Kehidupan
Selasa, 04 Juli 2017
Dalam Diam, Tentang Miimpi
Diam adalah cara menjelaskan ketika apa yang kita lakukan tidaklah berguna. Diam bukanlah sebuah keputusasaan. Sementara hidup tak selamanya kita yang menentukan. Bisa jadi itulah salah satu cara untuk tidak memperburuk keadaan ketika semua yang kita lakukan hanya dinilai salah. Kadang banyak orang betindak bodoh ataupun melakukan sesuatu yang mencolok hanya karena teriakan hati mereka. Mereka ingin di perhatikan, mereka ingin di anggap ada.
Tapi tidak denganku, aku merasa tidaklah begitu penting untuk dikenal orang lain. Terserah mereka, aku tidak peduli. Aku tak butuh semua itu, yang aku butuhkan aku hanya selalu berusaha untuk bersikap baik kepada orang lain, apapun penilaian mereka kepadaku adalah kehendak mereka.
Aku pernah merasa takut kehilangan seeorang, tapi aku akan lebih takut jika aku kehilangan kendali diriku sendiri. Sementara kesendirian adalah ketenangan.
Sejak kecil aku selalu memimpikan untuk menjadi pesepakbola profesional, alasanku begitu menyukai sepakbola adalah agar kelak bisa mengharumkan nama bangsa sepertihalnya hampir semua anak yang baru lahir dan didoakan oleh orang-orang agar menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi nusa dan bangsa. Selain itu sepakbola juga mengajarkan hal- hal seperti perjuangan hingga titik darah penghabisan, mental, sportifitas, kerjasama loyalitas, dan banyak hal lainnya.
Tapi sebenarnya selain sepak bola aku mempunyai kegemaran lain yakni musik. Aku tak tahu dari siapa aku menyukai musik. Seingatku aku mulai suka musik ketika aku dilatih vocal untuk mengikuti lomba demi lomba paduan suara di sekolah dasar. Tapi karena suatu hal aku tak memprioritaskan itu.
Saat SD aku selalu mengumpulkan uang sakuku pada sebuah kaleng dibawah tempat tidurku. Uang itu terus aku kumpulkan untuk membeli seragam dan sepatu bola untuk seleksi masuk SSB demi mewujudkan mimpiku menjadi pesepakbola profesional tanpa sedikitpun membebankan kedua orang tuaku. Dengan perjuangan dan kerja keras akhirnya aku lolos masuk salah satu SSB terbaik di Kabupaten Banyumas. Untuk meningkatkan skil aku selalu melatih kedua kakiku dan aku juga terbiasa berlatih atau bertanding dengan orang-orang yang berusia diatasku.
Waktu terus berjalan kedua orang tuaku mulai mengerti keseharianku dan ternyata mereka sangat mendukung mimpiku menjadi pesepakbola.
Ketika mulai duduk di bangku SMP aku akhirnya masuk tim utama di SSB tempatku berlatih. Pengalaman yang tak pernah ku lupakan adalah ketika aku mengikuti pertandingan di beberapa daerah di Jawa Tengah. Disitulah aku mendapat banyak pengalaman berharga juga teman-teman baru.
Saat SMP juga aku mulai sering mengikuti pertandingan tarkam di desaku baik di level senior maupun junior. Awalnya aku minder ketika aku ikut brtanding di tim senior, pasti diluar sana banyak yang membully ketika sedikit saja aku melakukan kesalahan. Tapi pelatih selalu memotivasiku untuk selalu berusaha dan berusaha memberikan yang terbaik.
Namun jalan kehidupan tak selamanya lurus, kadang berkelok, menanjak ataupun menrun. Dan tak pernah aku sangka aku jatuh dan terjerembab. Selepas hanya membawa kelasku juara 2 di sekolah. Disuatu pagi yang memilukan disebuah pertandingan tarkam , pertahanan lawan begitu rapat dan tensi permainan bgitu tinggi keras menjurus kasar. Di lini tengah aku masih mengkeeping bola untuk menjaga tempo dan ritme permaian. Hingga tanpa aku sadar sebuah tackle 2 kaki mendarat pada kaki kanan bagian luarku.
Secepat kilat cahaya samar seolah datang membawa hawa dingin ditengah panasnya pertandingan, aku jatuh dan berusaha bangkit namun kaki kananku tidak bisa digerakan, dengan keraguan aku mencoba melihat apa yang terjadi dengan kaki kananku dan… ya sedikit bengkok di bagian sendi. Dan air mata sedikit demi sedikit tak sengaja keluar dari mataku. Aku menutup mataku dengan kaos dan yang aku ingat saat itu aku benar-benar tidak bisa bediri dan di tandu keluar lapangan.
