Untukmu
Paman
Jika aku boleh bertanya tentang bagaimana kehidupan
anda saat ini? Bahagia,senang,menggembirakan atau sedih? Penuh dengan noda
hitam kelam? Sebaliknya jika seseorang yang bertanya kepadaku entah mungkin aku
tak pernah bisa menjawab. Bagiku hidup itu seperti angin dapat berubah
seenaknya dengan cepat. Sepertihalnya diriku.
Tulisan ini bukanlah sebuah karangan fiksi seperti
yang banyak aku tulis di tulisanku sebelumnya, ini adalah kisah nyata dari diriku
sendiri, penulis blog ini.
Sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku. Namaku
Triocahyo Utomo aku biasa di panggil Cahyo, aku berasal dari keluarga yang
hidup di kalangan menengah kebawah di kota Purwokerto, Jawa Tengah. Jika ingin
lebih jelas lagi mungkin lebih tepat aku hidup di kalangan bawah, tidak
menengah sama sekali.
Tidak seperti anak-anak pada umumnya masa kecilku
terbatas, aku benar-benar hanya memiliki sedikit waktu setiap harinya, bahkan aku jarang
bermain dengan teman-temanku. Aku baru diijinkan main setelah menyelesaikan menghitung
potongan-potongan kaleng bekas yang ibuku buat untuk membuat sadap, goresan
luka pada jariku darah yang mengalir adalah hal yang biasa, bahkan waktu libur
sekolahpun kadang harus terenggut karna hal itu, saat itu yang aku pikirkan
hanya kecewa dan jengkel seperti anak SD pada umumnya, hinga semakin lama aku
sadar akan sulitnya mencari rupiah demi rupiah untuk menyambung hidupku.
Sementara ayahku adalah seorang pedagang kaki lima
dengan penghasilan pas-pasan bahkan aku pikir tidak pas sama sekali. Tak jarang
beliau pulang kerumah tanpa mendapat uang sepeserpun. Pagi-pagi sekali ayah
berangkat berjualan dan petang ayah baru pulang, hampir tak ada waktu sama
sekali untukku. Begitupun ibu yang kini membantu menggosok pakaian dirumah
tetangga.
Tapi ini cerita bukan tentang ayah ataupun ibuku,
melainkan pamanku.Tidak seperti ayah dan ibuku yang pekerjaannya kadang
berubah seiring berjalannya waktu namun tidak dengan pamanku.
Ia bekeja sebagai tukang pande besi, ia mempunyai
usaha sendiri dan menurutku cukup berhasil, tak jarang beliau membantu
membiayai biaya sekolahku memberikan uang saku dan memberikanku uang jajan
ketika liburan karena ayah dan ibuku tidak pernah sama sekali memberikan uang
jajan kepadaku ketika sekolah libur, aku juga memahami hal itu.
Kesibukan orang tuaku dan waktu yang sedikit ketika
bersamaku membuatku lebih banyak menghabiskan waktu bersama paman dan bibiku,
entah sepulang sekolah ataupun hari libur.
Waktu semakin berjalan dan usaha pamanku semakin
berkembang aku yang semakin dewasa mulai sering belajar membantu usaha pamanku,
bahkan beliau sering berkata padaku bahwa kelak semoga aku bisa mengembangkan usahanya,
dan aku mulai menikmati hal itu.
Kadang aku terngiang akan masa kecilku lagi, ketika
aku menangis saat ayahku tak pernah membelikanku mainan hingga aku lelah
menunggu, lalu pamanku mendatangiku membawaku ke tempat penjual mainan, begitu juga
saat sepatu bola usangku yang jebol, paman membelikanku tepat sehari sebelum
ekskul sepak bola di SMP dimulai.
Aku tak pernah tau jika tak ada paman dalam hidupku,
begitu banyak bahkan terlalu banyak bantuan yang ia berikan untukku bahkan
terlalu banyak, beliau begitu baik tak pernah memarahiku beliau selalu
mengajarkanku untuk selalu menjadi lelaki yang kuat kapanpun dan dimanapun.
Waktu berlalu tahun berganti aku akhirnya
menyelesaikan pendidikanku pada tahun 2014 sebagai siswa lulusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik di SMKN 2 Purwokerto, kenyataanku untuk cepat merubah
nasib sepertinya belum berpihak ketika aku gagal untuk mengikuti training kerja
di PT ASTRA HONDA MOTOR (PT AHM Sunter, Jakarta). Setelah itu banyak waktu aku habiskan untuk membantu
pamanku di besalen setelah berbagai pekerjaan serabutan dan pelatihan yang aku
jalani setelah lulus sekolah.
Nasib sedikit membaik ketika aku diterima bekerja di
perusahaan tepung yang cukup terkemuka di Cilegon,Banten. Tujuan awalku bekerja adalah
untuk bisa kembali meneruskan pendidikan dengan harapan kembali mendapatkan
beasiswa karena aku masih ingin terus belajar mengembangkan diriku dan tentunya
merubah kehidupan keluargaku.
Sekitar jalan 5 bulan bekerja aku sempat kembali ke
kampung halamanku di Purwokerto, Jawa Tengah. Tak banyak perubahan yang terjadi
disana, rumah sekeliling semua masih hampir sama. Semua anggota keluargaku
terlihat bahagia ketika untuk pertama kalinya aku kembali setelah merantau jauh
begitupun pamanku, yang tak pernah aku berfikir pertemuan itu hari itu di
pertemuan yang begitu singkat itu adalah pertemuan terakhirku dengan pamanku, aku
masih begitu ingat hari itu Minggu, 27 Desember 2015 aku berpamitan dengan beliau untuk
kembali berangkat ke Cilegon, Banten tempat aku kini bekerja.
