Di kisah sebelumnya aku sudah menuliskan sedikit tentang kelasku yakni kelas 7B. Meski pada dasarnya kelas tersebut cukup bermasalah. Tapi pada akhirnya semua siswa di kelasku naik kelas tanpa masalah. Padahal untuk standarisasi kenaikan kelas di sekolahku yang juga termasuk sekolah favorit , tergolong sangat ketat. Banyak sekali siswa-siswi yang tidak naik kelas entah itu kelas 7, 8 ataupun 9.
Kenyataan itu semakin terlihat jelas ketika 2 kelas tetanggaku yakni 7A dan 7C yang selama ini dinilai lebih baik justru tidak dengan kenyataannya.
Ada sekitar 2-3 murid yang tidak naik kelas di kelas 7C, sementara di kelas 7A, hampir semua murid laki-laki tidak naik kelas. Kalua tidak salah dari 14 siswa laki-laki hanya 5 anak yang naik kelas, sungguh aku sama sekali tidak menyangka.
Kelasku sendiri meskipun naik semua tetap saja kehilangan salah satu muridnya yakni Yusuf yang memutuskan untuk keluar. Aku tak tahu karena masalah apa.
Awalnya dia adalah siswa yang tidak aku sukai dikelas. Sungguh aku terusik darinya, dia sangat usil dan kadang membuat onar di kelas, bahkan diapun pernah hampir ribut denganku. Meskipun dia sedikit lebih besar dan kuat dariku, aku tidak peduli.
Terserah kalian mau menilaiku apa, tapi seperti itulah kondisi emosional untuk seorang anak laki-laki yang baru menginjak remaja. Mereka akan sakit jika terusik karena tidak mudah juga untuk mengontrol diri pada usia-usia tersebut, meski aku sendiripun sebenarnya sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan dengan siapapun.
Tapi ya sependek itulah pemikiranku saat itu, siapa menabur angin pasti akan menuai badai. Aku bukan jagoan, sama sekali bukan, bahkan aku hanyalah anak lelaki yang lemah tapi tidak untuk penakut. Sekali lagi aku bukan berandalan bahkan aku dahulu sangat pendiam. Aku hanya melawan ketika mereka merendahkanku, karena aku bukan pecundang.
Karena hal seperti itulah aku seringkali berantem saat SD, dan setelah terjadi yang aku dapati hanya penyesalan dan perasaan bersalah yang begitu mendalam, kesepian dan menyedihkan. Tapi bagaimanapun itu lakukan karena aku benci kesewenang-wenangan, aku hanya ingin keadilan. Walau bagaimanapun keadilan ya harus diutamakan.
Hingga suatu ketika kekecewaanku begitu memuncak ketika aku yang senantiasa dijahili teman-temanku justru mendapat prilaku yang tidak adil oleh guru olahragaku, justru aku yang disalahkan. aku masih ingat namanya pak Bejo. Aku membantah karena bagaimanapun keadilan harus di tegakan, tapi yang aku dapati justru aku dibentak dan telingaku ditarik dengan keras, ingin rasanya aku menangis.
Tapi keadaan yang buruk membuatku diam, aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi aku rasa ini tak begitu buruk seburuk pukulan tangan kakak-kakak kelas madrasahku yang mendarat telak di muka bagian kananku. Aku dipanggil ke Kantor, mereka bilang aku berantem padahal aku yang dipukuli tanpa sempat melawan, aku dihukum.
Dan dari situlah aku menjadi begitu pendiam, aku tidak peduli lagi. Aku hanya menanggapi apa saja yang menurutku tidak sia-sia dan menghabiskan tenaga untuk ditanggapi. Aku berubah dan benar-benar berubah dan itu hanyalah cerita masa lalu. Dan untuk kasusnya Yusuf pada pertengahan kelas 7 dia jarang sekali masuk, bahkan kadang dalam satu minggu hanya masuk 1 kali yakni ketika ada pelajaran Biologi yang diajarkan oleh Pak Sutikno wali kelasku.
Diapun mulai berubah menjadi pendiam, aku rasa semenjak teman kelas lainnya menjauhinya karena sifatnya yang kurang disukai, diapun seketika menjadi baik kepadaku. Hingga beberapa minggu kemudian dia tak lagi masuk kelas sampai tak ada lagi kabarnya.
Tahun ajaran baru dimulai, sesuai prediksi hampir sebagian besar temanku di kelas 7 berada dikelas yang lain denganku. Mereka tersebar dari kelas A sampai H karena seperti inilah peraturannya.
Perubahan kelas dari ritme yang ekstrim ke ritme yang tenang mungkin menjadikan penyejuk tersendiri.
Pagi itu suasana ramai sekali, para siswa berhamburan mondar-mandir melihat daftar namanya yang terpasang di pintu kelas. Aku sudah tau aku kelas 8c, aku sengaja berangkat lebih awal karena sudah tahu hal yang membosankan seperti ini pasti akan terjadi.