Dan yang aku tahu setelah itu hampir sekitar 8 bulan aku tidak bermain sepak bola karena kakiku yang tak kunjung sembuh. Dan yang terjadi setelah itu aku tidak masuk tim sepakbola SMPku. Dan dicoret dari skuad SSBku yang di proyeksikan untuk mengikuti kompetisi level junior. Untuk focus penyembuhan dan UASBN tingkat SMP yang sudah dekat aku keluar dari SSB. Rencanaku setelah sembuh aku akan di bawa teman ayahku untuk meneruskan SMA di Purwakarta dan bergabung dengan tim Pelita Jaya Junior (sekarang Arema FC) menyusul beberapa pemain asal Banyumas yang di bawa teman ayahku dan akhirnya lolos masuk tim utama.
Namun setelah itu nasib baik seolah menjauhiku permainanku menurun drastis, aku tak pernah benar-benar sembuh . ketakutan akan cidera lama itu masih terbayang-bayang. Aku tidak jadi berangkat ke Jawa Barat. Aku sempat kembali merumput dalam beberapa pertandingan futsal antar desa. Tapi memang tak bisa di paksakan lagi, aku bekali-kali tidak bisa menyelesaikan pertandingan karena kaki kananku bermasalah. Bahkan sudah tak bisa ku ingat berapa kali aku di tandu keluar lapangan.
Kini sepak bola ataupun futsal hanyalah kenangan aku gagal mewujudkan mimpiku, meskipun usiaku masih sangat belia, aku merasa telah jauh tertinggal. Meski sampai sekarang aku masih bermain futsal hanya sekedar menjaga kebugaran, terkadang cedera itu tetap kembali datang. Meski semenjak SMK aku lebih melatih kaki kiriku.
Mungkin kejadian yang aku alami karna aku yang terlalu memaksakan fisik dan keadaanku, hingga aku melupakan apa yang akan terjadi adalah konsekuensiku yang terlalu berani mengambil resiko atas keputusanku yang salah ketika seharusnya aku belum boleh bermain namun tetap bermain hingga kini tak lagi bisa bermain. Kadang aku ingin menangis tapi aku lelaki, andai waktu bisa diulang kembali ke masa keemasaan itu, hanya penyesalan yang ada kini.
Sudah berakhir ya, sepertinya..
Disela-sela menghabiskan waktu penyembuhan cedera yakni saat kelas 3 SMP, aku diajak beberapa temanku untuk bermain music band. Aku memang suka menyanyi namun aku tak begitu lihai memainkan musik. Aku merasa tidak berbakat. Meski begitu semenjak SMP aku kadang juga berlatih gitar hanya iseng aja ketika kecapaian main bola.
Dari iseng itulah aku mencoba iseng bikin lagu, dan akhirnya aku ketagihan beberapa lagu akhirnya tercipta atas motivasi teman-temanku. Tiap hari sabtu sepulang sekolah di SMP N 4 Purwokerto aku selalu pergi ke rental music untuk berlatih bersama teman-teman kelasku. Untuk pemula menurutku cukup baik meski kami tak pernah sekalipun manggung hingga hari kelulusan datang.
Tetapi hobby baruku ini sangat di tentang kedua orang tuaku, entah alasan apa mereka tidak pernah mendukung , apalagi ibuku. aku selalu di marahi habis-habisan oleh ibuku kalau aku ketahuan ngeband. Tapi tetap saja aku selalu pergi diam-diam untuk ngeband demi teman-teman yang menungguku.
Aku rasa band tidak pernah bertentangan dengan nilai agama karena aku ngeband juga hanya iseng ngilangin jenuh saja.
Hari demi hari berganti, lagu demi lagu aku ciptakan. Band smpku telah berakhir. Dan akhirnya aku menemukan band yang sesungguhnya. Meski hanya masih dalam diam-diam, aku membentuk sebuah band yang awalnya beraliran reegae dengan teman kelasku X TITL 3 SMK N 2 Purwokerto. Awalnya kami hanya iseng aja dan tidak ada maksud apa-apa, tapi pemilik studio dimana kami berlatih (Kelvin Studio Music) selalu menyarankan kami untuk tampil pada suatu acara. Bapak pemilik yang begitu baik ini juga kemudian memberikan sebuah nama untuk band kami yakni GRASSHOPPER.
Setelah itu aku dengan band yang iseng ini akhirnya tampil pada acara-acara kegiatan sekolah ataupun pentas seni di kota kami meski tidak membawakan lagu ciptaan sendiri. Hal yang sama sekali tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Bahkan untuk memimpikannya pun aku tidak pernah. Tapi suatu saat aku pernah berangan mungkin tidak aku menyanyikan lagu ciptaanku sendiri didepan banyak orang.
Menjelang akhir kelas 12 yang menjadi masa-masa akhir SMK tak pernah ku pikirkan sebelumnya juga aku sempat bermain akustik di café-café di kotaku. Hanyauntuk penghibur semesta hingga akhirnya ketika aku meninggalkan kota Purwokerto aku bisa membawakan lagu ciptaanku sendiri didepan banyak orang tepatnya di sebuah acara music mahakarya Indonesia di sekitar area pelabuhan merak banten, meski kalau ketahuan ortu juga kayaknya masih dimarahin, dan aku mencoba menjalaninya dalam diam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar