam, mungkin itulah jalan pulang. Saat itu sungguh aku sudah pasrah, aku serahkan semuanya kepasa Allah SWT. Dan benar saja entah keajaiban atau bagaimana aku akhirnya bisa menemukan jalan untuk sampai kerumah. Padahal untuk sekarang saja ketika di bangku kuliah aku masih belum memahami daerah itu. justru ketika sekolah dasar aku pernah melewati semua itu, seorang anak kecil yang melawan hujan dengan sepeda usangnya untuk bisa pulang kerumah ketika dalam perjalanan tertinggal dari teman-temannya.
Sepulangnnya aku hanya menceritakan kejadian ini kepada bapak ku. Beliau hampir tidak percaya haha tapi inilah aku dengan segala kenekatan dimasa kecilku untuk mengetahui hal baru. Beberapa bulan setelahnya adalah hari kelulusan sekolah dasar, meskipun bagiku nilaiku tidak begitu memuaskan setidaknya aku masih bisa di terima di SMP N 4 Purwokerto sesuai keinginan orang tuaku. dan akupun harus berpisah dengan sebagian teman-temanku yang melanjutkan SMP di tempat yang berbedabeda.
Begitupun dengan Alwi teman yang pada akhirnya begitu akrab denganku di akhir masa sekolah dasar harus berpisah ketika dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah lain didaerah kedungbanteng, meskipun demikian pada akhir sekolah dasar inilah banyak kisah persahabatan antara aku dan Alwi, tentunya selain karena ikut di tim SSB (Sekolah Sepak Bola) yang sama, kami juga rutin berlatih sepakbola di lapangan yang ada di kampung kami tiap sore.
Kurang lebih seperti inilah masa akhir sekolah dasarku, begitu banyak hal yang mungkin sederhana namun sangat berarti. Kebahagiaan, keceriaan, perselisihan, pertentangan dan prestasi. Semua seolah berjalan tanpa rekayasa. Sebuah hal yang begitu sangat dirindukan. Untukku.
Langganan:
Postingan (Atom)