Ketika aku melihat daftar namaku, sama sekali tidak terfikirkan olehku untuk masuk kedalam kelas dan memilih untuk pergi ke lapangan bermain bola, karena hari ini masih bebas.
Hingga datang 2 siswi perempuan membawa buku kemudian menyapaku.
“Maaf, kamu Trio Cahyo kan, Anak ekskul sepak bola?”
“Iya ada apa?” jawabku singkat.
“kamu kelas 8c kan, tolong atur tim futsal kelas buat classmate.”
“lahh kamu siapa? Tanyaku.
“Aku wakil ketua kelas” jawabnya,
“lah kenapa aku?” tanyaku lagi.
“karna kamu mau aku jadiin bendahara kelas haha” balas anak itu sambil tertawa.
“apa hubungannya” hmm Kataku dalam hati.
Setelah itu dua siswi itu pergi entah kemana, aku beristirahat sebentar kemudian masuk ke kelas.
Aku pandangi lingkungan kelas yang tanpak begitu asing, tapi tidak dengan salah seorang siswi perempuan dengan jam birunya yang begitu khas. Aku tahu siapa dia dan sudah sering kali tak sengaja aku amati di kelas sebelah saat kelas 7.
Entah kenapa jantungku berdetak kencang ketika aku melihatnnya. Dia adalah siswi yang populer di sekolah, aku tau banyak anak laki-laki yang menyukainya. Aku pernah berharap akan satu kelas darinya. Dan aku tak menyangka keinginan itu terwujud.
Namun tak pernah ada sedikitpun keberanian dariku untuk mendekatinya, dia orang kaya dan aku bersekolah hanya berharap pada beasiswa.
Tapi seperti itulah yang terjadi, kami akhirnya berteman baik, meskipun aku merasa aneh ketika dia kadang bersikap canggung kepadaku tidak seheboh ketika bersama teman yang lain.
Jika karena aku diam. Dia bisa ramah dan begitu akrab dengan murid lain yang jauh lebih diam dariku. Dan jika aku kurang baik, para gangster kelaspun tak jarang becanda dengan dia. Aku tak mengerti.
Aku hanya beberapa kali menyapanya lewat sms karena kartu perdanaku saat itu memang tidak ada bonus smsnya. Tapi setahun sepertinya waktu yang terlalu singkat untukku untuk bisa lebih akrab darinya, karena pada akhir tahun ajaran selanjutnya dia pindah sekolah ke daerah yang tidak aku ketahui, karena nomer handphonenyapun sudah tidak aktif. Padahal seharusnya kami kembali pada kelas yang sama dikelas Sembilan.
Itulah terakhir saat-saat terakhir aku bertemu dengannya, aku tidak begitu ingat akan segala hal yang terjadi di masa lalu namun seiring waktu berlalu tepat setelah 9 tahun lamanya kami kembali bertemu lewat jejaring social Instagram dan dengan penuh keisengan tanpa basa basi langsung aku tanyakan.
“Apakah kamu masih ingat denganku?”haha balasku kedalam salah satu story instagramnya.
Beberapa saat kemudia balasan itupun datang. “Alhamdulillah masih wkwk” jawabnya.
Kisah pertemanan memang indah kita tak tahu pasti semua itu bisa terjadi, saat itu aku berfikir mungkin tidak akan bertemu lagi dengan teman-temanku selepas perpisahan yang terjadi.
Jika itu untuk saat ini mungkin adalah sebuah hal lucu yang pantas untuk ditertawakan, tapi tidak untuk masa itu.
Siapa yang mengerti internet saat itu? Untuk sekelas handphone jadul pun jarang yang punya, apalagi facebook yang mungkin dibuka tiap bulan sekali. BBM? Belum jamannya. Twitter, Line, Instagram? Apalagi itu. Hahaha
Pada saat itu kehidupan masih terasa begitu luas, karena proses globalisasipun belum sepenuhnya berjuang.
Jika anda tumbuh sebagai seorang remaja yang berada di awal abad 20 pasti begitu memahami kondisi ini.
Hal ini mengingatkanku akan sebuah senja diawal-awal aku mulai menjejakan kehidupanku di sekolah menengah pertama. Aku sempat menuliskan sebuah lagu untuk mendedikasikan kepada semua teman, sahabat atau orang-orang yang pernah singgah dalam hidupku.
Sore itu langit tanpak pekat, aku berada didalam keheningan senja didepan rumahku sambal memetik petikan nada standard chord gitar , setelah itu kata demi kata seolah bersahutan muncul di otakku.
Aku menuliskannya pada sebuah buku oret-oretan miliku pada bagian belakang.
Dan tanpa aku sadari kata-kata itu adalah sebuah lagu pertama yang aku ciptakan, aku beri judul “Awal Sebuah Cerita.
Lagu itu aku tulis pada tanggal 21 Agustus 2007, disebuah buku diatas meja kecil yang tanpak usang di ruang tamu rumah orang tuaku. Dan untuk lirik serta chord gitarnya telah aku tulis pada postinganku sebelumnya. Yakni pada post Selasa, 25 Maret 2014