Sebelum tiga bulan kemudian tepatnya hari Minggu, 20
Maret 2016 beliau menghembuskan nafas terakhir, tidak ada tanda-tanda sakit
keras sebelum beliau meninggal, mendengar kabar itu aku diam termenung dan tak
percaya, Secepat itukah? Rencanamu memang begitu mengejutkan Ya Allah, dengan
penuh kesedihan aku mengikhlaskannya. Yang bisa aku lakukan saat itu hanya
shalat jenazah ghoib mendoakannya dan merenung sepanjang malam dikamar
kontrakanku seorang diri.
Atas saran dan perdebatan panjang orang tuaku dan
bibiku memintaku untuk tetap fokus pada pekerjaanku, namun aku mempunyai
pikiran lain, karena hanya air mata disitu, perlu di ketahui mereka memberi
kabar kepadaku menjelang pemakaman beliau, karena semuanya memang begitu cepat.
Sekarang yang hanya bisa lakukan untuk membalas
kebaikannya hanya dengan senantiasa mendoakannya, aku tahu aku sudah cukup
dewasa untuk menerimanya, semoga paman senantiasa bahagia disana.
Waktu kembali berjalan, sebentar lagi perayaan hari
raya idul fitri sekaligus juga menandakan bahwa sebentar lagi aku akan kembali
kerumah, sehari sebelum kembali aku sempat menghabiskan waktu untuk menikmati
suasana ibukota sesaat, menghilankan segala penat dan menghapuskan segala
kesedihanku. Setidaknya keramaian Jakarta menjadi sedikit penghibur bagiku
meski saat itu aku masih merasa sepi didalam keramaian sekalipun.
Malamnya aku segera menuju stasiun Gambir menunggu
kereta Purwojaya Lebaran Tambahan yang akan berangkat pada pukul 19.30 w.i.b.
meskipun ini puncak arus mudik namun perjalanan ini tak seramai biasanya,
kecuali pemandangan kelap kelip dari luar kereta yang begitu panjang dan indah
menandakan sebuah kemacetan yang begitu panjang di jalur pantura.

Sepertihalnya daun yang gugur dan tumbuh kembali aku
melihat keadaan kotaku yang semakin berkembang, kampungku yang telah begitu
banyak berubah, dan juga lingkungan rumah yang telah berbeda, satu per satu
keluarga aku salami dan yah aku teringat ada yang begitu berbeda kala aku mengingat
pamanku yang telah tiada.
Besalen yang dulu tempat sehari-hariku bekerja
dengan pamanku kini telah begitu usang dan kelam, atap yang bocor, dan bagitu
banyak peralatan yang tak terurus, rupanya tempat itu kini masih digunakan oleh
bibiku sebagai tempat untuk penyimpanan kayu bakar.
Keadaan ini sungguh telah berbeda, ayah yang semakin
menua dengan penghasilan yang tak menentu dan pamanku yang sudah tiada,
akhirnya dengan segala pemikiran yang mendalam aku membatalkan kuliah tahun
ini, ini adalah sebulan sebelum tepat setahun aku bekerja, dan rencanaku
setahun yang lalu adalah kepulanganku saat ini sekaligus untuk mengurus
pendaftaranku di Universitas Jerndral Soedirman Purwokerto, tapi aku tahu
rencana Allah SWT berbeda, tabunganku saat ini mungkin cukup untuk
menyelesaikan kuliahku dan untuk sehari-hari. Tapi bagaimana dengan keluargaku?
Bagaimana dengan bibiku yang kini hidup sebatangkara?
Rabu, 6 Juli 2016 hari itu kami semua seluruh umat
muslim didunia merayakan hari raya idul fitri 1437 Hijriyah. Hari penuh
kemenangan dan penuh kebahagiaan, harusnya. Karena dibalik kebahagiaan itu ada
kesedihan. Jika di tahun-tahun sebelumnya aku mengantar pamanku berziarah kini
aku sendiri yang pergi untuk berziarah ke makam beliau. Untuk pertama kalinya,
setelah pertemuan singkat tujuh bulan yang lalu. Tak terasa waktu begitu cepat.
Sungguh luar biasa kuasamu Ya Allah, seringkali sesuatu yang telah kita rencanakan di masa lalu apa
yang kita pikirkan saat ini tak seperti kuasa dan takdirmu di masa mendatang.
Terima kasih atas pelajaran hidup ini. Semoga Engkau senantiasa menempatkan
pamanku di tempat yang terbaik di sisi-Mu Ya Allah. Aamiin Ya Rabbal `alamiin.
Ini adalah kisah mudik pertamaku kawan, pertama
kalinya aku kembali ke kampung halamanku ketika hari raya tepatnya pada hari
raya idul fitri 1437 Hijriyah (6 Juli 2016)
setelah aku merantau ke Kota Cilegon pada pertengahan tahun 2015
tepatnya 28 Juli 2015. Pada pengalaman mudik perdanaku ini aku kehilangan salah
satu orang paling berpengaruh dalam hidupku, juga tentang idul fitri yang
bebeda, ketika pertama kalinya kamu merantau jauh dan kembali.
Ini kisahku, Bagaimana dengan anda?
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 HIJRIYAH MINAL
AIDZIN WAL FAIDZIN